Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Rabu, 25 Januari 2012

Rabu, 25 Januari 2012

Out Of The Box

Pak Atok adalah orang yang sangat sederhana dan tinggal di sebuah desa kecil, tepatnya sebuah dukuh yang berjarak sekitar 7 km dari desa yang membawahinya. Pendidikan tertinggi yang telah diselesaikannya adalah SMA. Bertani adalah pekerjaan yang telah ditekuni sejak ia muda hingga sekarang.
Satu hal yang menarik dari kisah hidup pak Atok adalah keberaniannya untuk keluar dari kebiasaan dan tradisi. Dalam bahasa kerennya out of the box. Apa yang dilakukannya? Mengapa ia berani melakukannya?
Pak Atok dibesarkan bersama dengan adiknya di dukuh yang sama dengan tempat tinggalnya. Ayahnya seorang perokok berat yang bisa menghabiskan satu bungkus rokok dalam satu hari. Hal ini menjadi keprihatinan tersendiri dalam dirinya.
Dalam pemikirannya yang sederhana, ia melihat bahwa rokok bukanlah barang yang menyehatkan, justru mematikan. Membeli rokok berarti sebuah pengeluaran ekstra dan tidak mendatangkan keuntungan sama sekali. Kerugian yang sangat besar justru diraih oleh para perokok. Sejak mudanya, pak Atok memutuskan tidak merokok….
Oleh karena itu, ia mengingatkan dengan keras anak laki-lakinya untuk tidak merokok. Bila dibandingkan dengan anak-anak seusianya, anak pak Atok memang tampil beda. Ia tidak merokok sama sekali. Anaknya benar-benar taat pada perintah ayahnya.
Apa yang dilakukan pak Atok ini sangat menarik. Dibesarkan dalam lingkungan perokok tetapi ia sendiri tidak menjadi perokok. Ia bahkan menentang perilaku merokok sehingga ia melarang dengan anaknya untuk merokok.
Tetapi bukan ini yang ingin saya sampaikan terkait dengan keberanian pak Atok yang out of the box itu. Saat pak Atok sudah mulai dewasa tetapi belum menikah, ia membuat sebuah keputusan yang sangat besar. Sebuah keputusan yang bisa mempengaruhi sepanjang sisa hidupnya.
Bukankah keputusan pak Atok untuk tidak merokok merupakan keputusan yang penting dan berpengaruh sepanjang sisa hidupnya? Benar! Tetapi ada hal lain yang menurut saya perlu diperhitungkan juga.
Suatu hari, pak Atok menasihati ayahnya untuk tidak merokok lagi. Rokok sudah membuat kesehatan ayahnya menurun. Ayahnya sering batuk-batuk kecil. Ia khawatir akan kesehatan ayahnya itu.
Ayahnya beralasan bahwa merokok membuatnya lebih segar dan tidak mengantuk. Tidak merokok justru akan menurunkan produktivitasnya. Tidak merokok membuatnya merasa lemas dan tidak bergairah.
Atok muda saat itu tidak kehilangan akal. Ia memberikan tips yang ia sendiri juga belum pernah melakukannya. Mungkin, ia pernah mengetahui seseorang yang menggunakan tips itu untuk menghentikan kebiasaan merokok.
Dalam budaya Jawa, orang yang lebih muda pantang memberi nasihat kepada orang yang lebih tua. Mungkin kalau dari adik ke kakak masih dapat ditoleransi, tetapi hal ini tidak berlaku dari anak kepada orang tua. Anak yang berani menasihati orang tuanya untuk melakukan ini dan itu bisa dianggap tidak menghormati orang tua. Anak kurang ajar bisa menjadi stigma yang mewarnai hidupnya.
Keberanian Atok muda untuk menasihati ayahnya untuk tidak merokok lagi sungguh-sungguh luar biasa. Ia siap dianggap sebagai anak yang tidak menghormati orang tua. Ia siap dinilai sebagai anak yang kurang ajar. Ia siap menanggung resiko akibat keberaniannya. Ia siap menghadapi masalah karena kepeduliannya terhadap kesehatan ayahnya.
Keberanian lain dari Atok muda adalah memberikan tips kepada orang tuanya. Tips itu bahkan bukan dari pengalamannya sendiri. Bagaimana jika ayahnya tidak mempercayai tips itu? Bagaimana jika ayahnya menolak tips itu? Bukankah tradisi seperti itu juga berhubungan dengan penolakan orang yang lebih tua untuk belajar dari mereka yang lebih muda?
Apa yang dilakukan Atok muda sungguh luar biasa. Ia tidak mau dikungkung dengan tradisi yang bisa mengakibatkan kerugian untuk keluarganya. Ia berani menembus dinding tradisi yang tebal di lingkungannya demi sebuah idealisme. Ia melakukan hal yang sangat luar biasa karena percaya bahwa ia sedang melakukan hal yang benar.
Tradisi memang tidak bisa dilepaskan dari hidup kita. Tradisi muncul dari sebuah kebiasaan. Kebiasaan muncul karena suatu peristiwa yang tentu saja ada alasannya. Setelah kebiasaan itu mengakar di sebuah masyarakat, maka itu berubah menjadi tradisi. Tradisi ini diturunkan ke generasi berikutnya dengan alasannya tetapi seiring berjalannya waktu, alasan itu sering tidak disampaikan. Hal ini menimbulkan munculnya doktrin ‘pokoknya’ untuk menolak memberikan penjelasan. Saat terdesak untuk memberikan alasan, sering kali muncul alasan yang sifatnya menakut-nakuti. Akhirnya, sebuah tradisi menjadi sesuatu yang sangat menakutkan bagi yang melanggarnya.
Saya dan istri mengajar kedua anak kami untuk berani menyatakan pendapat, bahkan menegur kami jika ada sesuatu yang tidak tepat. Kami harus belajar untuk menerima teguran dan nasihat dengan terbuka.
Selain itu, saya secara pribadi juga telah belajar untuk mengembangkan sikap yang mau belajar dari orang yang lebih muda. Bukankah tidak ada orang yang ahli dalam segala bidang?
Tidak selamanya tradisi itu salah dan merugikan. Kita harus bijak dalam menimbang hal ini. Saat sebuah tradisi sepertinya ‘merugikan’ kita, maka kita harus dengan hati-hati memikirkan berbagai macam aspek terkait dengan tradisi itu.
Tidak selamanya out of the box itu juga baik. Sikap out of the box yang tidak bijaksana bisa membuat benturan yang luar biasa dalam hidup kita. Berhati-hatilah saat Anda hendak bertindak out of the box.
Salam OUT OF THE BOX!

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates