tag:blogger.com,1999:blog-51599928312606970592024-03-06T00:14:30.381-08:00RUMPUN BUMI BERTUAHAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/14992969716376707682noreply@blogger.comBlogger38125tag:blogger.com,1999:blog-5159992831260697059.post-79382614407564046032012-01-25T01:45:00.000-08:002012-01-25T01:45:49.715-08:00Menikmati Kesenjangan 20%<div class="isi_artikel" style="text-align: justify;"><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Tiap kali akhir bulan datang, wajah para PNS berseri - seri dengan akan diterimanya gaji yang jumlahnya tidak sedikit dan lebih dari kebutuhan sehari - hari. para oknum PNS menghitung - hitung untuk apa lagi gaji sebanyak ini…apa lagi ditambah dengan uang sertifikasi dan tunjangan yang pasti datang tiap bulannya. di sisi lain senyum lesu guru honorer berharap gaji bulan lalu masih cukup untuk mengharumkan dapur mereka dengan bumbu - bumbu rempah yang hampir habis bulan ini. gaji mereka baru bulan depan bisa diambil, tiga bulan sekali mereka mendapatkan gaji mereka. sedangkan mereka takut untuk sekedar pinjam uang kepada bendahara sekolah yang membawa serta gajinya tiap harinya, karena mereka takut tidak bisa melunasinya kembali. tidak lebih dari 600 ribu rupiah dan tanpa tunjangan apapun membuat para guru honorer menjadi pahlawan tanpa tanda jasa saat ini. dan seorang pahlawan harus memutar otak untuk mencukupi kebutuhan keluarganya dari uang yang tidak lebih dari 600 ribu rupiah itu. diwajahnya tetap terukir senyum dan bersemangat dikala mereka mendapatkan jatah mengajar lebih dari 28 jam per minggu dikala para pegawai negara mengeluh dengan tugas yang hanya 24 jam saja.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> 20 % APBN seakan tidak menyentuh para pahlawan itu sama sekali. kepercayaannya seakan dihempaskan habis habisan oleh kepentingan para pemangku jabatan saja. para pahalawan yang pengetahuannya 20 tahun lebih maju dari pada umurnya dibatasi dengan kata - kata yang sering didengarkannya,”siapa kamu? yang memasukkan kamu disini adalah AKU…. dan AKU adalah pemimpin kamu…jika kamu tidak suka dengan ini dan itu, maka kamu boleh keluar dari sekolah ini….”. dan ternyata kata - kata ini mengebiri sejadi - jadinya kemampuan para pahlawan pendidikan yang idenya tidak pernah mati.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> dan jika ditelusuri selama ini, guru - guru yang berprestasi di indonesia 70 % diantaranya adalah dari guru honorer. jadi… untuk para guru honorer,,,,,bersemangatlah….dan jangan pernah takut untuk melakukan yang terbaik bagi siswa - siswi kita. karna yang Maha pemberi rizki adalah ALLAH yang Maha Kaya. dan jika kita mendapati pemimpin kita mengebiri kemajuan kita, maka katakanlah bahwa kita orang yang bebas dari semua tekanan demi kemajuan negara ini. dan mereka tidak berhak membatasi keinginan kita untuk maju dan berkembang. dan jika mereka tetap tidak bisa menerima, maka katakan pada mereka yang akan membantu kita adalah ALLAH SWT dan tidak akan ada yang bisa menghalangi kreatifitas kita.</div></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14992969716376707682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5159992831260697059.post-70681762825929371952012-01-25T01:41:00.000-08:002012-01-25T01:41:11.113-08:00Out Of The Box<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKvRQdBpB6nf5u2phbx3yMnnEGZoMIGyAQBNakzbXYkIZ2-ZKohj8tpp5jiXYK89blTwb56n7LDc5pD1Sl14jZRhbwxIYWufZsP3w7xgFS_Gd4Vc6Mv6NbOjWCjlH3oHjZHWD_2WfAGnBg/s1600/BOM_CD_Cover_MED.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKvRQdBpB6nf5u2phbx3yMnnEGZoMIGyAQBNakzbXYkIZ2-ZKohj8tpp5jiXYK89blTwb56n7LDc5pD1Sl14jZRhbwxIYWufZsP3w7xgFS_Gd4Vc6Mv6NbOjWCjlH3oHjZHWD_2WfAGnBg/s1600/BOM_CD_Cover_MED.jpg" /></a></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0mm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Pak Atok adalah orang yang sangat sederhana dan tinggal di sebuah desa kecil, tepatnya sebuah dukuh yang berjarak sekitar 7 km dari desa yang membawahinya. Pendidikan tertinggi yang telah diselesaikannya adalah SMA. Bertani adalah pekerjaan yang telah ditekuni sejak ia muda hingga sekarang. </span></div><div> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0mm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Satu hal yang menarik dari kisah hidup pak Atok adalah keberaniannya untuk keluar dari kebiasaan dan tradisi. Dalam bahasa kerennya <em>out of the box</em>. Apa yang dilakukannya? Mengapa ia berani melakukannya?</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0mm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Pak Atok dibesarkan bersama dengan adiknya di dukuh yang sama dengan tempat tinggalnya. Ayahnya seorang perokok berat yang bisa menghabiskan satu bungkus rokok dalam satu hari. Hal ini menjadi keprihatinan tersendiri dalam dirinya. </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0mm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Dalam pemikirannya yang sederhana, ia melihat bahwa rokok bukanlah barang yang menyehatkan, justru mematikan. Membeli rokok berarti sebuah pengeluaran ekstra dan tidak mendatangkan keuntungan sama sekali. Kerugian yang sangat besar justru diraih oleh para perokok. Sejak mudanya, pak Atok memutuskan tidak merokok….</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0mm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Oleh karena itu, ia mengingatkan dengan keras anak laki-lakinya untuk tidak merokok. Bila dibandingkan dengan anak-anak seusianya, anak pak Atok memang tampil beda. Ia tidak merokok sama sekali. Anaknya benar-benar taat pada perintah ayahnya.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0mm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Apa yang dilakukan pak Atok ini sangat menarik. Dibesarkan dalam lingkungan perokok tetapi ia sendiri tidak menjadi perokok. Ia bahkan menentang perilaku merokok sehingga ia melarang dengan anaknya untuk merokok.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0mm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Tetapi bukan ini yang ingin saya sampaikan terkait dengan keberanian pak Atok yang <em>out of the box</em> itu. Saat pak Atok sudah mulai dewasa tetapi belum menikah, ia membuat sebuah keputusan yang sangat besar. Sebuah keputusan yang bisa mempengaruhi sepanjang sisa hidupnya.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0mm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Bukankah keputusan pak Atok untuk tidak merokok merupakan keputusan yang penting dan berpengaruh sepanjang sisa hidupnya? Benar! Tetapi ada hal lain yang menurut saya perlu diperhitungkan juga.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0mm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Suatu hari, pak Atok menasihati ayahnya untuk tidak merokok lagi. Rokok sudah membuat kesehatan ayahnya menurun. Ayahnya sering batuk-batuk kecil. Ia khawatir akan kesehatan ayahnya itu.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0mm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Ayahnya beralasan bahwa merokok membuatnya lebih segar dan tidak mengantuk. Tidak merokok justru akan menurunkan produktivitasnya. Tidak merokok membuatnya merasa lemas dan tidak bergairah.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0mm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Atok muda saat itu tidak kehilangan akal. Ia memberikan tips yang ia sendiri juga belum pernah melakukannya. Mungkin, ia pernah mengetahui seseorang yang menggunakan tips itu untuk menghentikan kebiasaan merokok. </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0mm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Dalam budaya Jawa, orang yang lebih muda pantang memberi nasihat kepada orang yang lebih tua. Mungkin kalau dari adik ke kakak masih dapat ditoleransi, tetapi hal ini tidak berlaku dari anak kepada orang tua. Anak yang berani menasihati orang tuanya untuk melakukan ini dan itu bisa dianggap tidak menghormati orang tua. Anak kurang ajar bisa menjadi stigma yang mewarnai hidupnya.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0mm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Keberanian Atok muda untuk menasihati ayahnya untuk tidak merokok lagi sungguh-sungguh luar biasa. Ia siap dianggap sebagai anak yang tidak menghormati orang tua. Ia siap dinilai sebagai anak yang kurang ajar. Ia siap menanggung resiko akibat keberaniannya. Ia siap menghadapi masalah karena kepeduliannya terhadap kesehatan ayahnya.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0mm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Keberanian lain dari Atok muda adalah memberikan tips kepada orang tuanya. Tips itu bahkan bukan dari pengalamannya sendiri. Bagaimana jika ayahnya tidak mempercayai tips itu? Bagaimana jika ayahnya menolak tips itu? Bukankah tradisi seperti itu juga berhubungan dengan penolakan orang yang lebih tua untuk belajar dari mereka yang lebih muda?</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0mm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Apa yang dilakukan Atok muda sungguh luar biasa. Ia tidak mau dikungkung dengan tradisi yang bisa mengakibatkan kerugian untuk keluarganya. Ia berani menembus dinding tradisi yang tebal di lingkungannya demi sebuah idealisme. Ia melakukan hal yang sangat luar biasa karena percaya bahwa ia sedang melakukan hal yang benar.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0mm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Tradisi memang tidak bisa dilepaskan dari hidup kita. Tradisi muncul dari sebuah kebiasaan. Kebiasaan muncul karena suatu peristiwa yang tentu saja ada alasannya. Setelah kebiasaan itu mengakar di sebuah masyarakat, maka itu berubah menjadi tradisi. Tradisi ini diturunkan ke generasi berikutnya dengan alasannya tetapi seiring berjalannya waktu, alasan itu sering tidak disampaikan. Hal ini menimbulkan munculnya doktrin ‘pokoknya’ untuk menolak memberikan penjelasan. Saat terdesak untuk memberikan alasan, sering kali muncul alasan yang sifatnya menakut-nakuti. Akhirnya, sebuah tradisi menjadi sesuatu yang sangat menakutkan bagi yang melanggarnya.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0mm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Saya dan istri mengajar kedua anak kami untuk berani menyatakan pendapat, bahkan menegur kami jika ada sesuatu yang tidak tepat. Kami harus belajar untuk menerima teguran dan nasihat dengan terbuka.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0mm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Selain itu, saya secara pribadi juga telah belajar untuk mengembangkan sikap yang mau belajar dari orang yang lebih muda. Bukankah tidak ada orang yang ahli dalam segala bidang? </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0mm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Tidak selamanya tradisi itu salah dan merugikan. Kita harus bijak dalam menimbang hal ini. Saat sebuah tradisi sepertinya ‘merugikan’ kita, maka kita harus dengan hati-hati memikirkan berbagai macam aspek terkait dengan tradisi itu.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0mm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Tidak selamanya <em>out of the box</em> itu juga baik. Sikap <em>out of the box</em> yang tidak bijaksana bisa membuat benturan yang luar biasa dalam hidup kita. Berhati-hatilah saat Anda hendak bertindak <em>out of the box</em>.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 12pt;">Salam <em>OUT OF THE BOX</em>!</span></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14992969716376707682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5159992831260697059.post-67588719590767638412012-01-25T01:32:00.001-08:002012-01-25T01:32:54.770-08:00Sekolah Kita, Antara Idealitas dan Realita<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQSISqo3tu_TPGznRBrC22vTiKJzG1ycscQhpfvWs28eStXqOQ1rbVIr0mRHZERQ3xlHkT2VmDsJDiZVwEYZYxoy5Oh_Av5tjU4icfwCz2u5eedDxD9Y-1tPIVHCS_m56Ytq2wzfmPz2qp/s1600/13274775921618625681.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQSISqo3tu_TPGznRBrC22vTiKJzG1ycscQhpfvWs28eStXqOQ1rbVIr0mRHZERQ3xlHkT2VmDsJDiZVwEYZYxoy5Oh_Av5tjU4icfwCz2u5eedDxD9Y-1tPIVHCS_m56Ytq2wzfmPz2qp/s320/13274775921618625681.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;"> Pendidikan adalah perubahan kepada yang lebih baik. Kata’lebih baik’ tentunya mengacu kepada tidak hanya kuantitas namun juga kualitas. ‘Baik dari sisi kuantitas’ lebih mudah untuk diraih dari pada ‘baik secara kualitas’. Namun demikian, keduanya tidak dapat dipisahkan dan saling berjalin berkelindan.</div><div> </div><div style="text-align: justify;"> Kuantitas pendidikan lebih mengarah kepada angka-angka variabel yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan pendidikan. Misalnya jumlah siswa, jumlah sekolah, jumlah guru, angka nilai maupun jenis variabel yang lain yang bisa dikonversi ke angka. Bila hal-hal tersebut mengalami penurunan jumlah, dapat dikatakan secara kuantitas menurun.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> Sebaliknya, kualitas lebih menaruh perhatiannya kepada nilai-nilai yang tidak berkait dengan angka-angka. Kualitas berkaitan dengan sejauhmana jangkauan mutu sebuah pendidikan dapat dibangun untuk mengarah kepada target yang telah ditentukan. Termin itu juga lebih berfokus pada baik buruk, kurang baik, baik, lebih baik dan sangat baik, atau ekspresi-ekspresi kualitatif.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> Terkait dengan kualitas pendidikan di Indonesia yang masih terkesan carut marut, apalagi pendidikan secara luas misalnya pengajaran yang saat ini, yang kalau di Kompasiana sering disoroti oleh banyak Kompasianer, masih perlu terus dipantau agar bisa sejalan dengan idealitas pendidikan yang sebenarnya. Tentunya kritik dan sorotan itu adalah hal yang wajar dan disikapi secara konstruktif dalam konteks pendidikan yang lebih luas.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> Juga dengan dikotomi guru negeri dan guru swasta, yang memposisinegatifkan guru-guru negeri yang pola kerjanya semakin tidak standar. Guru swasta, dalam konteks ini, tentu mendapatkan angin, karena memang mereka lebih serius melakukan pengajaran kepada siswa-siswanya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> Keluhan-keluhan di sekolah-sekolah negeri terus mengoncang dunia pendidikan Indonesia. Dari guru yang sering tidak masuk, guru yang pengajarannya tidak standar, guru yang sering telat, guru yang lebih banyak di kantor daripada di kelas, guru yang banyak job luar, hingga guru yang sering mengambil keuntungan lain dengan mengadakan les di rumah. Performa guru-guru negeri yang cenderung negatif itu nampaknya tidak juga dijadikan cambuk bagi guru-guru yang bersangkutan. Kondisi ini seakan-akan menyetujui bahwa demikianlah kondisi yang sebenarnya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> Pembentukan budaya dan karakter pada sekolah juga sangat lemah. Sekolah-sekolah negeri tidak lebih hanya menjalankan roda agar tidak berjalan melenceng tanpa memerhatikan ritme dengan mengabaikan aspek-aspek pendidikan yang lain.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> Lihat saja, keluhan masyarakat pengguna sekolah negeri yang merasa tidak nyaman dengan kondisi beberapa sekolah negeri. Masyarakat sejatinya sudah cerdas memandang masalah, hanya saja pilihan jatuh ke sekolah negeri karena memang sekolahnya lebih murah dan gratis. Mereka tidak menitikberatkan pada kualitas output, tetapi pada daya jangkau keuangan mereka.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> Keluhan orang tua akan banyaknya tugas (PR) siswa sekolah dasar yang sangat tidak wajar, karena bila kuantitas tugas itu demikian adanya, sangat membebani siswa. Guru sepertinya tidak mengukur kemampuan siswa dalam mengejakan tugas-tugas sekolah.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> Kita semua menyadari, tugas mengajar memang tidak ringan dan hal ini terkadang membuat guru merasa tertekan. Dan hal ini bisa terjadi kepada guru-guru di negeri maupun di swasta. Namun pertanyaannya mengapa keluhan-keluhan masyarakat lebih mengarah kepada sekolah negeri. Apakah sekolah swasta tidak mengalami hal-hal itu? Sehingga buntut dari pertanyaan itu, muncullah komentar miring “<strong>apakah karena sekolah negeri itu murah atau bahkan gratis, sehingga mengajarnya juga seenaknya</strong>“,”<strong>emang kalian bayar sekolah di sini</strong>“. Efek dari itu tentu akan kembali kepada kondisi psikologis siswa-siswa yang belajar di sekolah itu, sehingga sekolah tak lain dan tak bukan hanya upaya menggugurkan kewajiban.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> Padahal tidak sedikit atau sudah banyak sekolah-sekolah itu memiliki guru yang tersertifikasi. Status “sertifikasi” sudah menjadi idaman para guru bukan karena profesionalitasnya diakui, namun karena tunjangannya yang sangat luar biasa. Guru-guru yang demikian, memiliki penghasilan yang luar biasa besar, mungkin sudah dikategorikan guru sejahtera. Namun demikian, ironisnya, hal itu tidak berbanding lurus dengan kualitas pengajarannya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> Semoga menjadi bahan perenungan kita…</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> Wallahu a’lam.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14992969716376707682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5159992831260697059.post-68793233444784812832012-01-19T19:16:00.000-08:002012-01-19T19:16:24.147-08:00Entrepreneur Sosial "Tak Sekedar Memberi Kail"<div style="text-align: justify;">Untuk melakukan pemberdayaan orang miskin jangan berikan padanya ikan. Berilah kail. Kenapa kail? Kail sinonim dengan alat. Yakni alat untuk mencari ikan. Bentuk kail bermacam-macam dapat berupa pancing, jala, rumpon atau sejenisnya yang mampu menghasilkan ikan. Harapannya sederhana, dengan alat itu orang miskin mampu bekerja sehingga mendapatkan ikan dari hasil keringatnya sendiri. Kerja yang dilakukan sendiri, cenderung lebih sustain dibanding meminta-minta, dan tentu lebih terhormat. Hasil kerja dari usaha sendiri jauh lebih berharga dari sekadar meminta-minta. Sebagaimana riwayat Rasulullah yang telah memberikan kapak kepada orang miskin peminta-minta. Kemudian orang miskin, tersebut pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar.<br />
<br />
Bila kita cermati lebih mendalam, permasalahan orang miskin kian hari kian rumit. Dulu orang miskin hanya masalah modal atau masalah minimnya <em>skill. </em> Dengan modal mereka mampu mengakses sumber daya alam di sekitar mereka dengan keahlian yang telah mereka miliki. Kini, masalah orang miskin tidak sesederhana kondisi dahulu. Sumber daya alam yang selama ini menjadi akses sumber penghasilan mulai tidak menghasilkan. Hutan-hutan gundul. Kalau masih ada tanaman, kemungkinan besar telah dikuasai konglomerat. Bagi orang miskin yang memiliki skill berjualan di pasar tradisional, kini mengurut dada karena kalah bersaing pamor dan harga dengan swalayan yang mulai masuk ke desa-desa. Indonesia yang pernah menyebut dirinya adalah negara agraris, petani yang mayoritas orang miskin bingung karena perubahan musim yang tidak mampu diprediksli oleh ahli iklim. Ramalan cuaca kadang meleset dengan alasan perubahan iklim global. Petani cukup sulit menentukan tanaman apa yang tepat. Giliran hasil panennya melimpah, mereka dilahap oleh bandar, rentenir atau bahkan kebijakan pemerintah yang menaikkan harga pupuk. Petanipun tidak mampu tanam untuk musim berikutnya.<br />
<br />
Pemberdayaan masyarakat memang harus mampu menumbuhkan jiwa entrepreneur orang miskin. Banyak yang masih menyangsikan, apakah bisa atau tidak. Bila cara pandang kita adalah memberikan kail, maka kita harus bersiap untuk mengurut dada, karena mereka akan bersaing dengan konglomerat lokal yang kadang nurani sosialnya lebih tipis dari pada nurani bisnisnya. Pilihannya, adalah bagi para pejuang pemberdayaan tidak sekedar memberikan kail tetapi membekali orang miskin untuk dapat memilih jenis kail yang tepat. Mereka juga dibekali ilmu untuk memilih lokasi atau sumber ikan yang diduga mampu menghasilkan ikan, sehingga hasilnya mampu dibawa pulang. Mereka juga harus dibekali pengetahuan tentang pasar agar mengetahui jerih payahnya dihargai berapa. Mereka harus juga diberikan seorang pendamping, yang mampu untuk memberikan motivasi kepada mereka, sehingga dalam memiliki teman untuk bercerita ketika susah, membantu problem yang mereka alami untuk dicarikan solusi. Lebih dari itu, kehadiran pendamping program bias membantu untuk merencanakan kehidupan di masa depan.<br />
<br />
Masyarakat Mandiri ingin menguatkan posisinya sebagai lembaga pendampingan komunitas. Masyarakat mandiri menyakini bahwa kail-kail yang diberikan di masyarakat kadang kala tidaklah cukup efektif untuk meningkatkan taraf hidup mereka apalagi harus lebih <em>sustain.</em> Kita perlu memastikan bahwa mereka telah memiliki kemampuan untuk menggunakan kail dengan tepat, merawatnya, dan serta menumbukan keyakinan bahwa kail ini adalah bagian dari ikhtiar yang mulia. Waallahu ‘alam</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14992969716376707682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5159992831260697059.post-49197279170182993212012-01-19T19:15:00.000-08:002012-01-19T19:15:18.735-08:00Spirit Sang Pemberdaya Masyarakat<div style="text-align: justify;"> Tidak ada suatu prosesi ritus seremonial yang menasbihkan kita sebagai pegiat pemberdayaan masyarakat ulung. Sebagai contoh misalnya seorang anak laki-laki suku Indian yang tidak akan disebut 'dewasa' dan boleh ikut berperang, sebelum lulus melewati ujian survival di alam liar, dan berhasil menyerahkan kepala harimau ke hadapan para tetua adatnya - ini merupakan simbol 'keganasan' dunia yang tertaklukkan. </div><div> </div><div style="text-align: justify;"> Sungguhpun begitu, bagi fasilitator pemberdayaan seperti kita, masa inisiasi itu mungkin; berlangsung saban hari - sepanjang umur program itu sendiri, dan sepi dari hingar-bingar decak kagum publik. Beberapa kolega kerapkali angkat topi pada pengorbanan teman-teman di lapangan yang 'tak kenal waktu' dan katanya 'berdarah-darah'. Dramatisasi 'berdarah-darah' tersebut sebatas analogi saja atas betapa tidak mudahnya 'menjinakkan' hambatan-hambatan yang ada baik mitra yang kita dampingi maupun tatkala berhadapan dengan para stakeholder. </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> Urusan seorang pendamping bukan hanya berhadapan dengan konflik, mesti cerdas 'membedah' beragamnya isi kepala hingga meraba labirin hati mitranya. Pada saat yang bersamaan, dia juga dituntut untuk kreatif-inovatif dalam menghadirkan wujud produk turunan dari komoditas sumber daya alam tertentu, misalnya. Desain kemasan yang menarik, sampai membuka akses pemasarannya, adalah paket lengkap yang tidak terpisahkan darinya. Lagi-lagi itu semua menuntut semangat inovasi tinggi. </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> Studi banding atau 'mencuri' pengalaman dari akademisi maupun praktisi untuk menjawab keawaman kita dalam menghasilkan produk itu adalah bagian dari inovasi. Tapi jika sesekali mengalami stagnasi, maka kencangkan motivasi untuk tidak menyerah. Terhiburlah hati kita, saat teringat Alfa Edison yang sempat gagal ratusan kali melakukan eksperimen, sebelum sempurnalah bola lampunya yang hingga hari ini kita menikmati pelitanya. </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> <strong>Ironi dan Laboratorium Inovasi</strong> </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> Keterampilan memelihara harapan, loyalitas, komitmen, resolusi konflik dan minat berinovasi melalui akses pengetahuan maupun teknologi adalah senarai modal yang dapat membuat kita sedikit lebih percaya diri. Walaupun begitu, ada satu 'pekerjaan rumah' besar bagi seorang pegiat pemberdayaan, yakni keselarasan antara teori atau motivasi berwirausaha dengan praktiknya. Ini berlaku di berbagai aspek, jika dia mendorong mitranya untuk optimis, maka dia adalah orang yang paling menolak sikap mental pesimistik. Apabila dia berapi-api memprovokasi para mitranya untuk cerdas mengelola keuangan rumah tangga dan hasil usahanya, maka dia juga harus menjamin terlebih dulu bahwa dirinya tidak pernah mengalami defisit keuangan. </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> Dalam obrolan lepas di sudut ruangan program, acapkali kami menertawai diri sendiri terkait hal ini, sebab ibarat api masih jauh dari panggang, yakni bagaimana mungkin meyakinkan para mitra untuk mengelola bisnis secara 'baik dan benar', tetapi kita sendiri belumlah menjadi seorang padagang yang sukses, atau setidaknya 'kecil-kecilan'. Agar tidak menjadi ironi yang tak berkesudahan, idealnya kita juga menggeluti bisnis. Ini merupakan lokus empiris yang membantu pendamping mencapai maqom integritas dan terhindar dari sindiran atau fitnah, yakni adanya kesesuaian ucapan dan perbuatannya. </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> Beberapa rekan pendamping sudah mulai mengelola 'usaha kecil-kecilan'. Bagi sebagian lainnya, meski baru tersentuh atau berupa 'niatan' saja, itu pun tidak lebih jelek dan sebagai bukti nyata bergaul dengan para mitra yang mayoritas pedagang. Selain dapat meredam teror ironi yang menghantuinya, bsnis yang dijalankan pendamping adalah laboratorium tempat berinovasi yang hasil temuannya dapat diadaptasi para mitranya, begitu sebaliknya ibarat hubungan simbiosis-mutualisme terjalin. </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> Menarik untuk disimak, rupanya seorang pemberdaya seperti kita dihadapkan pada berbagai kompleksitas masalah dan tingginya ekspektasi. Bermula dari sense of crisis, tidak puas dengan pencapaian hari ini, belajar dan terus berinovasi adalah keniscayaan untuk menghadirkan program yang tidak hanya unggul secara angka, tetapi juga kaya akan substansi. Inovasi hanya akan berhenti tatkala program itu tutup usia. 'Alakullihal, saya jadi bertanya; jangan-jangan kita masih sering 'berdarah-darah' di lapangan, lantaran menganggap tuntutan berinovasi sebagai sesuatu yang 'penting, tapi tidak mendesak'. </div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14992969716376707682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5159992831260697059.post-64833746579201796752012-01-19T18:58:00.001-08:002012-01-19T18:58:53.990-08:00Carut Marut Pendidikan, Kemana Saja Pemerintah?<div style="text-align: justify;">Dalam pidato kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Gedung DPR/ MPR sehari sebelum peringatan HUT RI ke-66 lalu, Presiden SBY memastikan bahwa saat ini sudah tidak ada lagi warga berpenghasilan rendah yang kesulitan mendapat pelayanan kesehatan dan pendidikan. “Di masa lalu, masyarakat berpendapatan rendah sering mengalami kesulitan untuk mengakses pelayanan dasar. Alhamdullilah, keadaan ini telah berubah. Saat ini, saya dapat memastikan bahwa semua warga negara berpenghasilan rendah, memiliki hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan pendidikan dari pemerintah,” kata SBY (<a href="http://www.detiknews.com/read/2011/08/16/120853/1704709/10/sby-tak-ada-lagi-warga-miskin-tak-dapat-layanan-kesehatan-dan-pendidikan">detiknews.com, 16/8</a>). Menanggapi hal tersebut, Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Mohammad Nuh langsung menyampaikan rencana pembangunan pendidikan tahun 2012. Berdasarkan arahan Presiden SBY, prioritas pembangunan pendidikan akan diarahkan untuk meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan pendidikan yang bermutu dan terjangkau. Hal itu dilakukan baik melalui jalur formal maupun non-formal di semua jenjang pendidikan (<a href="http://edukasi.kompas.com/read/2011/08/17/13370824/Inilah.Rencana.Pembangunan.Pendidikan.2012">Kompas, 17/8</a>).</div><div> </div><div style="text-align: justify;">Pernyataan Presiden SBY tersebut segera saja menuai banyak cibiran, mengingat realitanya masih banyak masyarakat miskin yang belum dapat mengakses layanan pendidikan dan kesehatan. Lihat saja dari data anak usia sekolah yang putus sekolah. Berdasarkan data BKKBN tahun 2010, jumlah anak Indonesia usia sekolah (7 – 13 tahun) yang terancam putus sekolah mencapai 13 juta anak, dan 80%nya karena alasan ekonomi. Artinya masih ada lebih dari 10 juta masyarakat berpenghasilan rendah yang sulit mengakses layanan pendidikan. Pernyataan Presiden SBY tersebut seakan hanya menegaskan ketidaktahuan pemerintah terhadap kondisi lapangan, mulai dari potret masyarakat miskin di Indonesia, keterbatasan tenaga pendidik hingga keterbatasan fasilitas pendidikan.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dalam kunjungannya ke SD Babakan Madang 01, Sentul, Kabupaten Bogor, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) nampak terkejut melihat potret nyata sekolah di Indonesia dan meminta supaya anggaran pendidikan diprioritaskan untuk memperbaiki bangunan sekolah yang rusak. “Kantor guru kecil sempit dan desak-desakan. Atapnya tidak karuan kalau hujan bocor bangunannya juga sudah tidak layak. Saya lihat perpustakaanya juga tidak layak,” ujarnya di hadapan pejabat dan para guru (<a href="http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/berita-pendidikan/11/08/22/lqbn4g-terkejut-lihat-sd-rusak-presiden-minta-anggaran-pendidikan-diprioritaskan">Republika, 22/8</a>). Miris sekali mendengarnya, karena SD Babakan Madang 01 yang relatif dekat dengan ibukota saja dianggap tidak layak, bagaimana dengan SD lain di pelosok Indonesia? Sementara saat ini masih ada ratusan ribu sekolah yang tidak layak di Indonesia.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Carut marut pendidikan ini sebenarnya dapat diurai jika saja ada keseriusan semua pihak, terutama pemerintah dalam mengelola pendidikan di negara ini. Kebijakan anggaran pendidikan 20% dari APBN jelas bukan angka kecil, bahkan India saja hanya menganggarkan anggaran pendidikan 10% dari APBN untuk meningkatkan kualitas SDM dan pendidikan di negaranya. Yang perlu dicemati adalah efektifitasnya. Selama ini pemerintah seolah merasa sudah berbuat banyak dengan mengucurkan banyak dana pendidikan, padahal tidak sedikit yang tidak tepat sasaran dan tidak tepat jumlah. Akhirnya, 6 dari 10 dana BOS diselewengkan, dana beasiswa keluarga miskin pun dikorupsi. Fakta ini seharusnya segera disikapi dengan sistem pengawasan dan sanksi yang ketat, bukan malah ditutupi seolah semuanya baik – baik saja. Kepemimpinan adalah keteladanan dan seorang pemimpin tidak selayaknya jauh dari masyarakatnya. Karenanya, ketika potret pendidikan Indonesia dipandang melalui kacamata kuda pemerintah, perbaikan hanya akan sebatas angan. Yang ada hanya apologi dan pembenaran atas berbagai ketidakoptimalan dalam pelayanan.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Di samping penanganan taktis masalah – masalah pendidikan yang sudah mencuat, seperti banyaknya anak putus sekolah, sekolah tidak layak, guru kurang berkualitas, penyelewengan anggaran pendidikan, dan sebagainya, perlu juga ditinjau hal yang lebih filosofis untuk perbaikan pendidikan Indonesia. Harus ditegaskan kembali tujuan pendidikan di Indonesia. Berbagai kasus seperti kecurangan UN dan joki SNMPTN muncul karena tujuan pendidikan seolah sebatas mengejar nilai untuk bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Berbagai kasus komersialisasi pendidikan muncul karena pendidikan diarahkan sebagai komoditi bisnis. Masalah sentralisasi – desentralisasi guru dan berbagai kasus politisasi pendidikan muncul karena pendidikan dijadikan alat memuluskan jalan penguasa. Semakin tidak terdefinisikannya tujuan pendidikan di Indonesia, semakin liar penyimpangan arah yang akan terjadi dan semakin banyak perbaikan yang harus dilakukan. Sebelum melangkah lebih jauh, setiap pihak yang hendak menguraikan permasalahan pendidikan di Indonesia, seyogyanya menelaah kembali tujuan pendidikan nasional. Jika potret ironis pendidikan saja tidak diketahui pemerintah, jangan – jangan tujuan pendidikan nasional pun pemerintah tidak tahu??</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Purwo Udiutomo</strong></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14992969716376707682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5159992831260697059.post-49980332888785142742012-01-19T18:52:00.001-08:002012-01-19T18:58:09.538-08:00EsEmKa, Potensi Pendidikan Yang Termarginalkan<div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPLXgSYhMjcGhsUT4tDjPMShZmquOWnWjTEM24uwf26reQKUe6lFuGL2Lk-g7DRqwdmppIpQW20VThyphenhyphenhjxQGZZ4H0YF1csL45tPX1ip9-Qf_4nVus67VVsxsPyTPdrpUEXKmymHivsz4T8/s1600/index.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPLXgSYhMjcGhsUT4tDjPMShZmquOWnWjTEM24uwf26reQKUe6lFuGL2Lk-g7DRqwdmppIpQW20VThyphenhyphenhjxQGZZ4H0YF1csL45tPX1ip9-Qf_4nVus67VVsxsPyTPdrpUEXKmymHivsz4T8/s1600/index.jpeg" /></a>Di tengah carut marut hukum dan perpolitikan di Indonesia, ada good news yang menyapa masyarakat Indonesia. Keberhasilan SMK 2 Surakarta dalam merakit mobil yang kemudian diberi nama Esemka seolah menjadi penghibur atas minimnya prestasi bangsa. Karya anak bangsa yang dipopulerkan oleh Jokowi ini segera saja menjadi headline di berbagai media massa. Terlepas dari berbagai kepentingan politis, publik menyambut gembira kehadiran produk baru buatan dalam negeri ini, euphoria pesawat N250 atau mobil Timor seakan bangkit kembali. Terlepas dari kepentingan bisnis dan kesiapan membuat produk secara massal, siswa-siswa SMK ini telah membuktikan bahwa Indonesia mampu menciptakan produk, tidak sebatas mengonsumsinya, dan masyarakat Indonesia turut berbangga karenanya.</div><div style="text-align: justify;">Berbicara tentang SMK dan SMA, ibarat membandingkan jurusan IPS dengan IPA, ada yang seolah dianakemaskan. Dahulu, SMK yang salah satunya terdiri dari elemen STM, identik dengan siswa-siswa yang gagal masuk SMA, senang bolos dan tawuran. SMK dianggap jenjang pendidikan dengan kualitas di bawah SMA, sebagaimana jurusan IPS kerap dinomorduakan setelah jurusan IPA. Namun belakangan ini paradigma tersebut coba diubah, berbagai kebijakan pun digulirkan. Pemerintah mulai gencar mempromosikan SMK di berbagai media, peminat SMK pun semakin tinggi. Jumlah SMK meningkat signifikan sebanyak 4800 sekolah dalam kurun waktu 4 tahun ini menjadi 9800 sekolah, hampir menyamai jumlah SMA di Indonesia. Pun rasio SMK : SMA masih jauh dari harapan pemerintah (70:30 pada tahun 2015), namun kecenderungan ke arah sana mulai terlihat.</div><div style="text-align: justify;">Heboh mobil esemka menjadi promosi SMK yang begitu efektif. Tidak hanya SMKN 2 Surakarta, beberapa SMK juga menunjukkan produk mobilnya, di antaranya SMK Muhammadiyah 2 Borobudur (Magelang), SMKN 1 Trucuk (Klaten), SMKN 1 Semarang dan SMKN 7 Semarang. Tidak hanya mobil, siswa-siswa SMK juga membuktikan diri mampu menghasilkan berbagai produk lain, misalnya pesawat Jabiru SMK 29 Jakarta dan SMK 12 Bandung; komputer SMK Zyrex SMKN 1 Percut Sei Tuan Deli Serdang; 9 item produk SMEKTRI SMKN 3 Medan; laptop dan LCD proyektor SMKN 2 Cikarang; dan mesin Computer Neumerical Control (CNC), alat cuci tangan otomatis dan alat pendeteksi gempa SMKN 2 Medan. Terlepas dari kepentingan dan motifnya, berbagai pihak pun merespon positif, mulai dari artis, tokoh politik, perguruan tinggi hingga pemerintah. Beberapa PTN ternama di Indonesia bahkan menyambutnya dengan berbagai karya mahasiswa Indonesia, misalnya mobil formula Bimasakti mahasiswa UGM, mobil moko FT Unhas, mobil Cikal Nusantara ITB hingga satelit nano kolaborasi beberapa PTN ternama di Indonesia. Di luar kisruh uji kompetensi guru, beberapa saat lamanya berita pendidikan pun penuh dengan nuansa produktivitas anak bangsa.</div><div style="text-align: justify;">SMK memang saat ini sudah lebih dikenal di masyarakat, namun benarkah kebijakan pemerintah sudah benar-benar mendukung tercapainya lulusan sekolah yang terampil dan siap kerja? Tak perlu berpikir lama untuk menjawab belum. Lihat saja kebijakan standar Ujian Nasional (UN) yang lebih mendorong kompetensi kognitif. Siswa SMK yang lebih berkembang kompetensi psikomotoriknya cenderung kesulitan untuk mengimbangi siswa SMA yang memang dituntut lebih baik dalam tes akademik tertulis. Kurikulum yang berbeda di SMA dan SMK akan menentukan kompetensi kemampuan numerik dan linguistik lulusannya. Proporsi teori dengan praktek akan berpengaruh terhadap penguasaan materi tes. Akhirnya, target SMK seolah hanya yang penting lulus, bahkan dalam beberapa kasus kebijakan yang tidak adil ini memicu kecurangan dalam penyelenggaraan UN. Selain itu, peningkatan jumlah sekolah dan pemina SMK tidak diimbangi dengan ketersediaan tenaga pengajar dan fasilitas yang mumpuni. Alhasil, tidak sedikit lulusan SMK yang ternyata kurang skillful.</div><div style="text-align: justify;">Lulusan SMK yang lebih terampil mungkin memang lebih banyak terserap langsung ke dunia kerja dibandingkan lulusan SMA yang lebih disiapkan untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Namun keterserapan ini tidak serta merta menggambarkan kesejahteraan lulusan SMK. Di dunia industri, seorang lulusan SMK yang memiliki pengalaman bertahun-tahun, cenderung begitu saja akan dibawahi lulusan perguruan tinggi yang belum teruji keterampilannya. Perbedaan kompensasi yang diberikan pun cukup signifikan hanya karena perbedaan ijazah. Jangankan lulusan SMK yang setara lulusan SMA, bahkan lulusan pendidikan vokasi perguruan tinggi (D3) yang lebih banyak mengetahui hal-hal praktis tidak sebatas teoritis, masih dinomorduakan dibandingkan sarjana lulusan S1.</div><div style="text-align: justify;">Sementara itu, lulusan SMK relatif lebih sulit untuk lolos seleksi masuk perguruan tinggi favorit untuk meningkatkan ‘nilai jual’ mereka, karena memang tidak disiapkan kesana. Pilihan jurusan di kampus juga lebih terbatas sesuai dengan kompetensi mereka. Karenanya mungkin tidak akan dapat ditemukan lulusan SMK yang masuk Kedokteran PTN favorit. Dan tidak mengherankan, berbagai Institut Teknologi dan perguruan tinggi yang sesuai dengan kompetensi teknis lulusan SMK, justru dipenuhi oleh lulusan SMA. Ironi pendidikan kejuruan ini semakin menjadi di kampus. Pendidikan vokasi (D3) lebih banyak dimanfaatkan pihak kampus sebagai program yang dapat mendatangkan keuntungan bagi kampus. Biayanya lebih tinggi dari program S1 Reguler dengan visi yang tidak jelas. Identik dengan komersialisasi pendidikan, program vokasi di beberapa perguruan tinggi favorit pun digugat. Belum lagi image tentang pendidikan kejuruan yang masih di bawah bayang-bayang pendidikan umum. Tidak lolos SMA favorit, ya masuk SMA swasta atau SMK. Tidak lolos perguruan tinggi favorit yang masuk perguruan tinggi swasta atau vokasi (D3). Pendidikan kejuruan seolah ada di level yang lebih rendah.</div><div style="text-align: justify;">Momentum esemka dan berbagai produk nyata SMK lainnya seharusnya dapat menjadi tonggak perbaikan citra SMK dan pendidikan kejuruan. Tingginya angka pengangguran terdidik di Indonesia semestinya menjadi perhatian pemerintah untuk memperbaiki pengelolaan pendidikan. Promosi sekolah kejuruan tidak perlu habis-habisan dengan janji-janji muluk di media, cukup dengan rangkaian karya. Tidak perlu juga bersaing dengan SMA dengan mendirikan SMK bertarif internasional yang sarat mereplikasi komersialisasi pendidikan. Biaya iklan akan lebih efektif jika dialihkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga pengajar, fasilitas sekolah dan jaringan kerja yang berkualitas bagi siswa-siswa SMK. Selain itu, budaya produktif dan mentalitas entrepreneur semestinya juga sudah ditanamkan sejak awal, sehingga siswa akan disibukkan dengan karya, kontribusi dan aktivitas penuh manfaat yang mereka jalani dengan kegembiraan karena sesuai dengan cita-cita hidup mereka.</div><div style="text-align: justify;">Level pendidikan setara SMA/ SMK seharusnya sudah dapat lebih spesifik mempertajam kompetensi, sehingga pemetaan bakat dan minat sudah harus dilakukan lebih dini, di level pendidikan sebelumnya. Siswa-siswa SMA/SMK seharusnya sudah tidak dituntut lagi menguasai seluruh mata pelajaran. Harus sudah lebih fokus sehingga tidak ada lagi dualisme dikotomis antara menyiapkan peserta didik memasuki dunia kerja dengan melanjutkan pendidikan ke level yang lebih tinggi. Level pendidikan setara SMA/ SMK mestinya benar-benar setara karena sama-sama menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi spesifik dan kecenderungan arah masa depan yang jelas. Rekayasa SDM masa depan bangsa Indonesia seharusnya sudah dikuatkan di level pendidikan ini. Ya, level pendidikan di atas pendidikan dasar sudah sewajarnya menghasilkan calon dokter, calon ahli nuklir, atau calon praktisi dan ahli di bidang yang sudah jelas. Jadi tidak ada lagi kebingungan siswa SMA/ SMK akan proyeksi masa depannya. Dan tidak akan ada lagi kejadian siswa peraih medali Olimpiade Biologi Internasional tidak lolos PMDK Fakultas Kedokteran PTN Favorit hanya karena prestasinya tidak sesuai dengan fakultas pilihan, sementara kita semua tahu tidak ada mata pelajaran dan olimpiade kedokteran di level SMA/ SMK.</div><div style="text-align: justify;">Akhirnya, SMA dan SMK ada tidak untuk dibandingkan, melainkan untuk disandingkan. Masing-masing elemen pendidikan memiliki peran penting dalam visi besar menghasilkan SDM berkualitas dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Ketika keduanya sudah equal, maka tidak perlu ada yang dimarginalkan. Level pendidikan di atas pendidikan dasar, apapun namanya, sama-sama menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi spesifik di luar kompetensi dasarnya. Percepatan peminatan dan pendalaman kompetensi spesifik, akan mengikis kejumudan siswa sekaligus mengakselerasi lahirnya karya nyata. Dan level pendidikan di atas SMA/ SMK yang akan memperdalam kompetensi spesifik tersebut. Sementara sekolah kejuruan memenuhi kebutuhan akan SDM terampil dan SMA menyiapkan para pakar keilmuan, perguruan tinggi bisa fokus memenuhi tri dharma perguruan tinggi : pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sumber : <a href="http://lpi-dd.net/?p=72" target="_blank">Disini</a> </div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14992969716376707682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5159992831260697059.post-55415888405180082452012-01-13T05:48:00.001-08:002012-01-13T05:48:45.898-08:00KESETARAAN PENDIDIKAN<div style="text-align: justify;">Setiap sudut negeri tentulah berbeda, kondisi geografis dan juga medan tempuh yang bisa dicapai juga kadang menjadi perbedaan, memisahkan antara kota dan desa, ibarat jurang pemisah daratan dengan seberang. Momen hardiknas tentu saja membawa harapan baru untuk duni pendidikan, tentu saja, harapan yang paling penting adalah kesetaraan pendidikan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kesetaraan pendidikan bukan hanya terletak pada materi pembelajarannya, melainkan juga teknik operasional pendidikan yang menjadi alat untuk menunjang pendidikan. Alat bantu yang menunjang pendidikan meliputi fasilitas pembelajaran baik ekstrakurikuler maupun intrakurikuler, yang tentu saja akan ada kesamaan antara pendidikan dikota dan pendidikan didesa.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Umumnya, orang-orang didesa ingin menimba ilmu dikota, bukan hanya ingin belajar bagaimana keadaan dalam kota melainkan teknik pelajaran dan sistem yang lebih baik. Fasilitas pendidikan dikota lebih maju ketimbang yang ada didesa. Memang, kita akui bahwa tentu saja berbeda antara pendidikan kota dan pendidikan didesa, dan perbedaan itu sangat jelas bila dihitung 100%, pendidikan kota lebih unggul 85 % ketimbang desa.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ini menarik minat anak-anak desa untuk belajar, demi memperoleh pendidikan maju, menguasai teknologi secara baik, mempelajari ilmu pengetahuan secara global, dan juga tentu saja didorong oleh keinginan merubah nasib.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sah saja bila ada anak desa bersikeras belajar dikota, tentu sebuah kebanggan bahwa anaknya akan menguasai berbagai ilmu pengetahuan yang diterapkan oleh pendidikan perkotaan. Bagi mereka yang mampu, tentu saja ini bukan masalah, mungkin membiayai anaknya dari desa dipedalaman Gorontalo hingga Jakarta bukanlah masalah, tetapi bagaimana dengan mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan? Mungkin harapan akan untuk belajar lebih baik terkubur mati pada hayalan saja.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Hal seperti ini, kadang menjadi pemicu keputus-asaan anak-anak wajib sekolah berhenti sekolah, mengingat biaya pendidikan dikota begitu tinggi. Harapan untuk merubah nasib pun terhenti, akibatnya misi pendidikan tidak berjalan dengan baik, dan tentu saja merupakan bagian dari kegagalan lembaga pendidikan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Standar kelulusan kadang menjadi masalah antara kota dan desa, terlebih lagi bila ditambah dengan soal ujian yang dibuat serentak. Bisa jadi akan ada kecemburuan sosial antara mereka yang belajar ditengah gudang ilmu ketimbang mereka yang belajar ditengah sawah dan perkebunan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Maka jangan heran, pendidikan dinegeri kita hanya berputar ditempat, kebodohan terus masih merajalela, pengangguran terus bertambah. Bagi saya, mengurangi pengangguran bukanlah dengan cara menciptakan lapangan kerja, atau mengirimkan TKI keluar negeri yang pada akhirnya menjadi tumbal keganasan majikan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Bila ingin mengurangi pendidikan, menurut pandangan saya, cukup hanya satu yang perlu dilakukan pemerintah, yaitu peningkatan pendidikan, penyetaraan pendidikan antara kota dan desa, juga keadilan pendidikan. Dengan kesetaraan pendidikan berarti membuka pola pikir produktif masyarakat secara horisontal, tanpa harus dipacu maka masyarakat pun akan berkreasi dengan pengetahuan yang mereka miliki.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Masyarakat yang penuh kreasi umumnya adalah mereka yang berpendidikan, mereka yang memahami bahwa ilmu bukan untuk didiamkan dirumah, melainkan dimanfaatkan untuk bertahan hidup dan mengisi pembangunan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Lapangan akan tercipta dengan sendirinya bila pendidikan merata dimasyarakat, pemerintah tidak kesulitan merekrut CPNS yang lebih banyak, pemerintah tidak perlu membuka lahan baru untuk dijadika transmigrasi, pemerintah tidak lagi membangun pabrik besar untuk mengurangi pengangguran. Karena pada dasarnya, membangun pabrik bukan jalan terbaik untuk mengatasi pengangguran, justru menciptakan beban baru bagi masyarakat karena tidak semua yang dapat bekerja menjadi buruh pabrik.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kesetaraan ilmu pengetahuan antara kota dan desa, akan membangkitkan ekonomi dan produktifitas masyarakat, memiliki nilai jual yang lebih baik, juga memberi konstribusi pembangunan melalui pajak penghasilan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tetapi, hal diatas tidak akan terjadi apabila tidak ada kesetaraan pendidikan antara kota dan desa, masyarakat desa tidak memiliki kesempatan untuk berkarya paling tidak memajukan desanya, dan bukan tidak mungkin mereka akan menjadi penonton dan konsumen abadi setiap perubahan yang mereka terima.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Harapan saya, semoga momen hardiknas, akan membangkitkan kesadaran masyarakat, kesadaran pendidikan yang lebih baik, kesadaran untuk memajukan daerah, kesadaran untuk memberi dan berbagi pengetahuan. Pemerintah terus memperhatikan masalah pendidikan, karena pendidikanlah yang merupakan kunci maju atau mundurnya sebuah peradaban bangsa.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14992969716376707682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5159992831260697059.post-50315105735450057402012-01-12T17:17:00.001-08:002012-01-12T17:17:31.736-08:00ZAKAT UNTUK PENDIDIKAN<div style="text-align: justify;">Menemukan kaitan antara zakat dan pendidikan dalam satu teks Alquran maupun sunah rasanya tidak mungkin. Tetapi yang demikian bukan berarti putus kaitan, sebab memang adanya keterkaitan tidak mengharuskan berada dalam satu teks, dan bahkan dalam teks walaupun berbeda.</div><div> </div><div style="text-align: justify;">Menemukan kaitan antara zakat dan pendidikan dalam satu teks Alquran maupun sunah rasanya tidak mungkin. Tetapi yang demikian bukan berarti putus kaitan, sebab memang adanya keterkaitan tidak mengharuskan berada dalam satu teks, dan bahkan dalam teks walaupun berbeda.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Definitifisasi zakat sebagai kewajiban, lengkap dengan penjelasan pihak yang berkewajiban, dari jenis harta mana zakat diwajibkan, serta kepada siapa zakat harus dibagikan adalah item-item bahasan zakat yang dalam garis besarnya tertera dalam Al Qur’an dan As Sunnah. Namun bahasan tersebut selain item pertama adalah bahasan yang potensial untuk berkembang dan realitasnya pun membuktikan demikian. Maka dari itu, munculnya sumber zakat baru seperti gaji, hasil peternakan, perikanan, dan sebagainya tidak mengherankan. Begitu pula sektor baru dalam distribusi zakat, walaupun harus merujuk kepada salah satu dari delapan ashnaf yang disebut Alquran. Di antara sektor-sektor baru dalam distribusi zakat tersebut adalah pendidikan.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Siapa pun maklum bahwa pendidikan adalah kebutuhan yang amat primer bagi setiap individu. Efek pendidikan begitu menyeluruh, mulai dari pola pikir, keyakinan, dan sikap hidup yang berujung pada kualitas hidup. Singkatnya performance dzahir dan batin manusia sangat dipengaruhi oleh pendidikan yang didapatnya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">“Kalau ada rizki ya dinikmati, kalau belum ada ya disabari”, “ojo ngoyo” (jangan berusaha terlalu keras) adalah sebagian pola pikir negatif yang menyatu dalam sikap hidup manusia akibat kurang pendidikan. Pola pikir sederhana telah mencetak generasi miskin akibat pikiran fatalistis yang berbuah mental malas.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hingga pada masalah keimanan seseorang juga ditentukan oleh pendidikan. Untuk ini Rasulullah bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam kondisi fitrah, hingga lisannya mampu mengungkapkannya, maka ibu dan bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR. Ahmad, al-Nasa’i dan Ibn Hibban).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Sebegitu pentingnya pendidikan bagi manusia, pada awalnya, baik pendidikan pada tingkat keluarga maupun di luar keluarga, dapat diakses dengan gratis. Barulah setelah pendidikan utamanya di luar keluarga mengalami perkembangan pesat dalam bentuk pelaksanaannya, menjadi kebutuhan primer yang berbiaya. Akibatnya, sebagian orang mampu mengakses dengan baik, tetapi sebagian lain kebutuhan primernya itu tak terpenuhi.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Harta zakat sebagai alat bantu pengentasan masalah sosial, telah ditetapkan untuk didistribusikan kepada delapan asnaf yang di antaranya adalah fakir dan miskin, yaitu dua kelompok manusia yang berciri khusus tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, baik sebagai makhluk hidup yang berarti perlu pangan dan kesehatan, sebagai makhluk sosial butuh sandang, papan, dan pasangan (zawj/zawjah), serta sebagai khalifah Allah yang harus bermodal pendidikan. Atas dasar itu penyaluran dana zakat dalam sektor pendidikan adalah sangat beralasan secara syar’i.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Secara rinci alasan tersebut dapat disusun sebagai berikut. Pertama, pendidikan adalah termasuk kebutuhan primer, maka dari itu pihak yang lemah ekonomi sehingga terhalang dari memenuhi kebutuhan pendidikan adalah termasuk fakir yang berhak atas dana zakat.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Kedua, bila demi kebutuhan fisik guna keberlangsungan hidup layak dalam kehidupan duniawi sesaat berupa pangan, sandang, dan papan saja zakat dapat diberikan, apalagi –secara qiyas awlawi- terkait dengan pendidikan yang membawa kepada keselamatan ukrawi yang tiada batasnya, maka lebih layak disalurkan.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Ketiga, secara manusiawi akar masalah kemiskinan adalah pada minimnya pendidikan, sehingga seseorang tidak mampu mengetahui potensi dirinya, mengembangkannya, dan apalagi memanfaatkannya. Begitu pula, akibat minimnya pendidikan ia juga tidak mampu mengeksplorasi potensi lingkungannya, tetumbuhan, hewan, tanah, air, dan kekayaan yang dikandungnya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Memang perlu ditegaskan bahwa maksud dari pengalokasian zakat dalam sektor pendidikan, penggunaannya dalam bentuk, pertama, membiayai orang miskin untuk mendapat pendidikan, misalnya menyantuninya untuk membayar biaya sekolah. Pada masa dahulu ulama telah perhatian dalam hal ini walaupun dalam bentuk sedikit berbeda. Mereka mengatakan bahwa bila orang miskin gara-gara tidak dapat bekerja karena sibuk mendalami ilmu syariat, maka halal baginya menerima dana zakat. Menurut mereka alasannya adalah karena mereka sibuk melakukan sesuatu yang bersifat fardhu kifayah yang manfaatnya bersifat umum bagi masyarakat luas. (al-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, Juz: VI/177)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Kedua, mendirikan sekolah dan memenuhi kebutuhan operasinalnya, dalam rangka membendung dan melawan hegemoni pendidikan kapitalis, komunis, sekuler, dan sebagainya menuju kepada pendidikan Islam yang murni. (Al-Qardhawi, Hukum Zakat, 635). Yang demikian berarti zakat tersebut dialokasikan atas nama sabilillah. (*)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Sumber: www.bmh.or.id/Thursday, 30 April 2009</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14992969716376707682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5159992831260697059.post-26114328962790918132012-01-12T17:15:00.001-08:002012-01-12T17:15:25.388-08:00ZAKAT DAN PENDIDIKAN<div align="justify">Negara kaya raya yang laksana zamrud di katulistiwa dengan perairan luas yang konon bukan lautan tapi merupakan kolam susu dengan tanah yang mahasubur hingga tongkat dan batu jadi tanaman ini telah berusia enam puluh dua tahun dengan enam kali ganti pimpinan. Setengah lebih usianya, yakni selama 32 tahun pernah digawangi oleh sebuah keluarga besar, Keluraga Cendana. Suatu kali, pernah dipimpin bapak dan anak seperti sebuah dinasti. Lalu pada kesempatan lain pernah juga dipimpin oleh ilmuwan jenius alang kepalang, dan pada kali lainnya pernah dipimpin oleh seorang kiai. Beda orang dan kepribadian, beda pula gaya kepemimpinan dan kebijakkannya. Namun dari pengalaman dipimpin oleh bermacam-macam tipe pimpinan, tetap saja menyisakan sebuah titik persamaan realita kehidupan bangsa Indonesia: Anggaran pendidikan sebesar 20 persen yang merupakan amanah Undang-Undang Dasar 1945 belum juga terwujud.</div><div align="justify">Zakat untuk Pendidikan</div><div align="justify">Pendidikan adalah investasi masa depan untuk melangsungkan kehidupan berbangsa dan bernegara. Kemajuan suatu bangsa di segala aspek kehidupan seperti pertumbuhan dan perkembangan perekonomian berbanding lurus dengan kualitas pendidikan bangsa tersebut. konon, menurut para pakar (jangan tanya pakar yang mana) makin banyak Doktor di suatu negara, mungkin istilahnya Doctor per Kapita—tentu gelar Doktor beneran, bukan gelar yang dijual—makin cepat kemajuan tersebut tercapai.</div><div align="justify">Terobosan beberapa lembaga filantropi Islam—Lembaga Pengelola Zakat, baik Badan Amil Zakat (BAZ) maupun Lembaga Amil Zakat (LAZ)—seperti yang dilakukan BAZNAS-Dompet Dhuafa bisa dibilang sebagai kepedulian dan kesadaran masyarakat agamis terhadap nasib dunia pendidikan di Indonesia. Pada bulan Agustus 2007, bertepatan dengan moment kemerdekaan BAZNAS-Dompet Dhuafa menggulirkan sebuah program peduli pendidikan dengan tema “Merdeka adalah bebas dari Kebodohan. Bantu anak Indonesia tetap sekolah”. Program ini bertujuan memberikan bantuan biaya pendidikan yang bersumber dari dana zakat. BAZNAS-Dompet Dhuafa juga telah memiliki sebuah sekolah khusus untuk kaum tak berpunya, SMART Ekselensia Indonesia yang berlokasi di Parung Bogor serta memberikan beasiswa bagi mahasiswa yang belajar di Perguruan Tinggi Negeri yang dikenal dengan Program Beastudi Etos.</div><div align="justify">Zakat untuk pendidikan sebetulnya telah lama berjalan di masyarakat terlebih dengan munculnya beberapa lembaga pengelola zakat yang kreatif, amanah dan professional di Indonesia. Hampir seluruh BAZ dan LAZ di Indonesia termasuk BAZIS DKI yang telah eksis sejak tahun 1960an memiliki program peduli pendidikan dengan memberikan bantuan biaya pendidikan kepada siswa-siswa yang berasal dari kalangan tidak mampu dari pendidikan dasar hingga jenjang perguruan tinggi.</div><div align="justify">Peran serta zakat yang murni bersumber dari kalangan grass root untuk membaiyai pendidikan sangat mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indoensia. Pengalokasian dana zakat pada sektor pendidikan oleh lembaga pengelola zakat meski masih memiliki prosentase lebih kecil jika dibandingkan dengan alokasi untuk pemberdayaan ekonomi berupa pemberian modal, sangat membantu masyarakat miskin dalam mengakses pendidikan. Kemampuan mengakses lembaga pendidikan oleh kaum dhuafa inilah yang oleh BAZNAS-Dompet Dhuafa dimaknai sebagai sebuah kemerdekaan. Alih-alih menunggu—tanpa kepastian—anggaran sebesar 20 persen untuk pendidikan dari pemerintah, masyarakat—dalam hal ini diwakili oleh lembaga pengelola zakat—telah bisa menjawab ketidakpastian tersebut.</div><div align="justify"><br />
Butuh Dukungan</div><div align="justify">Maraknya pertumbuhan lembaga pengelola zakat serta semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menunaikan zakat merupakan sebuah kabar gembira tak terkecuali bagi dunia pendidikan. Dengan semakin banyaknya perolehan dana zakat oleh lembaga pengelola zakat, semakin tinggi pula dana yang bisa dialokasikan untuk sektor tersebut.</div><div align="justify">Fenomena di atas—keprihatinan sekaligus kepedulian masyarakat terhadap pendidikan—haruslah disikapi dengan tangan terbuka dan kooperatif oleh pemerintah. Sikap ini berupa upaya timbal balik pemerintah yang diwujudkan dengan keseriusan pemerintah dalam memerhatikan perzakatan di Indonesia. Dalam hal institusi, itikad baik pemerintah memang telah ditunjukkan dengan menyatunya raksasa lembaga pengelola zakat pemerintah (BAZNAS) dengan raksasa lembaga pengelola zakat swasta (Dompet Dhuafa) hampir setahun yang lalu. Tapi dalam tataran payung hukum, yakni Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat di Indonesia belum memberikan perubahan yang signifikan dalam menaikkan jumlah wajib zakat: alih-alih memberi tekanan kepada muzaki, UU tersebut justru memberi pengawasan ketat kepada Lembaga Pengelola Zakat, satu-satunya ujung tombak penggiat zakat.</div><div align="justify">Dengan memfasilitasi warga negara yang beragama Islam dalam menunaikan zakat, pemerintah tak hanya memberi kebebasan kepada warga negara dalam menjalankan agama dan kepercayaan sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 29 ayat (1) dan (2), namun secara langsung pemerintah telah mempercepat cita-cita bangsa mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana termaktub dalam preambule. Dalam bahasa yang mudah dipahami, masalah zakat bukan lagi melulu masalah umat Islam tetapi telah menjadi masalah bersama bangsa Indonesia. Peran pemerintah dan masyarakat secara simultan merupakan akselerasi bagi perwujudan amanah para pendiri bangsa, anggaran pendidikan sebesar 20 persen. Sudahkah kita merdeka saat ini? Saya yakin Anda punya jawabannya sendiri.</div><div align="justify"><br />
*</div><div align="justify">Penulis adalah Mahasisawa Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI. Sebelum ke SEBI, penulis pernah menempuh pendidikan ikatan dinas di Politeknik Gajah Tunggal Tangerang.</div><div align="justify">Pada bulan Juni 2006, bersama 3 orang Mahasiswa Politeknik Gajah Tunggal, pernah mengikuti Kontes Robot Indonesia 2006 yang diselenggarakan oleh Dirjen DIKTI dan UI. Namun pada tahun yang sama, penulis DO dari PTS tersebut. Pada tahun yang sama pula, penulis mendapat kesempatan kuliah di SEBI atas beasiswa dari Institut Manajemen Zakat dan Lembaga Pelayan Masyarakat Dompet Dhuafa.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14992969716376707682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5159992831260697059.post-34451314350622418182012-01-11T19:11:00.003-08:002012-01-11T19:11:19.506-08:00PROPOSAL RUMAH CAHAYA<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--"/> <m:smallFrac m:val="off"/> <m:dispDef/> <m:lMargin m:val="0"/> <m:rMargin m:val="0"/> <m:defJc m:val="centerGroup"/> <m:wrapIndent m:val="1440"/> <m:intLim m:val="subSup"/> <m:naryLim m:val="undOvr"/> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-ansi-language:IN;}
table.MsoTableGrid
{mso-style-name:"Table Grid";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-priority:59;
mso-style-unhide:no;
border:solid black 1.0pt;
mso-border-themecolor:text1;
mso-border-alt:solid black .5pt;
mso-border-themecolor:text1;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-border-insideh:.5pt solid black;
mso-border-insideh-themecolor:text1;
mso-border-insidev:.5pt solid black;
mso-border-insidev-themecolor:text1;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-ansi-language:IN;}
</style> <![endif]--> <br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">PROPOSAL TAMAN BACAAN</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">BERBASIS PANTI ASUHAN DI KABUPATEN SAMBAS</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Pendahuluan</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ilmu adalah pelita kehidupan. Tanpa ilmu, seseorang akan mengalami kesulitan dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Terlebih-lebih di zaman millenium, yang segala sesuatunya didasarkan pada sains. Maka, ilmu menjadi sesuatu yang wajib dimiliki semua orang.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Salah satu sumber ilmu adalah buku. Darinya diperoleh berbagai pengetahuan. Jadi tidaklah salah jika buku dapat dijadikan sebagai jendela dunia. Dan satu-satunya cara mengetahui isi buku hanya dengan membacanya. Akan tetapi ternyata, menjadikan kegiatan ini sebagai kebutuhan hanyalah dimiliki oleh beberapa orang saja. Bukan dikarenakan tidak adanya minat. Melainkan, seringkali infrastruktur yang kurang lengkap menyebabkan aktifitas itu terhambat. Salah satunya adalah penyediaan sarana perpustakaan atau taman bacaan yang akan menstimulus kebiasaan membaca. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Selama ini banyak taman bacaan didirikan. Namun taman bacaan itu hanya dijadikan tempat membaca. Belum ada taman bacaan yang sekaligus menjadi tempat membaca dan menulis</span><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">, sekaligus menjadi sarana pengembangan kemampuan, keterampilan dan lain sebagainya</span><span style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">. Yang juga diharapkan menjadi ruang pendidikan serta kreatifitas. Karena itulah </span><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">LAZ TPU AL MUMTAZ KABUPATEN SAMBAS</span><span style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> mencoba menawarkan konsep baru berupa </span><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">RUMAH KREATIF</span><span style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">. Selanjutnya rumah baca ini akan diberi nama Rumah CAHAYA, yang artinya Rumah (tempat) BaCA dan HAsilkan KarYA.</span><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;"></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Mengapa Panti Asuhan</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Kami menjadikan Panti Asuhan sebagai tempat dimana Rumah Cahaya ditempatkan, selain untuk membantu program pembinaan Panti Asuhan; harapan kedepan, kami bisa menjadikan Panti Asuhan sebagai mitra pengembangan dan pembinaan anak – anak dhuafa, baik yang masih sekolah ataupun tidak sekolah; sehingga pilihan terhadap Panti Asuhan sebagai lembaga sosial yang eksis dalam hal pelayanan bantuan sosial kepada masyarakat.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Manfaat</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Rumah Cahaya merupakan tempat di mana mereka yang datang nyaman untuk membaca buku atau majalah, sekaligus memiliki kesempatan menuangkan pikiran dan gagasan dalam bentuk tulisan. Tempat ini diharapkan akan memberikan kesempatan bagi kalangan umum, khususnya kaum dhuafa untuk membaca lebih banyak buku, majalah dan sebagainya sehingga wawasan mereka akan lebih berkembang. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Rumah Cahaya juga akan men-suport kalangan umum, khususnya kalangan dhuafa </span><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">dalam hal pengembangan diri, keterampilan hidup dan lain sebagainya. Salah satu program andalan dari Rumah Cahaya ini adalah program menulis, </span><span style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>minimal dilakukan seminggu sekali di hari Ahad, dalam bentuk bedah karya, diskusi, jumpa penulis, maupun workshop gratis untuk mereka yang datang di hari itu.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Profil LAZ TPU AL MUMTAZ</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">LAZ TPU AL MUMTAZ adalah lembaga yang berhikmat kepada masyarakat secara luas, dalam men-support dan memfasilitasi penghimpunan dan penyaluran dana zakat, infak, shadaqah dan wakaf di Kalimantan Barat.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">LAZ TPU AL MUMTAZ terletak di Jln. Ali Anyang No 3B Pontianak, Kalimantan Barat. Hingga saat ini sudah memiliki kantor cabang sebagai unit – unit penggerak program di beberapa kabupaten, sejalan dengan undang – undang pengelolaan zakat bahwa Organisasi Pengelola Zakat harus berada ditingkat provinsi dengan 40% kantor cabang di Kabupaten. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Buku-buku yang terdapat di perpustakaan Rumah Cahaya dikategorikan menurut usia pembacanya, yaitu anak-anak, remaja, dan dewasa. Buku anak-anak terdiri dari komik, majalah, dan buku dongeng. Buku remaja terdiri dari buku-buku fiksi islami dan majalah. Buku dewasa terdiri dari berbagai macam kategori, mulai dari fiksi, science, sosial, agama, filsafat, dll. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Kepengurusan LAZ TPU Al Mumtaz</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Dewan Syariah <span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: Ust. Harjani Hefni, Lc</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Dewan Pengawas<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: Supardi, S.Ag</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Direktur<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: Eko Novianto, Sp</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Kantor Cabang LAZ TPU Al Mumtaz Kabupaten Sambas</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Kepala Cabang/Penanggungjawab Program<span style="mso-tab-count: 1;"> </span> <span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: Denie</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Div Admin Keu<span style="mso-tab-count: 6;"> </span>: Lustiana</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Div Penghimpunan<span style="mso-tab-count: 5;"> </span>: Hasan</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Program Kegiatan</span><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;"> Rumah Cahaya LAZ TPU Al Mumtaz</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Study Club</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Program ini untuk membantu anak – anak di Panti Asuhan dan sekitarnya untuk mendapatkan bimbingan belajar, dibantu oleh beberapa tutor; program ini dilakukan secara umum (general class), tidak mematok pada satu atau dua mata pelajaran. Misalnya keterampilan komputer, dan lain sebagainya.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Klub Baca</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Klub baca adalah upaya untuk mengajak, mensosialisasikan gerakan membaca bagi anak – anak usia sekolah; di mana setiap anggota dari klub membaca akan memberikan stimulus sosial kepada anak – anak yang lainnya untuk gemar membaca. Beberapa agenda bagi klub membaca ini seperti </span><span style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Bakar Sate (Bahasa Karya Sambil Telaah), yang diadakan setiap dua pekan sekali setiap hari minggu jam 13.00-15.00 WIB</span><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">, selain itu juga ANTIBAR (Ayo Telaah Sambil Nonton bareng), yakni program telaah film, dokumentasi. </span><span style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Selain itu Klub Baca juga akan mengadakan lomba resensi setiap satu tahun sekali, serta pelatihan-pelatihan seperti kepustakaan, dll.</span><span style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;"> <span lang="IN"></span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Klub Menulis</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Sesuai dengan konsep Rumah Cahaya yang merupakan Rumah Baca dan Hasilkan Karya, </span><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">kedepan kami akan bekerja sama dengan Forum Lingkar Pena Kalimantan Barat, sebagai sebuah komunitas penulis untuk mengadakan agenda – agenda yang dapat menstimulus pengembangan minat dan bakat menulis bagi anak – anak. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Klub Bahasa Inggris</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Bahasa Inggris merupakan bahasa pergaulan internasional. Tidak semua orang berkesempatan mengenyam pendidikan di lembaga-lembaga yang memberikan pengajaran Bahasa Inggris. Oleh sebab itu, Rumah Cahaya berusaha memfasilitasi dengan program Klub Bahasa Inggris. Anak-anak akan diperkenalkan dengan Bahasa Inggris dengan cara yang menyenangkan, lewat permainan-permainan yang mendidik. Klub Bahasa Inggris ini akan berkegiatan setiap dua pekan sekali pada hari Sabtu pukul 13.00-15.00 WIB.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Kalam (Kajian Islam)</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ilmu dunia tanpa ilmu agama bisa berakibat pada pengingkaran terhadap Tuhan. </span><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Setiap anak atau anggota dari Rumah Cahaya berhak mendapatkan pembinaan atau bimbingan keagamaan yang bersifat kontinyu; sehingga melahirkan pribadi – pribadi yang tidak saja unggul dalam ilmu pengetahuan dan keterampilan, melainkan juga dalam akhlak diri sebagai seorang muslim. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Tahapan Pelaksanaan Program</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Kristen ITC"; mso-fareast-font-family: "Kristen ITC";"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Survey dan pelaksanaan monitoring kesiapan Panti Asuhan dalam menerima program gerakan membaca bersama LAZ TPU Al Mumtaz.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Kristen ITC"; mso-fareast-font-family: "Kristen ITC";"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Seleksi pengelola Rumah Cahaya bersama pengurus Panti Asuhan</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Kristen ITC"; mso-fareast-font-family: "Kristen ITC";"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Penghimpunan dana dan buku – buku (pengadaan koleksi)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Kristen ITC"; mso-fareast-font-family: "Kristen ITC";"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Pelaksanaan Program</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Kristen ITC"; mso-fareast-font-family: "Kristen ITC";"><span style="mso-list: Ignore;">5.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Monitoring dan Evaluasi</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Kristen ITC"; mso-fareast-font-family: "Kristen ITC";"><span style="mso-list: Ignore;">6.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Exiting Program (diarahkan bagi Panti Asuhan yang siap melaksanakan program sendiri/tidak lagi didampingi oleh LAZ TPU AL MUMTAZ</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Entry Point Program</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Sebagai tahap awal dari program ini secara keseluruhan, LAZ TPU AL MUMTAz telah berkomitmen untuk pembangunan Rumah Cahaya di Panti Asuhan Nurul Jadid Kabupaten Sambas, terletak di Dusun Lubuk Dagang, Kecamatan Sambas, Kabupaten Sambas.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Paket Estimasi Kebutuhan dan Biaya Operasional Rumah Cahaya</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Biaya Inventaris RUMCAY</span></div><table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoTableGrid" style="border-collapse: collapse; border: none; margin-left: 5.4pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-padding-alt: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-yfti-tbllook: 1184;"><tbody>
<tr style="mso-yfti-firstrow: yes; mso-yfti-irow: 0;"> <td style="border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 30.55pt;" valign="top" width="41"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">No</span></div></td> <td style="border-left: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 252.95pt;" valign="top" width="337"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Keterangan</span></div></td> <td style="border-left: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 85.1pt;" valign="top" width="113"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Jumlah</span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 1;"> <td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 30.55pt;" valign="top" width="41"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">1</span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 252.95pt;" valign="top" width="337"> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">1 unit Komputer </span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 85.1pt;" valign="top" width="113"> <div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: right;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">4.000.000,00</span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 2;"> <td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 30.55pt;" valign="top" width="41"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">2</span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 252.95pt;" valign="top" width="337"> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">1 Unit Printer</span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 85.1pt;" valign="top" width="113"> <div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: right;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">600.000,00</span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 3;"> <td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 30.55pt;" valign="top" width="41"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">3</span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 252.95pt;" valign="top" width="337"> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">1 Set Alat Olah Raga</span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 85.1pt;" valign="top" width="113"> <div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: right;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">1.000.000,00</span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 4;"> <td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 30.55pt;" valign="top" width="41"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">4</span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 252.95pt;" valign="top" width="337"> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">1 Set DVD dan Audio</span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 85.1pt;" valign="top" width="113"> <div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: right;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">600.000,00</span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 5; mso-yfti-lastrow: yes;"> <td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 30.55pt;" valign="top" width="41"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><br />
</div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 252.95pt;" valign="top" width="337"> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Total</span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 85.1pt;" valign="top" width="113"> <div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: right;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">6.200.000,00</span></div></td> </tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Biaya Rutin (Setiap Bulan)</span></div><table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoTableGrid" style="border-collapse: collapse; border: none; margin-left: 5.4pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-padding-alt: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-yfti-tbllook: 1184;"><tbody>
<tr style="mso-yfti-firstrow: yes; mso-yfti-irow: 0;"> <td style="border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 30.55pt;" valign="top" width="41"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">No</span></div></td> <td style="border-left: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 252.95pt;" valign="top" width="337"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Keterangan</span></div></td> <td style="border-left: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 3.0cm;" valign="top" width="113"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Jumlah</span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 1;"> <td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 30.55pt;" valign="top" width="41"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">1</span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 252.95pt;" valign="top" width="337"> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Beasiswa Pengelola 1 Org</span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 3.0cm;" valign="top" width="113"> <div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: right;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">150.000,00</span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 2;"> <td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 30.55pt;" valign="top" width="41"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">2</span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 252.95pt;" valign="top" width="337"> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Honour Tutor</span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 3.0cm;" valign="top" width="113"> <div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: right;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">500.000,00</span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 3;"> <td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 30.55pt;" valign="top" width="41"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">3</span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 252.95pt;" valign="top" width="337"> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Biaya Listrik</span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 3.0cm;" valign="top" width="113"> <div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: right;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">100.000,00</span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 4;"> <td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 30.55pt;" valign="top" width="41"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">4</span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 252.95pt;" valign="top" width="337"> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Biaya Pengolahan dan Pemeliharaan Buku</span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 3.0cm;" valign="top" width="113"> <div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: right;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">200.000,00</span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 5;"> <td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 30.55pt;" valign="top" width="41"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">5</span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 252.95pt;" valign="top" width="337"> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Biaya Komunikasi</span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 3.0cm;" valign="top" width="113"> <div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: right;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">100.000,00</span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 6;"> <td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 30.55pt;" valign="top" width="41"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">6</span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 252.95pt;" valign="top" width="337"> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Belanja Buku Bulanan</span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 3.0cm;" valign="top" width="113"> <div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: right;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">500.000,00</span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 7; mso-yfti-lastrow: yes;"> <td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 30.55pt;" valign="top" width="41"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><br />
</div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 252.95pt;" valign="top" width="337"> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Total</span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 3.0cm;" valign="top" width="113"> <div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: right;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">1.550.000,00</span></div></td> </tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Biaya Program (1 Tahun)</span></div><table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoTableGrid" style="border-collapse: collapse; border: none; margin-left: 5.4pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-padding-alt: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-yfti-tbllook: 1184;"><tbody>
<tr style="mso-yfti-firstrow: yes; mso-yfti-irow: 0;"> <td style="border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 30.55pt;" valign="top" width="41"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">No</span></div></td> <td style="border-left: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 252.95pt;" valign="top" width="337"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Keterangan</span></div></td> <td style="border-left: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 3.0cm;" valign="top" width="113"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Jumlah</span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 1;"> <td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 30.55pt;" valign="top" width="41"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">1</span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 252.95pt;" valign="top" width="337"> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Kesektretariatan</span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 3.0cm;" valign="top" width="113"> <div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: right;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">9.600.000,00</span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 2;"> <td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 30.55pt;" valign="top" width="41"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">2</span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 252.95pt;" valign="top" width="337"> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Klub Membaca Per 1 kali pertemuan</span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 3.0cm;" valign="top" width="113"> <div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: right;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">1.200.000,00</span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 3;"> <td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 30.55pt;" valign="top" width="41"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">3</span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 252.95pt;" valign="top" width="337"> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Klub Menulis Per 1 Kali Pelatihan</span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 3.0cm;" valign="top" width="113"> <div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: right;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">2.400.000,00</span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 4;"> <td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 30.55pt;" valign="top" width="41"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">4</span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 252.95pt;" valign="top" width="337"> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Klub Bahasa Inggris Per 1 kali Pertemuan</span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 3.0cm;" valign="top" width="113"> <div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: right;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">3.600.000,00</span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 5;"> <td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 30.55pt;" valign="top" width="41"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">5</span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 252.95pt;" valign="top" width="337"> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Kajian KeIslaman Per 1 Kali Pertemuan</span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 3.0cm;" valign="top" width="113"> <div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: right;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">1.200.000,00</span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 6; mso-yfti-lastrow: yes;"> <td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 30.55pt;" valign="top" width="41"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><br />
</div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 252.95pt;" valign="top" width="337"> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Total</span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 3.0cm;" valign="top" width="113"> <div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: right;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">18.000.000,00</span></div></td> </tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">STRATEGI PENGEMBANGAN</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Seiring berjalannya waktu, kedepan Rumah Cahaya dapat dikelola secara mandiri oleh Panti Asuhan, sehingga LAZ TPU AL MUMTAZ hanya sebagai inisiator, stimulus pengembangan program yang dilakukan oleh Panti Asuhan. </span><span style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Untuk tercapainya harapan tersebut, maka ke depan Rumah Cahaya akan lebih banyak lagi mengadakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat sekitar, merangkul organisasi-organisasi sekolah maupun organisasi lainnya yang memiliki kepeduli</span><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">a</span><span style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">n pada bidang pendidikan, agar tumbuh rasa memiliki di hati masyarakat </span><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Sambas</span><span style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">. Dengan demikian, Rumah Cahaya tak lagi menjadi milik </span><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">LAZ TPU AL Mumtaz atau Panti Asuhan</span><span style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">, tetapi juga milik masyarakat </span><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Sambas</span><span style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> pada umumnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">PENUTUP</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Demikianlah proposal ini disusun dan diajukan. Semoga usaha pengembangan minat baca dan menulis melalui media Rumah Cahaya dapat direalisasikan dan mendapatkan dukungan dan bantuan sepenuhnya dari berbagai pihak.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Bantuan dan Donasi dapat disampaikan melalui </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">LAZ TPU AL MUMTAZ KABUPATEN SAMBAS</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Cp. Denie, 085252615026</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Email : laztpualmumtaz@yahoo.co.id</span><span style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"></span></div><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">LAZ TPU AL MUMTAZ </span></div><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Kabupaten Sambas</span></div><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;"><br />
</div><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Denie</span></div><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Kepala Cabang</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">KONTRIBUSI ANDA</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Donor Buku</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Anda bisa menjadi salah satu pendonor buku secara kontinyu setiap bulan selama satu tahun dengan estimasi biaya disesuaikan dengan kemampuan anda</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Tenaga</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Anda bisa menjadi penggiat program, jika lokasi anda berdekatan dengan Panti Asuhan; anda bisa merekomendasikan Panti Asuhan yang bisa dijadikan sebagai lokasi program. Jika anda memiliki keahlian, anda bisa menyumbangkan kemampuan anda untuk mengajarkan kepada anak – anak yang membutuhkan</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Peluang CSR</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Perusahaan anda bisa menjadi promotor program ini, setidaknya perusahaan anda dapat berkontribusi dalam pengadaan buku – buku untuk program gerakan literasi ini. Peluang ini dapat bekerja sama dengan penerbit buku yang kami rekomendasikan</span><span style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;"></span></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14992969716376707682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5159992831260697059.post-30972102434643052492012-01-07T04:17:00.001-08:002012-01-07T04:17:12.034-08:00CARA UPGRADE PEMBANTU JADI BABBY SITTER<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Seorang bapak bekirim surat ke sebuah koran nasional. Ia berkeluh kesah tentang kondisi ekonomi sekarang yang dirasakannya sungguh berat. Dalam penuturannya ia mengungkapkan bahwa gajinya jika digabung dengan gaji istrinya tak lebih dari Rp3,5 juta. Padahal harga-harga sudah meroket, terutama harga bahan-bahan pokok, termasuk susu untuk si kecil.</span></div><div> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Kondisi ini mau tidak membuatnya pusing tujuh keliling mengingat ia harus menggaji seorang pembantu ditambah seorang babysitter. Kalau untuk gaji pembantu dan babysitter saja sudah Rp1,2 juta, bagaimana harus memutar otak agar bisa membayar tagihan PLN, pulsa telepon, cicilan rumah, transportasi ke tempat kerja, dan sebagainya.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Setelah dipikir-pikir, si bapak tadi berencana tidak memakai jasa <a href="http://id.88db.com/Kebutuhan-Rumah-Tangga/Pembantu-Baby-Sitter/ad-229182/"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Penyalur Baby Sitter</span></a> lagi. Tapi bagaimana dengan anaknya yang masih bayi? Apakah menghentikan babysitter akan mendatangkan masalah baru dengan pengasuhan anaknya? Bisakah pembantu rumah tangga ditingkatkan kemampuannya sehingga setara dengan babysitter?</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana; font-size: 10pt;">SELEKSI DULU<br />
</span><span style="font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Psikolog yang lama bergelut dengan masalah anak dan keluarga, Dra. Tisna Chandra, menegaskan boleh-boleh saja jika ingin meningkatkan kemampuan/keterampilan PRT setara babysitter. Namun, pesannya, kita tidak boleh sembarangan melakukan up grade PRT. Pasalnya, babysitter bertugas mengurusi buah hati kita, bukan mengurusi benda-benda rumah di dapur, di ruang tamu, atau ruang lainnya. Berikut sejumlah kriteria yang harus diperhatikan saat menyeleksi pembantu agar bisa di-up grade.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana; font-size: 10pt;">1. Bisa baca tulis<br />
</span><span style="font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Kenapa? Sebab ia akan seharian bersama anak dan bukankah kita biasanya sering mendelegasikan sesuatu kepadanya lewat catatan-catatan yang kita buat. Belum lagi jika kita meminta ia untuk menemani anak belajar. Kemampuan baca tulis tentu akan lebih bisa diharapkan. Setidaknya ia haruslah mengenyam pendidikan setingkat SLTP.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana; font-size: 10pt;">2. Berkepribadian baik<br />
</span><span style="font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Ia pun sebaiknya memiliki kepribadian yang baik. Misalnya, bertemperamen positif, tidak gampang marah, memiliki kecintaan pada anak, pandai menjaga kebersihan tubuh, dan lainnya. Kalau kepribadiannya terbukti tidak baik, sebaiknya jangan dipaksakan karena malah akan merusak pertumbuhan anak. Contohnya, kerap berkata kasar dan jorok, tidak menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Kita tentu khawatir anak akan ikut-ikutan dan ini tentu tidak baik bagi perkembangan anak.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana; font-size: 10pt;">3. Punya keinginan belajar<br />
</span><span style="font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Mengasuh anak memiliki “ilmu” tersendiri. Setidaknya PRT harus memahami masalah perkembangan, kesehatan dan kepribadian anak. Selain itu PRT yang dimaksud harus memiliki keinginan untuk belajar. Dari tidak tahu sama sekali menjadi tahu dan kemudian melaksanakan/menerapkannya. Jika ia tidak punya keinginan belajar akan sulit baginya untuk bisa mengasuh dan merawat anak dengan baik.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana; font-size: 10pt;">IKUTKAN TRAINING<br />
</span><span style="font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jika kualifikasi pembantu yang ingin di-up grade sudah cocok, barulah kita bisa mendidiknya. Pendidikan ini dapat dilakukan sendiri ataupun dengan mengirimkannya ke tempat pelatihan atau <a href="http://id.88db.com/Kebutuhan-Rumah-Tangga/Pembantu-Baby-Sitter/ad-229182/"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Penyalur Baby Sitter</span></a>. Di tempat tersebut si PRT akan diajarkan mengenai banyak hal, dari teori sampai berbagai praktik kerja seputar pengasuhan anak.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Hanya saja, Tisna berpesan, seorang PRT yang sudah ditingkatkan kemampuan dan tanggung jawabnya, yaitu menjaga dan merawat anak, sebaiknya juga mendapat peningkatan penghasilan.</span></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14992969716376707682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5159992831260697059.post-54843070472637988072012-01-07T04:15:00.001-08:002012-01-07T04:15:55.571-08:00PEMBANTU BISA PENGARUHI ANAK<div class="entry" style="text-align: justify;"><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span>Menurut catatan salah satu survei menunjukkan bahwa anak yang ditinggal ibunya bekerja dan berada dirumah dengan <a href="http://sijanggut.blogdetik.com/tag/pembantu-rumah-tangga/%5C/%5C" target="\"\\"_blank\\"\""><strong>pembantu rumah tangga</strong></a> / baby sitteer terlihat lebih mandiri daripada sepanjang hari berada di rumah bersama ibunya.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="\"\\"MsoNormal\\"\"" style="text-align: justify;"><span>Keluarga ynag belum mepunyai anak dan suami istri bekerja, membutuhkan pembantu yang berpengalaman, mandiri, dan bisa dipwercaya. Keluarga yang mempunyai anak balita, membutuhkan pembantu yang mengasihi anak-anak dan mempunyai perilaku yang tidak membahayakan jika ditiru anak.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span> </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="\"\\"MsoNormal\\"\"" style="text-align: justify;"><span>Keluarga yang mempunyai anak remaja atau pemuda membutuhkan pembantu yang tidak bersifat memanjakan dan menguasai (biasanya yang sudah berumur), karena anak-anak sudah harus bisa melakukan beberapa pekerjaan di rumah. Harus kita ingat bahwa kita tidak dapat tergantung pada mereka selamanya. Dalam waktu tertentu harus kehilangan dan mencari yang lain. Rata-rata mereka bertahan sekitar 2 - 5 tahun atau kurang dari itu.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span> </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="\"\\"MsoNormal\\"\"" style="text-align: justify;"><span>Dalam memilih pembantu/baby sitter untuk anak, prioritas utamanya adalah sifat aatu karakternya -disampingsekian kekurangan yang harus diterima. Dalam memilih pembantu/baby sitter untuk anak, prioritas utamanya adalah sifat aatu karakternya -disampingsekian kekurangan yang harus diterimaJikalau anak anda mulai merasa tidak aman dengan pembantu, anda gelisah atau takut karena beberapa hal penting yang tidak dimiliki (seperti diatas), jangan mengorbankan anak anda. Anda harus lebih rela kehilangan pembantu tersebut daripada \\\”kehilangan anak.\\\”</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span> </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span> </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="\"\\"MsoNormal\\"\"" style="text-align: justify;"><span><br />
<a href="http://sijanggut.blogdetik.com/tag/pembantu-rumah-tangga/%5C/%5C"><strong></strong></a></span></div></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14992969716376707682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5159992831260697059.post-27252039041355372302011-12-31T23:47:00.000-08:002011-12-31T23:47:01.827-08:00KREATIFITAS ANAK - ANAK SAMBAS<div style="text-align: justify;">Dua hari yang lalu menyempatkan jalan-jalan sore di tepian sungai Sambas, Kalimantan Barat. Jalan-jalan sore awalnya memang sekedar enjoy aja dan sekalian hunting-hunting foto kalau ada yang unik. Makanya memang sengaja bekal Kamera.</div><div style="text-align: justify;">Asik memutar-mutar, tak sengaja melihat sekumpulan anak-anak kecil (seusia Sekolah Dasar) sedang bermain dan mandi di Sungai. Hal yang biasa dilakukan penduduk di tepian sungai buat nyuci dan mandi di sungai. <img alt=":D" class="wp-smiley" src="http://triplezet.blogdetik.com/wp-includes/images/smilies/icon_biggrin.gif" /> </div><div style="text-align: justify;">Namun ada yang unik!! Ya… diantara anak-anak tadi ada seorang anak yang kuperhatikan sedang asik mengayuh sepeda di tengah sungai. Ternyata Sepeda Air ala kreasi anak-anak.</div><div style="text-align: justify;">Sepeda Air banyak dijumpai di Wahana-Wahana Air di kota besar atau daerah Wisata Air. Biasanya Sepeda Air pada Wahana Air itu terbuat dari bahan fiber-glass dengan model-model seperti Angsa, Kuda Laut, Anjing Laut dll.</div><div style="text-align: justify;"><a href="http://triplezet.blogdetik.com/files/2011/09/sepeda-air1a.jpg" rel="lightbox[roadtrip]"><img alt="sepeda-air1a" class="alignnone size-medium wp-image-455" height="214" src="http://triplezet.blogdetik.com/files/2011/09/sepeda-air1a-300x214.jpg" width="300" /></a> <a href="http://triplezet.blogdetik.com/files/2011/09/sepeda-air1b.jpg" rel="lightbox[roadtrip]"><img alt="sepeda-air1b" class="alignnone size-medium wp-image-456" height="214" src="http://triplezet.blogdetik.com/files/2011/09/sepeda-air1b-300x214.jpg" width="300" /></a></div><div style="text-align: justify;">Kali ini, anak-anak yang kujumpai di tepian sungai tadi berkreasi membuat Sepeda Air dari bahan-bahan bekas pakai. Bahan-bahan seperti Jerigen plastik, pipa PVC (Paralon) dan sepeda mini yang sudah tak terpakai, dirakit dan dirancang sedemikian rupa sehingga menghasilkan sebuah Sepeda Air yang bisa dikayuh di sungai. Woww.. Salut <img alt=":)" class="wp-smiley" src="http://triplezet.blogdetik.com/wp-includes/images/smilies/icon_smile.gif" /> </div><div style="text-align: justify;">Ini dia, beberapa foto hasil kreativitas anak-anak tepian sungai yang kuabadikan. Karena cukup unik, sekalian kuambil videonya yang terdapat pada fasilitas kameraku.</div><h3 style="text-align: justify;"><strong><span style="color: navy;">Ini fotonya Gan <img alt=":D" class="wp-smiley" src="http://triplezet.blogdetik.com/wp-includes/images/smilies/icon_biggrin.gif" /> :</span></strong></h3><div style="text-align: justify;"><a href="http://triplezet.blogdetik.com/files/2011/09/sepeda-air-kreasi-anak-tepian-sungai-sambas-01.jpg" rel="lightbox[roadtrip]" target="_blank"><img alt="sepeda-air-kreasi-anak-tepian-sungai-sambas-01" class="alignnone size-medium wp-image-457" height="225" src="http://triplezet.blogdetik.com/files/2011/09/sepeda-air-kreasi-anak-tepian-sungai-sambas-01-300x225.jpg" width="300" /></a><a href="http://triplezet.blogdetik.com/files/2011/09/sepeda-air-kreasi-anak-tepian-sungai-sambas-02.jpg" rel="lightbox[roadtrip]" target="_blank"><img alt="sepeda-air-kreasi-anak-tepian-sungai-sambas-02" class="alignnone size-medium wp-image-458" height="225" src="http://triplezet.blogdetik.com/files/2011/09/sepeda-air-kreasi-anak-tepian-sungai-sambas-02-300x225.jpg" width="300" /></a> <a href="http://triplezet.blogdetik.com/files/2011/09/sepeda-air-kreasi-anak-tepian-sungai-sambas-04.jpg" rel="lightbox[roadtrip]"><img alt="sepeda-air-kreasi-anak-tepian-sungai-sambas-04" class="alignnone size-medium wp-image-461" height="225" src="http://triplezet.blogdetik.com/files/2011/09/sepeda-air-kreasi-anak-tepian-sungai-sambas-04-300x225.jpg" width="300" /></a><a href="http://triplezet.blogdetik.com/files/2011/09/sepeda-air-kreasi-anak-tepian-sungai-sambas-03.jpg" rel="lightbox[roadtrip]" target="_blank"><img alt="sepeda-air-kreasi-anak-tepian-sungai-sambas-03" class="alignnone size-medium wp-image-459" height="225" src="http://triplezet.blogdetik.com/files/2011/09/sepeda-air-kreasi-anak-tepian-sungai-sambas-03-300x225.jpg" width="300" /></a></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14992969716376707682noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5159992831260697059.post-76707614355737424572011-12-31T23:29:00.001-08:002011-12-31T23:29:56.837-08:00MENGGAGAS SEKOLAH KOMUNITAS<div style="text-align: justify;">Data dari Direktorat Pendidikan Masyarakat, Ditjen Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Depdiknas menunjukkan total penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas yang menyandang buta aksara berkisar 15,04 juta. Indonesia pun akhirnya harus puas menyandang gelar sebagai negara dengan penduduk buta aksara terbesar di Asia Tenggara. Selain itu, setiap tahun hampir satu juta anak di Indonesia terancam putus sekolah dasar. Di Jawa Timur jumlah siswa putus sekolah juga mengalami peningkatan yang signifikan khususnya jenjang SMP dan SMA. Jumlah siswa SMP periode 2006/2007 yang mengalami putus sekolah mencapai kisaran 2.223 siswa, atau meningkat 4,2 persen dari periode sebelumnya yaitu 2.133 siswa. Sedangkan siswa putus sekolah jenjang SMA periode 2006/2007 mencapai 3.357 siswa, atau meningkat 60 persen dari periode sebelumnya yaitu 2.099 siswa.</div><span id="more-92"></span><br />
<div style="text-align: justify;">Selama ini, dalam <em>common sense</em> masyarakat pendidikan memang selalu diidentifikasikan sebagai barang publik sehingga negara merupakan institusi yang berwenang mengatur penyelenggaraan pendidikan secara formal. Negara dalam hal ini dipercaya atau diberi mandat oleh masyarakat untuk menciptakan pemerataan pendidikan sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945. Ironisnya, ketidakberdayaan masyarakat dalam memperoleh akses yang sama dalam aspek pendidikan merupakan persoalan mendasar yang hingga saat ini belum tuntas, bahkan mulai tersamarkan oleh isu-isu pendidikan yang lain semacam Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), subsidi anggaran pendidikan 20%, dan lain-lain yang masih saja kontroversial.</div><div style="text-align: justify;">Ketidakberdayaan masyarakat dalam memperoleh pendidikan formal yang layak bagi kemanusiaan selalu dipusingkan dengan alasan klasik yaitu tingginya biaya pendidikan yang berbanding lurus dengan rendahnya pendapatan perkapita masyarakat. Sehingga banyak masyarakat terjebak dalam kemiskinan dan terpaksa menjadikan pendidikan bukan sebagai kebutuhan primer. Logico positivisme yang dikembangkan negara sebagai parameter keberhasilan sistem pendidikan mestinya perlu dikaji ulang sebab menimbulkan misinterpretasi yang mengkognisi masyarakat. Standarisasi dalam berbagai bentuk (UAN, Akreditasi) tidak selamanya menjadi ukuran yang akurat dalam menilai tingkat kecerdasan bangsa bahkan cenderung bias. Celakanya, masyarakat terlanjur menganggap bahwa nilai standarisasi yang bagus merupakan jaminan memperoleh pendidikan yang baik pula. Muncul kemudian sekolah yang favorit dan pinggiran yang saling bersaing memperebutkan pangsa. Setiap sekolah saling melengkapi sarana dan prasarana walau dengan anggaran yang besar untuk menarik minat siswa. Konsekuensi logisnya adalah sekolah favorit atau bukan, yang jelas biayanya menjadi mahal. Di sini kualitas menjadi terabaikan sebab sistem pendidikan terjebak dalam mekanisme pasar dimana negara merupakan aktor yang ikut bermain di dalamnya.</div><div style="text-align: justify;">Secara filosofis, tanggung jawab negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga Indonesia mampu mengakomodasi segala potensi baik material maupun spiritual untuk menciptakan kesejahteraan bangsa yang berkeadilan sosial seutuhnya. Namun hal ini bukan berarti negara merupakan satu-satunya aktor dalam konstelasi pendidikan di Indonesia, sebaliknya setiap elemen bangsa berhak berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Negara hanya memiliki otoritas dalam wilayah-wilayah formal dan juga harus ikut memelihara basis pendidikan non-formal untuk memperkuat pondasi pendidikan nasional.</div><div style="text-align: justify;">Negara dalam realitasnya tidak mungkin membebaskan biaya pendidikan sebab terbentur dengan minimnya subsidi untuk pendidikan dalam APBN. Pendidikan gratis masih retorika yang perlu diperjuangkan untuk menjadi nyata. Kondisi ini bila dibiarkan berlarut-larut tentu membahayakan bagi keberlangsungan bangsa dan negara Indonesia. Oleh sebab itu, dalam hemat saya negara dalam hal ini pemerintah mau tidak mau harus segera berpaling pada pendidikan non-formal seperti pondok pesantren dan sekolah komunitas sebagai alternatif untuk mengembangkan pendidikan nasional.</div><div style="text-align: justify;">Pondok pesantren perlu kita garis bawahi sebab merupakan basis pendidikan non-formal yang sangat membudaya dalam masyarakat Indonesia terutama di daerah pinggiran. Lembaga ini memiliki legitimasi yang kuat dari masyarakat didasarkan atas perjalanan sejarahnya yang dirintas sejak era walisanga di tanah jawa. Pondok pesantren baik tradisional maupun modern pada dasarnya bersifat otonom baik dari segi kurikulum maupun budaya yang dikembangkan walaupun juga dalam beberapa hal yang sifatnya administratif menyesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang disyaratkan oleh pemerintah. Yang juga istimewa adalah toleransi biaya dalam lembaga pendidikan ini tidak sehitam putih institusi formal sehingga lebih mampu mengakomodasi semua lapisan masyarakat.</div><div style="text-align: justify;">Yang menarik adalah perhatian pemerintah terhadap pondok pesantren termanifestasikan dalam bentuk yang salah. Muncul indikasi adanya formalisasi terhadap operasionalisasi pendidikan di pondok pesantren. Kecenderungan ini bisa dilihat dari keinginan pemerintah untuk memberikan standarisasi dalam kurikulum maupun akreditasi. Implikasinya adalah pondok pesantren yang akreditasinya di bawah standar perlu mengikuti ujian persamaan ketika akan memasuki institusi pendidikan formal. Kondisi ini tentu kontraproduktif, sebab akhirnya pondok pesantren mulai mengikuti logika pemerintah yang terbukti tidak teruji dalam mengembangkan pendidikan formal, apalagi dalam pondok pesantren yang memiliki karakteristik yang khas. Pemerintah mestinya tidak mengklasifikasi basis-basis pendidikan non-formal secara kasar melalui akreditasi yang justru memicu kompetisi antar pondok pesantren untuk diakui kapabilitasnya oleh pemerintah.</div><div style="text-align: justify;">Invasi pemerintah yang ofensif dalam pelbagai sektor penopang pendidikan memaksa kita untuk memikirkan strategi lain untuk mendukung pemberdayaan pendidikan masyarakat terutama lapisan bawah. Salah satu gagasan besar yang sedang naik daun adalah dengan memunculkan sekolah-sekolah komunitas sebagai media perlawanan terhadap hegemoni pemerintah dalam dinamika pendidikan di Indonesia. Pada dasarnya sekolah komunitas merupakan bentuk pendidikan alternatif yang menekankan pentingnya partisipasi masyarakat untuk memberikan pendampingan terhadap komunitas masyarakat yang tidak mampu mendapatkan akses pendidikan secara layak.</div><div style="text-align: justify;">Pendidikan dalam sekolah komunitas didesain untuk tidak hanya memberikan kemampuan dasar seperti tulis menulis, berhitung, membaca melainkan juga perlunya menanamkan pemahaman yang mampu membangkitkan tekad dan kesadaran mereka untuk mampu mandiri dan keluar dari ketertindasannya. Tujuan sekolah komunitas adalah agar setiap masyarakat yang mengalami diskriminasi mampu mengangkat harkat dan martabatnya sendiri tanpa tergantung pada pemerintah. Oleh sebab itu sekolah komunitas <em>(Community Based Schooling)</em> ini memerlukan upaya-upaya yang terpadu dari segenap lapisan masyarakat agar terus tumbuh subur dan mampu mempertahankan eksistensinya.</div><div style="text-align: justify;">Sekolah komunitas sebenarnya juga mengajarkan tentang pengenalan nilai-nilai demokrasi sejak dini. Pendidikan yang diarahkan pada pengembangan pribadi anak didik untuk lebih menghargai hak-hak asasi manusia. Hal ini diharapkan agar tercipta rasa saling pengertian, kekeluargaan, toleran dalam menjalin persaudaraan tanpa membedakan status sosial, suku bangsa, agama, maupun golongan-golongan tertentu sehingga mentalitas perdamaian mulai terbangun. Kemampuan anak didik tidak melulu dikembangkan dari kurikulum, melainkan lebih ditujukan pada analisa sosial, belajar dari kehidupan sehari-hari, sehingga budaya belajar mampu menumbuhkan nalar kritis untuk memajukan kemanusiaan.</div><div style="text-align: justify;">Salah satu contoh sekolah komunitas yang menjadi teladan bagi sekolah komunitas yang lain adalah sekolah Qaryah Thayyibah di Salatiga. Harapan dari sekolah ini adalah agar sekolah dapat dijangkau oleh semua dan tidak bergantung pada lembaga-lembaga formal pendidikan. Masalah pendidikan digagas dan dikelola bersama oleh segenap warga, pemerintah, orang tua, guru, yang terus saling merencanakan, mengawasi, dan mengevaluasi pendidikan bagi anak didiknya. Kentalnya kebersamaan yang dijalin dalam sekolah komunitas ini telah melunturkan citra sekolah yang kaku, formal, dan birokratis.</div><div style="text-align: justify;">Pemerintah semestinya mulai menyadari munculnya berbagai sekolah yang menekankan pendidikan alternatif sebagai bentuk respon positif dari masyarakat yang diakibatkan oleh kebijakan negara yang tidak populis khususnya dalam pengembangan pendidikan nasional. Sudah sewajarnya rakyat berhak dan bebas untuk mendapat dan menentukan pendidikan yang diinginkannya, bukan selalu diberi dan diarahkan yang terbukti membawa kemerosotan bangsa. Jika pemerintah mau mawas diri, tidak terkooptasi dalam kapitalisme, mau merangkul segenap elemen penopang pendidikan, dan memberikan kesempatan yang sama, saya yakin negara ini mampu mensejajarkan dirinya dengan bangsa-bangsa lain di dunia.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14992969716376707682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5159992831260697059.post-25027897324598313862011-12-31T23:27:00.002-08:002011-12-31T23:27:55.810-08:00INILAH ASAL USUL WAKTU 24 JAM, 60 MENIT, 1 MENIT<div style="background-color: white; border-width: 0px; color: black; font-family: Arial,'Trebuchet MS','Helvetica Neue',sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; border-width: 0px; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0px; padding: 0px;">Pernahkah agan2 bertanya-tanya mengapa dalam 1 hari ada 24 jam, dalam 1 menit ada 60 detik, dan dalam 1 detik ada 60 menit? Inilah jawabannya gan. Cekidot</span></div><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; border-width: 0px; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><div style="border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitzECdkk0neUYzzOc6dC8-G3EwV5Dn7_ehGcqWiTgjjW_dzN5hNLsfMalYt4TYK_qh_k6zjzLTdRKNbtyhxts7r_1gC0gZrIR6Pav-CTnm70Q_ZUBTfr3bePweXyFd2dL24DrYUP7if00Q/s320/time-warp_thumb%255B23%255D.jpg" style="background-color: white; border: 1px solid rgb(221, 221, 221); margin: 0px; padding: 4px;" /></div></span><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; border-width: 0px; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><div style="border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">Sistem bilangan yang paling banyak digunakan manusia saat ini adalah sistem desimal, yaitu sebuah sistem bilangan berbasis 10. Namun untuk mengukur waktu kita menggunakan sistem duodesimal (basis 12) dansexadesimal (basis 60). Hal ini disebabkan karena metode untuk membagi hari diturunkan dari sistem bilangan yang digunakan oleh peradaban kuno Mediterania. Pada sekitar tahun 1500 SM, orang-orang Mesir kunomenggunakan sistem bilangan berbasis 12, dan mereka mengembangkan sebuah sistem jam matahari berbentuk seperti huruf T yang diletakkan di atas tanah dan membagi waktu antara matahari terbit dan tenggelam ke dalam 12 bagian. Para ahli sejarah berpendapat, orang-orang Mesir kuno menggunakan sistem bilangan berbasis 12 didasarkan akan jumlah siklus bulan dalam setahun atau bisa juga didasarkan akan banyaknya jumlah sendi jari manusia (3 di tiap jari, tidak termasuk jempol) yang memungkinkan mereka berhitung hingga 12 menggunakan jempol.</div></span><div style="background-color: white; border-width: 0px; color: black; font-family: Arial,'Trebuchet MS','Helvetica Neue',sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px;"><br style="border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px;" /></span></div><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; border-width: 0px; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><div style="border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img alt="" border="0" src="http://www.google.co.id/url?source=imglanding&ct=img&q=https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1kLo72MwNwMPM6DX04_ZS9vIrUUqKx_8h1M2kcEUI7oQ8RARUgNu11RUg57jmQ-3V1P3aiO9THee9USu5kBu0locaOx6xgW4h0uw_wwyTmlGsA-U-fIPaFZBh_idZHFFnfzPGYuqA5Bh_/s400/Jam+%281%29.JPG&sa=X&ei=7g1uTtmzEoiIrAfx14nICg&ved=0CAcQ8wc&usg=AFQjCNGNNWwkzNkkDWhOihiuzNCDDGJ7UQ" style="background-color: white; border: 1px solid rgb(221, 221, 221); margin: 0px; padding: 4px;" /></div></span><div style="background-color: white; border-width: 0px; color: black; font-family: Arial,'Trebuchet MS','Helvetica Neue',sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="border-width: 0px; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0px; padding: 0px;"><br style="border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px;" /></span></div><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; border-width: 0px; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><div style="border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">Jam matahari generasi berikutnya sudah sedikit banyak merepresentasikan apa yang sekarang kita sebut dengan“jam”. Sedangkan pembagian malam menjadi 12 bagian, didasarkan atas pengamatan para ahli astronomi Mesir kuno akan adanya 12 bintang di langit pada saat malam hari.</div></span><div style="background-color: white; border-width: 0px; color: black; font-family: Arial,'Trebuchet MS','Helvetica Neue',sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px;"><br style="border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px;" /></span></div><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; border-width: 0px; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><div style="border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img alt="" border="0" src="http://artrevolution.files.wordpress.com/2008/10/sundial31.jpg?w=320&h=240" style="background-color: white; border: 1px solid rgb(221, 221, 221); margin: 0px; padding: 4px;" /></div></span><div style="background-color: white; border-width: 0px; color: black; font-family: Arial,'Trebuchet MS','Helvetica Neue',sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="border-width: 0px; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0px; padding: 0px;"><br style="border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px;" /></span></div><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; border-width: 0px; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><div style="border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">Dengan membagi satu hari dan satu malam menjadi masing-masing 12 jam, maka dengan tidak langsung konsep 24 jam diperkenalkan. Namun demikian panjang hari dan panjang malam tidaklah sama, tergantung musimnya<i style="border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px;">(contoh: saat musim panas hari lebih panjang dibandingkan malam)</i>. Oleh karena itu pembagian jam dalam satu hari pun berubah-ubah sesuai dengan musimnya. Sistem waktu ini disebut dengan sistem waktu musiman. Pada sekitar tahun 147-127 SM, seorang ahli astronomi Yunani bernama Hipparchus menyarankan agar banyaknya jam dalam satu hari dibuat tetap saja yaitu sebanyak 24 jam, disebut dengan <u style="border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px;">sistem waktu equinoctial</u>. Namun sistem ini baru diterima secara luas oleh saat ditemukannya jam mekanik di Eropa pada abad ke-14.</div></span><div style="background-color: white; border-width: 0px; color: black; font-family: Arial,'Trebuchet MS','Helvetica Neue',sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px;"><br style="border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px;" /></span></div><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; border-width: 0px; color: black; font-family: Arial,'Trebuchet MS','Helvetica Neue',sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="border-width: 0px; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0px; padding: 0px;"><div style="border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img alt="" border="0" src="http://www.google.co.id/url?source=imglanding&ct=img&q=http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/50/Hipparchos_1.jpeg/220px-Hipparchos_1.jpeg&sa=X&ei=IQ9uTsPLD8rHrQegyPG-BQ&ved=0CAcQ8wc&usg=AFQjCNFXrGROgEVJNNK5fqye9g261JpONQ" style="background-color: white; border: 1px solid rgb(221, 221, 221); margin: 0px; padding: 4px;" /></div><span style="border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px;"><div style="border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">Hipparcus</div></span></span><span style="border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px;"><div style="border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="border-width: 0px; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0px; padding: 0px;"><br style="border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px;" /></span></div></span></span><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; border-width: 0px; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><div style="border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">Eratosthenes (276-194 SM), seorang ahli astronomi Yunani lainnya membagi sebuah lingkaran menjadi 60 bagian untuk membuat <u style="border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px;">sistem geografis latitude</u>. Teknik ini didasarkan atas sistem berbasis 60 yang digunakan oleh orang-orang Babilonia yang berdiam di Mesopotamia, yang jika ditilik lebih jauh diturunkan dari sistem yang digunakan oleh peradaban <i style="border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px;">Sumeria</i> sekitar 2000 SM. Tidak diketahui dengan pasti mengapa menggunakan sistem bilangan berbasis 60, namun satu dugaan mengatakan untuk kemudahan perhitungan karena <i style="border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px;">angka 60 adalah merupakan angka terkecil yang dapat dibagi habis oleh 10, 12, 15, 20 dan 30</i>.</div></span><div style="background-color: white; border-width: 0px; color: black; font-family: Arial,'Trebuchet MS','Helvetica Neue',sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px;"><br style="border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px;" /></span></div><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; border-width: 0px; color: black; font-family: Arial,'Trebuchet MS','Helvetica Neue',sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="border-width: 0px; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0px; padding: 0px;"><div style="border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><img alt="" border="0" src="http://www.google.co.id/url?source=imglanding&ct=img&q=http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/a2/Portrait_of_Eratosthenes.png/220px-Portrait_of_Eratosthenes.png&sa=X&ei=2w5uTtrBEIHsrAenhcHGBQ&ved=0CAcQ8wc&usg=AFQjCNFez2S_jhq6fqivOhLNkfmtqMfbZQ" style="background-color: white; border: 1px solid rgb(221, 221, 221); margin: 0px; padding: 4px;" /></div></span><span style="border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px;"><div style="border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="border-width: 0px; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0px; padding: 0px;">Eratosthenes</span></div></span></span><div style="background-color: white; border-width: 0px; color: black; font-family: Arial,'Trebuchet MS','Helvetica Neue',sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px;"><br style="border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px;" /></span></div><div style="background-color: white; border-width: 0px; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px;">Satu abad kemudian, Hipparchus memperkenalkan sistem longitude 360 derajat. Dan pada sekitar 130 M,Claudius Ptolemy membagi tiap derajat menjadi 60 bagian. Bagian pertama disebut dengan partes minutae primae yang artinya menit pertama, bagian yang kedua disebut partes minutae secundae atau menit kedua, dan seterusnya. Walaupun ada 60 bagian, yang digunakan hanyalah 2 bagian yang pertama saja dimana bagian yang pertama menjadi menit, dan bagian yang kedua menjadi detik. Sedangkan sisa 58 bagian yang lainnya membentuk satuan waktu yang lebih kecil daripada detik.</span></div><div style="background-color: white; border-width: 0px; color: black; font-family: Arial,'Trebuchet MS','Helvetica Neue',sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; border-width: 0px; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0px; padding: 0px;"><br style="border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px;" /></span></div><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; border-width: 0px; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><div style="border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">Sistem waktu ini membutuhkan waktu berabad-abad untuk tersebar luas penggunaannya. Bahkan jam penunjuk waktu pertama yang menampilkan menit dibuat pertama kali pada abad ke-16. Sistem waktu ini digunakan hingga sekarang oleh kita manusia modern.</div></span><span class="Apple-style-span" style="background-color: #eeeeee; border-width: 0px; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><br style="border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px;" /></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14992969716376707682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5159992831260697059.post-57195311050073891252011-12-31T23:27:00.000-08:002011-12-31T23:28:19.106-08:00PENGETAHUAN UMUM YANG UNIK<h3 class="post-title entry-title" style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-family: Arial,Tahoma,Helvetica,FreeSans,sans-serif; font-size: 14px; text-transform: uppercase;">MAKANAN</span></h3><div class="post-body entry-content" id="post-body-7605436084639157631"><div id="artikel"><div style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white;"></span></div><h3 style="font-family: arial; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-size: 17px;"><br />
</span></h3><h3 style="font-family: arial; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 17px;">Mengapa Nasi sulit matang di daerah tinggi??</span></h3><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial;">Tekanan udara di daerah gunung lebih rendah daripada di dataran rendah sehingga air matang sebelum suhu mencapai 100 derajat celcius. Karena itu, nasi yang dimasak di gunung akan kurang matang karena airnya matang lebih dulu. Untuk itu, sebaiknya menaruh benda berat di atas tutup panci saat memasak di gunung guna menaikkan tekanan udara di dalam panci dan mencegah uap air keluar.</span></span></div><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial;"><br />
</span></span></div><h3 style="font-family: arial; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 17px;">Mengapa kalau Udang direbus, warnanya berubah??</span></h3><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial;">Zat pigmen astaxanthin di kulit udang, lobster, kepiting bersatu dengan protein. Bila hewan jenis Crustacea ini dipanaskan, protein dan astaxanthin akan terpisah sehingga kulitnya menunjukkan warna merah muda, warna asli astaxanthin.</span></span></div><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial;"><br />
</span></span></div><h3 style="font-family: arial; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 17px;">Mengapa kita Cegukan bila makan cabai??</span></h3><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial;">Diafragma adalah sekat rongga antara dada dan perut, di bawah paru-paru. Cegukan adalah suara yang ditimbulkan oleh getaran diafragma ketika lambung membesar. Cegukan bisa disebabkan oleh makanan pedas atau panas yg dimakan bersamaan dengan waktu bernapas. Cara menghentikannya adalah dengan cara menahan napas atau dikagetkan, bisa juga dengan air es atau menghirup karbondioksida di dalam palstik yang sudah ditiup.</span></span></div><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial;"><br />
</span></span></div><h3 style="font-family: arial; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 17px;">Apa beda Buah dan Sayuran??</span></h3><div style="text-align: left;"><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-family: arial;">Dalam pengertian masyarakat luas, hasil tumbuhan jenis pohon disebut buah dan hasil tumbuhan berbatang lunak disebut sayuran. Contoh buah adalah apel, mangga, jambu, dan lain-lain. Contoh sayuran adalah tomat, stroberi, nenas, cabai, terong, mentimun, dan sebagainya.</span></div><span style="background-color: white;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br />
</span></span></div><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"><span style="background-color: white;">Secara umum buah itu berdaging, manis, harum dan mengandung banyak air, sedangkan sayuran ditanam di ladang untuk dimakan akar, batang, dan daunnya. Namun dalam pengertian botani/biologi, buah merupakan organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan modifikasi lanjut bakal buah ( ovarium ). Jadi, menurut pengertian ini, tomat, cabai, jagung, padi termasuk buah.</span></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"><span style="background-color: white;"><br />
</span></span></span></div></div><h2 style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify; text-transform: uppercase;"><span style="background-color: white;">KESEHATAN</span></h2><div style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><img alt="" src="http://www.osmanaffan.com/pic/sihat.gif" /></span></div><h3 style="font-family: arial; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 17px;">Mengapa Gigi bisa berlubang bila terlalu banyak makan makanan manis??</span></h3><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial;">Penyebab utama gigi berlubang adalah sisa makanan. Sisa makanan yang manis akan terus menempel di gigi dan ini merupakan makanan bagi kuman-kuman. Karena itu, lebih baik hindari terlalu banyak makan makanan manis.</span></span></div><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial;"><br />
</span></span></div><h3 style="font-family: arial; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 17px;">Mengapa tidak baik makan Daging gosong??</span></h3><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial;">Memasak menggunakan api mengubah protein secara kimia. Dalam proses ini, akan terbentuk zat penyebab KANKER, "benzopiren" dalam beberapa makanannya, terutama yang sudah gosong. Dalam buangan gas, asap cerobong pabrik, dan asap rokok pun ditemukan benzopiren.</span></span></div><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial;"><br />
</span></span></div><h3 style="font-family: arial; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 17px;">Mengapa Obat harus diminum sesudah 30 menit??</span></h3><div style="text-align: left;"><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-family: arial;">Maksud yang tertulis dalam resep dokter "minum obat 30 menit setelah makan" adalah waktu yang cocok untuk minum obat. Hal ini mengurangi perangsangan obat terhadap selaput lendir, dan makanan yang sedang dicerna pun tidak akan mengurangi efek obatnya sekaligus melindungi selaput lendir pada oragan pencernaan. </span></div><span style="background-color: white;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br />
</span></span></div><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"><span style="background-color: white;">Memang ada perbedaan pada beberapa obat, terutama obat penurun panas, penahan sakit, penambah darah, yang harus segera diminum agar mengurangi penghalangan pencernaan di usus.</span></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"><span style="background-color: white;"><br />
</span></span></span></div></div><h3 style="font-family: arial; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 17px;">Mengapa tidak baik Berlari sehabis makan??</span></h3><div style="text-align: left;"><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-family: arial;">Limpa adalah bagian usus yang terletak lebih dalam daripada lambung dan hati, berada di antara diafragma dan ginjal kiri. Limpa menghasilkan getah bening yang berfungsi untuk memecah sel darah yang sudah tua. Saat tubuh memerlukan kiriman darah yang lebih banyak, limpa akan mengerut sambil mengeluarkannya. </span></div><span style="background-color: white;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br />
</span></span></div><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"><span style="background-color: white;">Namun, sewaktu lambung atau hati memerlukan darah untuk mencerna makanan, dan selama itu kita berolahraga, limpa harus mengirimkan darah ke ototpada waktu bersamaan. Bila begini, limpa akan terlalu mengerut sehingga menimbulkan rasa sakit.</span></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"><span style="background-color: white;"><br />
</span></span></span></div></div><h3 style="font-family: arial; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 17px;">Mengapa Badan jadi memar saat menabrak benda keras??</span></h3><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial;">Memar terjadi karena pendarahan di bawah lapisan kulit. Jika mengalami memar, pendarahan beku terjadi di pembuluh kapiler dan di sekitar pembuluh balik yang terletak di kulit atau jaringan hipodermik. Bila mata memar, gosoklah bagian tersebut dengan telur karena bisa meningkatkan peredaran darahdan menghilangkan darah yang beku. Telur sering digunakan karena ukurannya yg pas untuk digenggam.</span></span></div><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial;"><br />
</span></span></div><h3 style="font-family: arial; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 17px;">Mengapa menyuntik di Pantat??</span></h3><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial;">Suntikan di pantat yang biasa kita alami adalah suntikan otot. Karena otot penuh dengan pembuluh darah, cairan obatnya cepat masuk. Suntikan otot biasanya dilakukan di tangan atau di pantat. Namun karena pantat memilikilebih banyak otot, dokter atau perawat biasanya menyuntik di pantat.</span></span></div><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial;"><br />
</span></span></div><h3 style="font-family: arial; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 17px;">Mengapa kalau dipukul, otak kita bisa bermasalah??</span></h3><div style="text-align: left;"><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-family: arial;">Otak kita sangat lemah, tapi mempunyai sistem perlindungan sempurna. Otak dilindungi oleh tengkorak dan selaput otak, dan cukup kuat menahan benturan karena adanya kelenjar getah bening. </span></div><span style="background-color: white;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br />
</span></span></div><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"><span style="background-color: white;">Akan tetapi, sel otak bisa mati karena kekurangan oksigen yg dihirup. Jumlahnya sejak lahir adalah 1.300 dan terus mati tanpa bereproduksi. Meski sel otak ini tidak mungkin mati karena dipukul sedikit, tapi kita tetap harus berhati-hati.</span></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><br />
</span></div><span style="background-color: white;"><i style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"><div style="text-align: justify;"><i style="background-color: white;"><b>Cara menyadarkan orang pingsan</b></i></div></i><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Bila ada yang pingsan, baringkan orang tersebut dan longgarkan bajunya. Luruskan kepalanya dan naikkan kakinya sedikit. Biasanya 2-3 menit kemudian dia akan sadar kembali. Bila belum siuman juga, biarkan dia mencium amonia atau basuh wajahnya dengan handuk yang dibasahi air es.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Meski sudah sadar, lebih baik dibiarkan dulu selama 20-30 menit. Bila napasnya tidak normal, ada kemungkinan saraf pusatnya terganggu. Cepat penggilkan dokter.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div></span></span></div><h3 style="font-family: arial; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 17px;">Mengapa Vitamin C rasanya masam??</span></h3><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial;">Suplemen Vitamin yang biasa kita minum pasti juga mengandung vitaim C. Nama resmi vitamin C adalah </span><i style="font-family: arial;">ascorbic acid</i><span style="font-family: arial;">. dan dari namanya, kita bisa tahu rasanya masam. Vitamin C bersifat larut dalam air dan akan keluar bersama urine, kerna itu lebih baik dikonsumsi sebelum tidur.</span></span></div><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial;"><br />
</span></span></div><h3 style="font-family: arial; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 17px;">Benarkah akan jadi Bodoh bila terlalu sering minum Kopi??</span></h3><div style="text-align: left;"><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-family: arial;">Kalau minum kopi secukupnya, otak akan terangsang untuk melancarkan proses pencernaan dan peredaran darah. Makanya bila minum kopi pada saat ngantuk atau lelah, kepala akan terasa ringan dan daya konsentrasi pun meningkat. Tetapi karena kopi memperlambat waktu bagi otak untuk menerima informasi baru, kita akan merasa otak menjadi lamban. </span></div><span style="background-color: white;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br />
</span></span></div><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"><span style="background-color: white;">Lagi pula, kecepatan tubuh menghancurkan kafein pada anak lebih lama daripada orang dewasa. Karena itu, lebih baik anak- anak menghindarinya. Menurut hasil penelitian, bila anak minum kopi bersama kola dan cokelat, kemampan belajarnya akan menurun.</span></span></span></div></div><h2 style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify; text-transform: uppercase;"><span style="background-color: white;">TUBUH KITA</span></h2><div style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><img alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZaQX7q-20G3SHS7TUWN2t9uNH2_i3U4jYT9TGXSmR-to6edgBuZHVfn-y_iJ2mt-BbXuOo5meUEBSQ31gA3GiIj1udUN5qF5nBxI9rV-GAik0RuSBHxzckJu9QI1v6KZFONAXYPvOaQc/s400/BagianTubuhKitaBMSD.jpg" /></span></div><h3 style="font-family: arial; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 17px;">Benarkah saat marah kita tidak bisa mencerna makanan dengan baik??</span></h3><div style="text-align: left;"><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-family: arial;">Beberapa organ dan fungsinya dalam tubuh manusia dikendalikan oleh "Saraf Tak Sadar", misalnya denyut jantung, pernapasan, pencernaan, dan lain-lain. Ketika kita makan, lambung akan secara otomatis mengeluarkangetah lambung untuk mencerna makanan dan melalui usus kecil tubuh kita akan menyerap nutrisi. inilah fungsi dari saraf tak sadar. </span></div><span style="background-color: white;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br />
</span></span></div><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"><span style="background-color: white;">Tapi jika kita sedang marah, gelisah, atau mengalami perasaan negatif lainnya, maka getah lambung akan sulit keluar secara normal. Keadaan inilahyang mengakibatkan terjadinya tukak lambung atau gangguan pencernaan. Jadi, ketika kita sedang makan, kita harus menjaga agar perasaan kita tenang. Dengan begitu tubuh kita akan dapat mencerna serta menyerap nutrisi yang masuk melalui makanan dengan baik.</span></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"><span style="background-color: white;"><br />
</span></span></span></div></div><h3 style="font-family: arial; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 17px;">Mengapa Perut kita berbunyi ketika lapar??</span></h3><div style="text-align: left;"><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-family: arial;">Suara yang dihasilkan perut ketika sedang kelaparan sebenarnya merupakan bunyi yang berasal dari lambung dan usus. Pada saat kita bernapas, terdapat udara yang tertelan ke dalam perut. Selain itu setelah selesai mencerna makan, usus juga menghasilkan gas. </span></div><span style="background-color: white;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br />
</span></span></div><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"><span style="background-color: white;">Saat ini, yakni apabila makanan sudah selesai dicerna, perut masih terus bereaksi dan mengakibatkan otak besar menghasilkan perasaan lapar. gas-gas inilah yang berputar-putar di dalam perut dan mengeluarkan suara krucuk-krucuk!</span></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"><span style="background-color: white;"><br />
</span></span></span></div></div><h3 style="font-family: arial; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 17px;">Mengapa kita mabuk darat??</span></h3><div style="text-align: left;"><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-family: arial;">Saat menaiki mobil, kapal. pesawat, serta alat transportasi lainnya, sebagian orang akan merasakan mabuk darat, mabuk laut, bahkan mabuk udara. Misalnya merasa mual, ingin muntah, tidak selera makan, ingin segera tidur, keringat dingin, dan lain sebagainya. Namun, mabuk darat bukan merupakan suatu penyakit, lebih disebabkan oleh tubuh yang bergoyang-goyang tidak teratur. </span></div><span style="background-color: white;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br />
</span></span></div><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"><span style="background-color: white;">Goyangan ini mengakibatkan pusat sistem keseimbangan tubuh yang ada di telinga bagian dalam tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik sehingga otak besar memberikan reaksi berupa kepala pening dan mata berkunang-kunang, serta beberapa gejala mabuk yang telah disebutkan di atas. Asalkan istirahat sebentar, kita akan merasa jauh lebih baik.</span></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"><span style="background-color: white;"><br />
</span></span></span></div></div><h3 style="font-family: arial; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 17px;">Mengapa kita menggoyangkan tangan ketika berjalan??</span></h3><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial;">Saat sedang berjalan, tangan kita akan bergoyang ke depan dan ke belakang. Ini merupakan suatu insting, sama seperti anak kida yang baru lahir, meski tak diajari, bisa berlari sendiri. Bahkan anak kecil yang baru belajar berjalan pun akan menggoyangkan tangannya. Hal ini dilakukan untuk menjaga keseimbangan tubuh ketika berjalan!</span></span></div><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial;"><br />
</span></span></div><h3 style="font-family: arial; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 17px;">Mengapa kita Mengedipkan Mata??</span></h3><div style="text-align: left;"><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-family: arial;">Permukaan luar mata kita tertutup oleh lapisan air mata. Lapisan air mata ini tidak hanya berfungsi untuk melumasi bola mata, tapi juga untuk membersihkan debu ang masuk ke dalam mata. Mengedipkan mata dapat menyebabkan air mata di permukaan bola mata. </span></div><span style="background-color: white;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br />
</span></span></div><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"><span style="background-color: white;">Orang pada umumnya mengedipkan mata 20 kali setiap menit. Namun, apabila kita menonton televisi atau main komputer dalam jangka waktu lama, kita akan kurang mengedipkan mata. Mata kita jadi kering dan terasa tidak nyaman. Jadi, bila kita sangat lama memakai kacamata, 50 menit sekali kita harus menutup mata untuk mengistirahatkannya.</span></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"><span style="background-color: white;"><br />
</span></span></span></div></div><h3 style="font-family: arial; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 17px;">Mengapa Kalau capek bisa Sariawan??</span></h3><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial;">Bengkak pada selaput lendir di dalam mulut disebut sariawan. Penyebabnya adalah serangan virus atau kuman, kurang gizi, turunnya kekebalan tubuh, keteganga karena emosi, dan stres. Sariawan khususnya terjadi pada bagian selaput lendir di bibir dalam dan di ujung lidah. Bahkan bisa terjadi karena luka dalam yang disebabkan ujung sikat gigi. Karena itu, harus berhati- hati juga saat menyikat gigi.</span></span></div><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial;"><br />
</span></span></div><h3 style="font-family: arial; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 17px;">Mengapa bisa mimisan bila terlalu Capek??</span></h3><div style="text-align: left;"><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-family: arial;">Bila tubuh lelah, hati menjadi panas. Panas ini terhantar ke bagian atas tubuh, sehingga mengeluarkan darah. Bila mimisan, jangan menekuk kepala ke belakang karena kamu bisa mati tercekik. Lebih baik miringkan tubuh di sandaran dan arahkan kepala ke depan. Lalu masukkan kapas ke dalam lubang hidung. Tekan keras bagian ujungnya dengan dua jari. Dalam 5-6 menit kemudian, darahnya akan berhenti. Bila tidak berhasil, pergilah ke dokter.</span></div><span style="background-color: white; font-size: 14px; line-height: 20px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br />
</span></div></div><h2 style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify; text-transform: uppercase;"><span style="background-color: white;">LINGKUNGAN</span></h2><div style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><img alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFDf5OdNrjTaqIj4Sep_4dQF47VfLwtPWHu-KGxZ-UFr8EDBaQ6mEZ6Ct5XrMRTroPMZfSxT_-iejWICFDv8GZvwg1ExkIaYT3ZKdDDT1lWRzsMKp1RDPLVPg5_v_kWdcn8EFxdr6Q5JjG/s320/Lingkungan+Hidup.jpg" /></span></div><h3 style="font-family: arial; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 17px;">Bagaimana cara membedakan Telur matang dan Telur mentah??</span></h3><div style="text-align: left;"><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-family: arial;">Ketika telur yang sudah matang dan yang masih mentah digaungkan jadi satu, kita tidak bisa membedakan hanya dengan melihat atau menyentuhnya! Caranya sangat sederhana. Kita hanya perlu memutar telur itu seperti memutar gasing! </span></div><span style="background-color: white;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br />
</span></span></div><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"><span style="background-color: white;">Karena sudah padat, telur yang sudah direbus, akan sangat mudah berputar. Sebaliknya, karena bagian dalamnya masih berbentuk cair, telur yang masih mentah akan terus menerus bergerak sehingga sangat sulit berputar dengan seimbang.</span></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"><span style="background-color: white;"><br />
</span></span></span></div></div><h3 style="font-family: arial; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 17px;">Benarkah Kuman sangat penting??</span></h3><div style="text-align: left;"><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-family: arial;">Kebanyakan orang mengira kuman berbahaya, tapi sebenarnya kuman memiliki peran yang sangat penting di alam ini. Kuman dapat menguraikan tumbuhan dan hewan yang sudah mati, juga bisa mengubah Nitrogen di udara menjadi berbagai nutrisi bagi makhluk hidup. </span></div><span style="background-color: white;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br />
</span></span></div><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"><span style="background-color: white;">Selain itu, makanan seperti acar, kaju, bir, dan yoghurt merupakan makanan yang terbentuk dari proses fermentasi. Bahkan di dalam usus manusia juga terdapat kuman untuk membantu mencerna makanan!</span></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"><span style="background-color: white;"><br />
</span></span></span></div></div><h3 style="font-family: arial; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 17px;">Apakah baju baru bisa langsung dipakai??</span></h3><div style="text-align: left;"><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-family: arial;">Baju yang baru dibeli lebih baik jangan langsung dipakai. Itu karena pembuatan baju terkadan menggunakan pewarna atau obat-obatan kimia untuk memperkuat warna baju, memberi antiracun, dan antikusut. Jadi apabila tercium bau sejenismintak pada baju bar, itu merupakan aroma dari obat-obatan kimia. </span></div><span style="background-color: white;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br />
</span></span></div><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"><span style="background-color: white;">Obat-obatan yang menempel pada baju ini berbahaya bagi kesehatan. Terutama bila bersentuhan langsung dengan kulit akan mudah menyebabkan penyakitkulit atau batuk, radang pada mata, dan penyakit lainnya. Jadi, jika membeli baju harus dicuci dulu sebelum dipakai, ya. Ini akan lebih baik untuk kesehatan!</span></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"><span style="background-color: white;"><br />
</span></span></span></div></div><h3 style="font-family: arial; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 17px;">Mengapa air memercik jika terkena Minyak panas??</span></h3><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-family: arial;">Bila dipanaskan hingga 100 derajat celcius, air akan bergolak mendidih. Air yangtadinya merupakan zat cair juga akan barubah bentuk menjadi "uap air" yang merupakan gas. Ketika tetesan air masuk ke dalam minyak panas yang panasnya mencapai 160-200 derajat celcius, air akan dalam sekejap berubah bentuk dari cair menjadi gas dan memercik. Meskipun kelihatannya seperti percikan minyak, pada kenyataannya justru airlah yang memercik.</span></div><h3 style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial; font-size: 17px;"><br />
</span></div><span style="background-color: white; font-family: arial; font-size: 17px;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Apakah microwave tidak bisa membuat gosong makanan??</span></div></span></h3><div style="text-align: left;"><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-family: arial;">Microwave tidak akan membuat makanan gosong karena menggunakan gelombang mikro dari gelombang elektromagnetik untuk memanaskan dan merawat kandungan makanan. Setelah gelombang mikro menyuplai energi untuk makanan, molekul yang terdapat di dalam dan di luar makanan akan bergetar karena pengisapan energi. </span></div><span style="background-color: white;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br />
</span></span></div><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"><span style="background-color: white;">Dalam proses ini, setiap detiknya molekul-molekul akan bergetar sebanyak 2 miliar 450 juta kali. Akibatnya, molekul bergesekan menghasilkan panas lalu masuk dan dengan cepat memanaskan makanan. Namun pada proses pemanasan seperti ini, kandungan air dalam makanan perlahan-lahan akan berkurang. Oleh sebab itu, semakin lama berada di dalam microwave, makanan akan semakin kering dan keras.</span></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"><span style="background-color: white;"><br />
</span></span></span></div></div><h3 style="font-family: arial; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 17px;">Mengapa Permen Karet dikemas dengan kertas perak??</span></h3><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial;">Bahan kertas pembungkus permen karet sebenarnya bukan kertas perak, melainkan alumunium foil. Untuk mempertahankan zat-zat pengharum di dalam permen karet, melindungi dari kondisi luar seperti suhu dan kelembapan, mempercantik kemasan, dan menjaga kebersihan, permen karetdikemas dengan alumunium foil. Kalau dikemas dengan kertas biasa, pada cuaca panas permen karet ini pasti cepat mencair dan menempel di kertas.</span></span></div><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial;"><br />
</span></span></div><h3 style="font-family: arial; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 17px;">Bagaimana Ikan Hiu melahirkan anaknya??</span></h3><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial;">Ikan hiu terdiri dari berbagai spesies. Beda Spesies, bentuk telurnya juga beda. Telur ikan hiu ada yang berbentuk spiral dan ada pula yang berbentuk kantong. Selain itu, spesies yang berbeda berkembang biaknya dengan cara yang beda juga. Ada hiu yang menimpan telurnya di dalam rahim. Setelah matang, telur itu pecah, dan lahirlah si bayi hiu. Ada hiu yang bertelur di luar tubuhnya, namun ada pula yang benar- benar melahirkan seperti manusia.</span></span></div><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial;"><br />
</span></span></div><h3 style="font-family: arial; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 17px;">Apakah ikan bisa mendengar??</span></h3><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial;">Ikan juga punya telinga, tapi mereka tidak punya struktur tulang luar, hanya ada telinga dalam yang tersembunyi dalam tulang kepala sehingga kita tidak bisa melihatnya. Sebenarnya suara lebih cepat bergerak di dalam air daripada di udara. Ditambah lagi, selain telinga, garis lateral di kedua sisi tubuh ikan juga bisa bereaksi terhadapgetaran gelombang bunyi. Jadi, dibandingkan dengan manusia, ikan lebih peka terhadap suara.</span></span></div><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial;"><br />
</span></span></div><h3 style="font-family: arial; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 17px;">Fosil Dinosaurus bagian manakah yang paling awal ditemukan??</span></h3><div style="text-align: left;"><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-family: arial;">Mantell adalah orang pertama yang pertama kali menemukan tulang dinosaurus. Tahun 1822 dia melihat di dalam sebuah batu yang dibawa pulang istrinya terselip sebuah gigi yang sangat besar. Sejak itu dia meneliti siang dan malam dan hanya bisa memastikan bahwa itu adalah hewan pemakan tumbuhan. </span></div><span style="background-color: white;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-size: 14px; line-height: 20px;"><br />
</span></span></div><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"><span style="background-color: white;">Pada suatu hari, dia melihat gigi yang tumbuh di rahangbawah seekor kadal besar mirip dengan gigi tersebut. Karena itu dia memutuskan untuk menamai gigi itu "gigi kadal besar", dan menunjukkannya pada dunia. Belakangan diketahui, hewan ini adalah iguanodon.</span></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px;"><span style="background-color: white;"><br />
</span></span></span></div></div><h3 style="font-family: arial; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 17px;">Mengapa Kuda Nil suka berendam di sungai??</span></h3><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-family: arial;">Kuda nil sering berendam di air. Selain untuk melindungi kulit, alasan utamanya adalah karena tubuhnya yang berat. Dengan memanfaatkan daya apung air, gerakannya di air akan lebih gesit daripada di darat. Menariknya, keringat yang baru dikeluarkan Kuda nil awalnya bening, tapi setelah beberapa menit berubah jadi merah. Pigmen (zat warna) dalam keringatini bisa membantu Kuda nil menahan sinar Ultraviolet, dengan kata lain, merupakan minyak pelindung matahari alamiah.Semoga menambah wawasan kita semua</span></div><div style="background-color: white; border-bottom-style: none; border-bottom-width: medium; border-color: initial; border-image: initial; border-left-style: none; border-left-width: medium; border-right-style: none; border-right-width: medium; border-top-style: none; border-top-width: medium; overflow-x: hidden; overflow-y: hidden; text-align: left;"><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Sumber : </span><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1140646292826925374&postID=7417224897281174836" style="background-color: white; color: #003399; text-decoration: none;">http://bambang-gene.blogspot.com/2011/12/pengetahuan-umum-yang-unik-dan-penting.html#ixzz1hwGcbx6k</a></div></div></div></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14992969716376707682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5159992831260697059.post-25352562365495518182011-12-31T00:41:00.000-08:002011-12-31T00:41:42.128-08:00ISTRI BUKAN PEMBANTU<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Dalam format berpikir bangsa kita, posisi seorang istri memang lebih merupakan abdi atau pembantu buat suami. Secara tidak sadar, kita menganggap semua itu berasal dari ajaran agama Islam. Seolah-olah kita mengatakan bahwa Islam telah mewajibkan para istri untuk melakukan banyak pekerjaan rumah tangga, layaknya seorang pembantu.</span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Istri harus menyapu, mengepel, mencuci, menyetrika, memasak, pokoknya semua pekerjaan rumah tangga lainnya. Waktunya akan tersita dengan pekerjaan sebanyak itu. Bahkan, waktu suami pulang, istri sudah lelah dengan pekerjaan rumah tangga hariannya. Tak ada waktu untuk melayani suami dan anak-anaknya.</span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Lalu, seperti apa sebenarnya peran seorang istri dalam rumah tangganya? Apakah seorang istri memiliki kewajiban untuk melakukan semua pekerjaan itu? Bagaimaan Al-Quran, Sunnah dan para ulama memandang masalah ini? Ataukah ini hanya merupakan kesalahan persepsi bangsa kita saja?</span><br />
<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><b>1. Dalil Al-Quran</b></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><i>Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telahmenafkahkan sebagian dari harta mereka. (QS. AnNisa' : 34)</i></span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Ayat ini menegaskan bahwa kewajiban suami adalah memberi nafkah kepada istri, bukan kewajiban istri untuk memberi nafkah kepada suaminya. </span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Sedangkan yang dimaksud dengan nafkah termasuk makanan minuman, pakaian dan tempat tinggal.</span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Memberi makan itu merupakan kewajiban suami kepada istri. Dan kalau disebut makanan, artinya bukan bahan mentah melainkan makanan yang siap disantap. Sehingga proses memasaknya bukan menjadi tugas dan tanggung-jawab istri.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Memberi pakaian itu adalah kewajiban suami kepada istri, bukan kewajiban istri kepada suami. Dan kalau disebut pakaian, artinya adalah pakaian yang bersih, wangi, rapi siap dipakai. Maka kalau baju itu kotor dan bau karena bekas dipakai, mencuci, menjemur dan menyetrikanya tentu menjadi kewajiban suami.</span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Memberikan tempat tinggal adalah kewajiban suami kepada istri, bukan kewajiban istri kepada suami. Dan kalau disebut tempat tinggal, artinya rumah dan segala isinya yang siap pakai dalam keadaan baik. Bila ada yang kotor dan berantakan, pada dasarnya membersihkan dan merapikan adalah tugas suami, bukan tugas istri.</span><br />
<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><b>2. Dalil Sunnah</b></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Kita temukan contoh real dari kehidupan Nabi SAW dan juga para shahabat tentang kewajiban suami kepada istri.</span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Ada pun kisah Fatimah puteri Rasulullah SAW yang bekerja tanpa pembantu, memang sering kali dijadikan hujjah kalangan yang mewajibkan wanita bekerja berkhidmat kepada suaminya. Namun ada banyak kajian menarik tentang kisah ini dan tidak semata-mata begitu saja bisa dijadikan dasar kewajiban wanita bekerja untuk suaminya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"></span><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Padahal Asma' binti Abu Bakar justru diberi pembantu rumah tangga. </span><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Dalam hal ini, suami Asma' memang tidak mampu menyediakan pembantu, dan oleh kebaikan sang mertua, Abu Bakar, kewajiban suami itu ditangani oleh sang pembantu. Asma' memang wanita darah biru dari kalangan Bani Quraisy.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Dan ada juga kisah lain, yaitu kisah Sa'id bin Amir radhiyallahu 'anhu, pria yang diangkat oleh Khalifah Umar menjadi gubernur di kota Himsh. </span><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Sang gubernur ketika dikomplain penduduk Himsh gara-gara sering telat ngantor. Siad bin Amir beralasan bahwa dirinya tidak punya pembantu. </span><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Tidak ada orang yang bisa disuruh untuk memasak buat istrinya, atau mencuci baju istrinya.</span><br />
<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Loh, kok kebalik? Kok bukan istrinya yang masak dan mencuci?. Nah itulah, ternyata yang berkewajiban memasak dan mencuci baju memang bukan istri, tapi suami. Karena semua itu bagian dari nafkah yang wajib diberikan suami kepada istri.</span><br />
<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><b>3. Pendapat 5 Mazhab Fiqih</b></span><br />
<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Dan kalau kita telusuri dalam kitab-kitab fiqih para ulama, terutama mazhab-mazhab yang besar dan muktamad, kita akan menemukan bahwa pendapat mereka umumnya cenderung mengatakan bahwa para wanita tidak wajib melakukan semua pekerjaan pembantu.</span><br />
<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Ternyata 4 mazhab besar plus satu mazhab lagi yaitu mazhab Dzahihiri semua sepakat mengatakan bahwa para istri pada hakikatnya tidak punya kewajiban untuk berkhidmat kepada suaminya.</span><br />
<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><u>a. Mazhab al-Hanafi</u></span><br />
<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Al-Imam Al-Kasani dalam kitab Al-Badai' menyebutkan :</span><br />
<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><i>Seandainya suami pulang bawa bahan pangan yang masih harus dimasak dan diolah, lalu istrinya enggan unutk memasak dan mengolahnya, maka istri itu tidak boleh dipaksa. Suaminya diperintahkan untuk pulang membaca makanan yang siap santap.</i></span><br />
<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Di dalam kitab Al-Fatawa Al-Hindiyah fi Fiqhil Hanafiyah disebutkan:</span><br />
<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><i>Seandainya seorang istri berkata,"Saya tidak mau masak dan membuat roti", maka istri itu tidak boleh dipaksa untuk melakukannya. Dan suami harus memberinya makanan siap santan, atau menyediakan pembantu untuk memasak makanan.</i></span><br />
<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><u>b. Mazhab Maliki</u></span><br />
<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Di dalam kitab Asy-syarhul Kabir oleh Ad-Dardir, ada disebutkan:</span><br />
<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><i>Wajib atas suami berkhidmat (melayani) istrinya. Meski suami memiliki keluasan rejeki sementara istrinya punya kemampuan untuk berkhidmat, namun tetap kewajiban istri bukan berkhidmat. Suami adalah pihak yang wajib berkhidmat. Maka wajib atas suami untuk menyediakan pembantu buat istrinya.</i></span><br />
<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><u>c. Mazhab As-Syafi'i</u></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Di dalam kitab Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab karya Abu Ishaq Asy-Syirazi rahimahullah, ada disebutkan:</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><i>Tidak wajib atas istri berkhidmat untuk membuat roti, memasak, mencuci dan bentuk khidmat lainnya, karena yang ditetapkan (dalam pernikahan) adalah kewajiban untuk memberi pelayanan seksual (istimta'), sedangkan pelayanan lainnya tidak termasuk kewajiban.</i></span><br />
<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><u>d. Mazhab Hanabilah</u></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Seorang istri tidak diwajibkan untuk berkhidmat kepada suaminya, baik berupa mengadoni bahan makanan, membuat roti, memasak, dan yang sejenisnya, termasuk menyapu rumah, menimba air di sumur. Ini merupakan nash Imam Ahmad rahimahullah. Karena aqadnya hanya kewajiban pelayanan seksual. Maka pelayanan dalam bentuk lain tidak wajib dilakukan oleh istri, seperti memberi minum kuda atau memanen tanamannya.</span><br />
<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><u>e. Mazhab Az-Zhahiri</u></span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Dalam mazhab yang dipelopori oleh Daud Adz-Dzahiri ini, kita juga menemukan pendapat para ulamanya yang tegas menyatakan bahwa tidak ada kewajiban bagi istri untuk mengadoni, membuat roti, memasak dan khidmat lain yang sejenisnya, walau pun suaminya anak khalifah.</span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Suaminya itu tetap wajib menyediakan orang yang bisa menyiapkan bagi istrinya makanan dan minuman yang siap santap, baik untuk makan pagi maupun makan malam. Serta wajib menyediakan pelayan (pembantu) yang bekerja menyapu dan menyiapkan tempat tidur.</span><br />
<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><b>4. Pendapat Yang Berbeda</b></span><br />
<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Namun kalau kita baca kitab Fiqih Kontemporer Dr. Yusuf Al Qaradawi, beliau agak kurang setuju dengan pendapat jumhur ulama ini. </span><br />
<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Beliau cenderung tetap mengatakan bahwa wanita wajib berkihdmat di luar urusan seks kepada suaminya.</span><br />
<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Dalam pandangan beliau, wanita wajib memasak, menyapu, mengepel dan membersihkan rumah. Karena semua itu adalah imbal balik dari nafkah yang diberikan suami kepada mereka.</span><br />
<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Kita bisa mafhum dengan pendapat Syeikh yang tinggal di Doha Qatar ini, namun satu hal yang juga jangan dilupakan, beliau tetap mewajibkan suami memberi nafkah kepada istrinya, di luar urusan kepentingan rumah tangga.</span><br />
<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Jadi para istri harus digaji dengan nilai yang pasti oleh suaminya. </span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Karena Allah SWT berfirman bahwa suami itu memberi nafkah kepada istrinya. Dan memberi nafkah itu artinya bukan sekedar membiayai </span><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">keperluan rumah tangga, tapi lebih dari itu, para suami harus 'menggaji' para istri. Dan uang gaji itu harus di luar semua biaya kebutuhan rumah tangga.</span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Yang sering kali terjadi memang aneh, suami menyerahkan gajinya kepada istri, lalu semua kewajiban suami harus dibayarkan istri dari gaji itu. </span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Kalau masih ada sisanya, tetap saja itu bukan lantas jadi hak istri. Dan lebih celaka, kalau kurang, istri yang harus berpikir tujuh keliling untuk mengatasinya.</span><br />
<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Jadi pendapat Syeikh Al-Qaradawi itu bisa saja kita terima, asalkan istri juga harus dapat 'jatah gaji' yang pasti dari suami, di luar urusan kebutuhan rumah tangga.</span><br />
<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><b>5. Perempuan Dalam Islam Tidak Butuh Gerakan Pembebasan</b></span><br />
<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Kalau kita dalami kajian ini dengan benar, ternyata Islam sangat memberikan ruang kepada wanita untuk bisa menikmati hidupnya. Sehingga tidak ada alasan buat para wanita muslimah untuk latah ikut-ikutan dengan gerakan wanita di barat, yang masih primitif karena hak-hak wanita disana masih saja dikekang.</span><br />
<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Islam sudah sejak 14 abad yang lalu memposisikan istri sebagai makhuk yang harus dihargai, diberi, dimanjakan bahkan digaji. Seorang istri di rumah bukan pembantu yang bisa disuruh-suruh seenaknya. Mereka juga bukan jongos yang kerjanya apa saja mulai dari masak, bersih-bersih, mencuci, menyetrika, mengepel, mengantar anak ke sekolah, bekerja dari mata melek di pagi hari, terus tidak berhenti bekerja sampai larut malam, itu pun masih harus melayani suami di ranjang, saat badannya sudah kelelahan.</span><br />
<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Kalau pun saat ini ibu-ibu melakukannya, niatkan ibadah dan jangan lupa, lakukan dengan ikhlas. Walau sebenarnya itu bukan kewajiban. Semoga Allah SWT memberikan pahala yang teramat besar buat para ibu sekalian. </span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Dan semoga suami-suami ibu bisa lebih banyak lagi mengaji dan belajar agama Islam</span></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14992969716376707682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5159992831260697059.post-28661116734146553312011-12-31T00:29:00.000-08:002011-12-31T00:29:40.335-08:00MEMULIAKAN PEMBANTU<div style="text-align: justify;"> <br />
<b>Pembantu</b> sesungguhnya merupakan salah seorang manusia yang banyak berjasa kepada keluarga.Kehadiran pembantu di tengah kehidupan rumah tangga pun akhirnya pada masa sekarang menjadi kebutuhan. Terlebih jika keluarga tersebut mempunyai jumlah anggota yang banyak, sehingga tugas mempersiapkan makanan, membersihkan dan mengatur perabot, mencuci dan menyiapkan pakaian, dan kebutuhan lainnya tidak lagi bisa ditangani oleh satu orang (istri).<br />
Namun banyak yang mengartikan secara keliru sehingga banyak diantara pembantu yang tidak dihargai dan dimuliakan oleh majikannya.<br />
<br />
Islam telah mengatur, memanusiakan dan <a class="vtip" href="http://tautanpena.blogspot.com/2011/11/memuliakan-pembantu.html" title="Memuliakan Pembantu">memuliakan pembantu</a>. Islam juga mengakui hak-hak mereka untuk pertama kalinya dalam sejarah, ketika sejarah umat lain justru dipenuhi dengan perlakukan yang tidak manusiawi. Ini bisa dibuktikan dalam sejarah kehidupan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan para pembantu Baginda shallallahu 'alaihi wa sallam. Tidak hanya itu, Rasul pun memerintahkan para majikan agar memperlakukan para pembantunya secara manusiawi, penuh kasih sayang dan tidak membebani mereka dengan beban yang tidak mampu mereka pikul.<br />
</div><br />
Berikut ini beberapa kiat yang dapat kita lakukan untuk <a class="vtip" href="http://tautanpena.blogspot.com/2011/11/memuliakan-pembantu.html" title="Memuliakan Pembantu">memuliakan pembantu</a> kita :<br />
<ol style="text-align: justify;"><li>Yakinilah bahwa pembantu adalah menusia mulia sebagaimana diri kita dan manusia pada umumnya.</li>
<li>Yakinilah bahwa apa yang dilakukan pembantu sangat membantu dan memnolong tugas-tugas kita.</li>
<li>Panggilah mereka dengan panggilan sebagaimana kita memanggil orang yang berjasa kepada kita.Jangan memanggil mereka dengan panggilan atau gelaran buruk.</li>
<li>Ajariah anak-anak menghormati pembantu dengan cara kita sendiri pembantu kita, karena salah satu sifat anak adalah meniru apa yang didengar dan dilihatnya.</li>
<li>Berikan apa-apa yang menjadi haknya sebagaimana kesepakatan yang telah kita buat dengannya, misalnya gaji, makan, kamar tidur, dan lain-lain dengan sebaik-baiknya.</li>
<li>Jangan mencaci maki pembantu atas kesalahan yang dibuatnya, apalagi di depan orang banyak.Nasehatilah sebagaimana kita menasehati manusia pada umumnya.</li>
</ol>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14992969716376707682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5159992831260697059.post-52510386176973558592011-12-31T00:24:00.001-08:002011-12-31T00:24:55.184-08:00PERAN ZAKAT ATAS KEMISKINAN DI DUNIA<div style="text-align: justify;">Zakat memang digadang-gadang sebagai instrumen mengatasi kemiskinan yang melanda dunia. Keyakinan bahkan sejarah telah membuktikannya. Cita-cita ini memang bukan tanpa bukti. Berdasarkan data dari IDB (Islamic Development Bank) yang dilansir tahun 2010 ini potensi zakat mencapai 600 triliun per tahun. Hanya saja potensi ini belum bisa dioptimalkan. Harus ada langkah-langkah konkrit untuk mewujudkannya. Dalam acara World Zakat Forum yang digelar pada 29 September-1 Nopember 2010 yang dihelat di Yogyakarta banyak pemikiran segar muncul</div><div> </div><div style="text-align: justify;">Pertumbuhan organisasi pengelola zakat di berbagai belahan dunia kini semakin semarak. Hal ini ditandai dengan meningkatnya aktivitas program zakat di berbagai negara, khususnya program yang bertujuan untuk membantu masyarakat miskin. Bukan hanya itu, bentuk aktifitas yang dilakukan organisasi pengelola zakat di dunia juga bermacam-macam, ada yang berkaitan dengan pengembangan pemikiran fikih zakat, dalam rangka respons terhadap perkembangan obyek zakat yang aktual, penyusunan program penyaluran zakat yang bermuara pada pengentasan kemiskinan di masing-masing negara, dan upaya kerjasama zakat yang kontinyu di antara organisasi pengelola zakat di dunia.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hal mendesak yang perlu diselesaikan secara bersama oleh organisasi pengelola zakat di dunia adalah masih banyaknya persoalan kemiskinan dan keterbelakangan. Kelaparan, kurang gizi, anak putus sekolah juga masih banyak dihadapi oleh berbagai Negara muslim di dunia. Kondisi seperti ini membutuhkan keterlibatan semua pihak dalam mengatasinya. Dengan melibatkan semua pihak di berbagai organisasi zakat di dunia dirasa sangat efektif. Apalagi jika hal itu dilakukan dengan saling tukar menukar informasi dan pola yang tepat dalam mengatasi kemiskinan di sebuah negara. Terlebih jika resources di satu negara lebih besar dan bisa membantu negara lainnya, maka pengentasan kemiskinan akan lebih efektif. Karena zakat diyakini sebagai salah satu instrument penting bagi pengentasan kemiskinan. Hanya saja, sangat dirasakan sekali bahwa keberadaan organisasi zakat di negara-negara muslim masih belum berfungsi optimal.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Kelemahan lainnya yang sangat dirasakan adalah belum kuatnya jaringan komunikasi dan kerjasama antar organisasi pengelola zakat di seluruh dunia. Masing-masing organisasi zakat berjalan sendiri-sendiri. Tidak ada wadah di tingkat international yang bisa menjadi central pertemuan antar organisasi-organisasi zakat di dunia. Padahal yang namanya kerjasama internatisional dalam hal apapun sangat diperlukan. Jika kita lihat di sektor-sektor lainnya, kerjasama tingkat internasional sudah ada wadahnya. Di antara mereka sering mengadakan pertemuan secara reguler. Baik tahunan, dua tahunan maupun waktu regular yang disepakati. Sedangkan di lingkungan zakat tingkat dunia, sampai saat ini belum ada wadah yang bisa menaungi dan mengadakan pertemuan internasional secara reguler.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Berdasar atas kondisi di atas, maka tergeraklah para aktifis zakat di berbagai belahan dunia untuk membentuk wadah bersama antar organisasi pengelola zakat di dunia yang bernama “World Zakat Forum” (Forum Zakat Dunia). Ide ini pertama kali digulirkan oleh aktifis zakat Indonesia pada saat seminar zakat International di Malaysia. Lalu disambut baik oleh pegiat zakat dari Malaysia dan Singapura. Selang beberapa bulan, ide ini dilontarkan di tengah-tengah forum seminar zakat yang dihadiri beberapa perwakilan negara Islam di Indonesia. Pada saat itu, ide pendirian Forum Zakat Dunia juga disambut baik.<br />
<span id="more-19"></span><br />
Tujuan dibentuknya Wolrd Zakat Forum (WZF) adalah ; menumbuhkan rasa persaudaraan di antara organisasi pelaku dan pemerhati zakat di seluruh dunia, membangun jejaring zakat di seluruh dunia, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman zakat di kalangan peserta untuk meningkatkan kualitas pengelolaan zakat, merumuskan model kerjasama pengelolaan zakat tingkat dunia, melakukan formulasi pendayagunaan zakat dalam meningkatkan kesejahteraan umat, melakukan formulasi pemanfaatan teknologi informasi dalam meneguhkan jejaring zakat internasional.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">WZF yang digelar 29 September – 1 Oktober 2010 lalu di Yogyakarta cukup semarak. Diikuti oleh kurang lebih 291 peserta, baik dari badan amil zakat daerah, lembaga amil zakat di Indonesia dan juga lembaga-lembaga zakat serta para delegasi dari beberapa negara sahabat. Antusiasme peserta begitu tampak dari rangkaian acara mulai dari pembukaan hingga penutupan.<br />
<br />
Menteri Agama Suryadharma Ali dalam sambutannya sangat mendukung digelarnya acara WZF. Menurutnya, konfrensi WZF tepat sekali dimanfaatkan oleh segenap pemangku (stake holders) untuk kepentingan perzakatan lintas negara sebagai ajang dari dialog antar lembaga, pembuat kebijakan praktisi zakat, akademisi, dan lain-lain yang memiliki keterpanggilan untuk membangun gerakan zakat yang berkhidmat kepada Islam dan kaum muslimin. Dia sangat optimis jika potensi zakat akan mampu mengentaskan kemiskinan. Tapi ada syaratnya. Syaratnya adalah pengelolaannya ditopang oleh regulasi yang kuat, sistem pengumpulan dan pendistribusian zakat yang tepat serta kesadaran umat yang terus dan mampu meningkatkan untuk menunaikan kewajiban zakat sesuai dengan ketentuan agama. ”Kita semua memiliki sudut pandang dan keyakinan yang sama bahwa potensi zakat dunia akan mampu mengatasi kemiskinan di negara-negara muslim,” tandas Menteri Agama Suryadharma Ali.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Optimisme Suryadharma memang bukan semata-mata pepesan kosong. Di hampir seluruh belahan dunai muslim, khususnya dalam rentang laporan tahunan 2010 kegiatan pembayaran zakat mengalami peningkatan yang cukup signifikan hingga 70 persen. Selain itu, berdasarkan penelitian dari IRTI-Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 2010 ini, dengan menggunakan perkiraan proporsi zakat atas Produk Domestic Bruta (PDB) setiap negara, maka diperkirakan potensi zakat dunia dalam setahun mencapai angka USD 600 milliar atau sekitar 600 triliun rupiah.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Besarnya Potensi Zakat<br />
Sedang Didin Hafidudin Ketua Umum Baznas juga menyodorkan data yang tak kalah mencengangkan potensi zakat yang dimiliki oleh beberapa negara Islam di kawasan Timur Tengah. Di Saudi Arabia potensi aktualisasi dari zakat pada tahun 2009 mencapai 425 miliar yard atau 1000 triliun. Suatu angka yang sangat fantastis. Sementara data dari Kuwait sebesar 37 miliar yard. ”Dalam catatan sejarah keberhasilan zakat membuktikan perlu dilakukan kolabirasi yang kuat antara pengelola zakat yang amanah, amil zakat yang amanah dengan pemerintah. Itu yang tidak dapat dipisahkan,” kata Ketua Steering Committee Word Zakat Forum ini.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Akan tetapi menurut Arifin bin Mohammad Saleh dari IKAZ Malaysia masih ada beberapa faktor yang masih menjadi titik lemah yang harus dibenahi terkait pengeloaan zakat yaitu pertama, belum adanya kesepahaman dalam menentukan tolok ukur tentang kemiskinan. Padahal ini sangat penting karena golongan inilah yang akan dijadikan sebagai ’objek’ pendistribusian zakat. Saat ini ukuran miskin di negara muslim memiliki standar masing-masing. Nah, untuk menstandarkan ini dibutuhkan kesepakatan dan kesamaan cara pandang. Kedua, masih banyak kaum muslimin yang menyalurkan zakat terhadap lembaga-lembaga yang tidak formal bahkan tak terakreditasi sama sekali. Hal ini berimplikasi pada sulitnya mengukur keefektivitas-an penyaluran, pendistribusian, pelaporan maupun manfaat. Ketiga, zakat sebagai pengurang pajak di beberapa negara masih menjadi diskursus yang debatble, terus mengalami pro kontra. Pembahasan tentang hal ini memang butuh kajian terus menerus karena ada pihak-pihak yang mendukung, begitu juga tak sedikit yang kurang sejalan. Sebagaimana pajak, kelak zakat yang dipungut dari daerah akan dikembalikan kepada daerah itu sendiri. Hanya sedikit yang akan diberikan kepada pusat atau beberapa persen saja.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">“IKAZ dan stakeholders di Malaysia sendiri sudah berupaya mengajukan permohonan kepada pihak kerajaan agar diberikan kemudahan kredit kepada pihak yang telah memberikan zakat, mudah-mudahan natinya Indonesia pun akan mengikuti,” jelasnya</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Penguatan Layanan Sosial<br />
Jika pemaparan di atas melihat potensi zakat di negara mayoritas berpenduduk yang memiliki iklim cukup kondusif maka lain halnya tantangan yang dihadapi di negara yang minoritas muslim. Ada perbedaan pola yang cukup mendasar. Di negeri seperti ini yang harus didorong tidak langsung secara eksplisit fundraising zakat tetapi bentuknya lebih soft yaitu berkaitan dengan layanan yang berbasis amal atau layanan-keuntungan yang menggunakan basis kegiatan sosial. Pasalnya ketika zakat ‘dilembagakan’ sering dianggap sebagai diskriminasi. Serangan semacam ini masih kerap sekali terjadi. “Oleh karenanya pengelola harus memiliki dan menjaga kredibilitas, transparansi dan akuntabilitas,” papar Mohammed Obaidullah Ekonom Senior IRTI (Islamic Research & Training Institute) Islamic Development Bank dalam paparan makalahnya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Pada prinsipnya Obaidullah bersepakat dengan pemateri lainnya. Akan tetapi optimalisasi zakat sebagai instrumen pengentasan kemiskinan harus dikuatkan lagi. Apalagi jika menggunakan perspektif muamalat Islam, zakat harus selalu beriringan dengan kegiatan ekonomi yang meliputi segala aspek baik mikro maupun makro. Maka itu pengelolaan zakat juga harus dilakukan dengan baik dengan cara menggunakan standar pelaporan yang profesional. Sumber daya manusia (SDM) dalam lembaga tersebut juga harus terus-menerus di upgrade dengan diberikan pendidikan dan pelatihan secara berkala. Jika hal-hal semacam ini dilakukan akan sangat mudah membangun tata kelola dan networking global lembaga-lembaga zakat yang muaranya adalah memberantas kemiskinan secara bersama-sama. </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dan yang tak kalah penting pula dunia zakat juga harus beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi (TI) yang selalu mengalami perkembangan yang cepat. Kehadiran TI nyatatanya memang sangat membantu dalam menangani berbagai aspek kehidupan sehingga segala sesuatau bisa efesien, cepat, hemat dan akurat meski teknologi juga acapkali membawa ‘penyakit bawaan’ dan punya konsekwensi negatif. Setidaknya manfaat TI bagi duni perzakatan yang kini bisa dirasakan adalah transaksi donasi zakat yang sangat mudah dan simpel. Seperti bisa dengan menggunakan SMS, SMS banking, internet banking, ATM, kartu kredit dan sebagainya yang bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dengan adanya TI lembaga zakat juga bisa membangun jejaring bersama. Tidak hanya dalam skala lokal tetapi juga regional (baca; kawasan) hingga antar benua. misalnya dengan membangun sinergi program atau bahkan basis data mustahik sehingga fenomena penumpukan bantuan di wilayah tertentu tidak terjadi seperti sekarang. Sebab kelemahan ketiadaan data base mustahik ini acapkali juga dimanfaatkan oleh segelintir oknum mengail keuntungan dengan meminta dana kepada lembaga-lembaga pengelola zakat. “Di bank ada data debitur maupun kreditur secara komplit. Masing-masing punya catatan baik maupun catatan buruk para banker sehingga mereka mudah diidentifikasi,” tukas Rahmat Kusumanto CEO Rumah Zakat. Rahmat yakin jika ini diseriusi gaungnya tak akan kalah dengan project Millenium Development Goals (MDGs) untuk menekan angka kemiskinan.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Berkenaan dengan kerjasama zakat lintas negara seharusnyalah dilakukan dalam bingkai peran pemerintah dan lembaga zakat. Dalam menghadapi tantangan dunia perzakatan dan tantangan global yang dihadapi umat Islam, potensi umat tidak akan maksimal dan teraktualisasi jika sudut pandang dualistik-dikhotomik antara pemerintah dan masyarakat seharusnya saling berkontribusi dalam mewarnai dan membayangi gerak aktivitas perzakatan. Maka dari itu keberadaan dan peran World Zakat Forum harus menghasilkan resolusi dan mempermanenkan sebagai wadah perhimpunan lembaga zakat antar-bangsa, yang memperhatikan kepentingan dan kemaslahatan umat dan negara sebagai dua sisi yang sulit dipisahkan. “Islam mengajarkan konsep berjamaah dan ber-imamah”, timpal Abdul Karim Direktur Pemberdayaan Zakat Kementerian Agama Republik Indonesia.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Pola Produktif<br />
Pada level teknis, jika zakat hendak didorong untuk mengentaskan kemiskianan harus ada perhatian terhadap pola distribusi. Zakat harus lebih banyak porsinya utuk kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif. Di Indonesia sendiri pemikiran semacam ini sudah jauh-jauh hari dilontarkan oleh Syekh Arsyad Al-Banjari, bahwa fakir dan miskin yang tidak mampu berusaha itu diberi zakat untuk memenuhi kebutuhannya. Mereka bukan diberi uang kontan untuk menutupi kebutuhannya, tetapi diberi sesuatu yang dapat menjamin kehidupannya. Misalnya, dibelikan kebun yang bisa disewakan atau diambil hasilnya. Atau bagi mereka yang bisa berusaha karena punya kepandaian atau ketrampilan, diberi zakat yang bisa digunakan untuk membeli alat yang diperlukan, dan bila tidak punya keterampilan maka ia diberi pelatihan-pelatihan. Sedangkan bagi mereka yang bisa berdagang, bisa berusaha maka ia diberi modal. “Ini pemikiran yang sangat cemerlang, tapi belum banyak dikembangkan,” kata Tulus Sekjen Dewan Zakat Mabims (Menter-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Lebih jauh Tulus menawarkan tiga strategi agar manfaat zakat bisa benar-benar dirasakan mustahik dalam jangka waktu panjang (long time). Pertama, perlu adanya penguatan pendidikan dari kelompok yang berekonomi rendah. Sebab pada umumnya yang miskin itu adalah ekonomi rendah. Caranya dengan menyekolahkan, memberikan kesempatan pendidikan, beasiswa pada kelompok-kelompok fakir miskin, anak jalanan, atau membangun lembaga pendidikan di daerah-daerah yang membutuhkan. Kedua, setelah memberikan kesempatan mengenyam pendidikan, mereka yang lulus juga harus mendapatkan pemberdayaan berupa keterampilan agar tidak hanya menjadi pekerja tetapi entrepreneur-entrepreneur yang nantinya akan menciptakan peluang pekerjaan. Ketiga, dana zakat seharusnya juga ikut menjadi stimulan untuk menggerakkan usaha kecil. Sebab masalah yang selama ini menjadi kendala usaha kecil tidak berkembang adalah karena ketiadaan modal. Pola yang ketiga ini harus benar-benar perlu kajian terlebih dahulu sehingga nantinya tepat sasaran.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Untuk menciptakan sesuatau yang besar memang butuh visi dan progran yang konkrit agar benar-benar terarah. Dibentuknya World Zakat Forum sebagai wadah berkumpulnya organisasi zakat di dunia Islam merupakan langkah awal untuk mewujudkan kesejahteraan umat dan mengurangi kemiskinan di dunia. Indonesia sebagai penduduk muslim terbanyak dan ditunjuk sebagai kantor sekretariat World Zakat Forum, dengan dikomandani Didin Hafidhuddin sebagai Sekjend Pertama World Zakat Forum, sangat tepat untuk memulai gerakan menyejahterakan umat dan memerangi kemiskinan di dunia. [n/m]</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14992969716376707682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5159992831260697059.post-89110369314714922262011-12-30T23:16:00.001-08:002011-12-30T23:16:02.679-08:00WARUNG BERKAH VS BAZAR MURAH<div style="text-align: justify;">Sudah setahun ini LAZ TPU Al Mumtaz mengembangkan program Warung Berkah. Program ini merupakan hasil dari reintrepretasi terhadap program operasi pasar yang dilakukan pemerintah atau program sejenis yang dikembangkan oleh lembaga amil zakat lainnya. Warung Berkah ini adalah program sinergi antara LAZ TPU Al Mumtaz dan pemilik warung berkah.<br />
Program Warung Berkah ini menyasar kepada keluarga miskin, dan bersinergi dengan warung – warung sembako yang relative kecil. Mengapa tidak pasar murah? Adalah hal yang lazim dilakukan oleh berbagai program CSR atau program pemerintah. Program pasar murah ini menurut hemat kami bisa menciptakan spekulan atau praktik mengambil untung dari program pasar murah tersebut. Salah satunya misalnya jika seseorang mengantri dengan harga beras murah, kemudian dijual kembali, maka secara sasaran program ini rawan tidak menyasar ke sana.<br />
Program Pasar Murah juga rentan terhadap kualitas barang yang dijual. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kualitas beras yang dijual di pasar murah sangatlah rendah. Jika demikian, maka masyarakat miskin menjadi sasaran produk – produk dengan kualitas rendahan.<br />
Pasar murah dengan program subsidi atau potongan harga hanya menguntungkan pemilik toko, yang biasanya berani menyediakan dalam jumlah banyak, apalagi jika penyelenggaranya adalah perusahan – perusahaan dengan program CSR. Pasar Murah juga lebih banyak menggambarkan situasi tidak nyaman, misalnya masyarakat harus desak – desakan, jarak terlalu jauh dari rumah penduduk dan lain sebagainya.<br />
Bagaimana Warung Berkah? Sasaran warung berkah adalah masyarakat miskin. Setiap calon penerima manfaat warung berkah akan dilakukan survey terlebih dahulu untuk memastikan kelayakannya, terutama berkenaan dengan pendapatan per kepala keluarganya. Selanjutnya, sasaran selanjutnya adalah warung – warung sembako dengan skala kecil. Mengapa? Karena kita ingin dari program ini memberikan stimulus kepada pemilik warung untuk memutar roda usahanya. Warung – warung seperti ini bertebaran di komunitas masyarakat miskin, dalam artian warung tersebut ditengah – tengah masyarakat miskin. Bagaimana dengan barang yang dijual? Kita memastikan bahwa barang yang dijual adalah barang yang bagus kualitasnya, dan pihak warung hanya menjual dengan harga yang sudah terkena patungan harga.<br />
Untuk mendapatkan hasil maksimal, setiap warung berkah hanya melayani masyarakat miskin sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan, misalnya jum’at atau minggu. Sehingga masyarakat miskin pun sudah memiliki jadwal pengambilan barang – barang bersubsidi tersebut. Setiap warung berkah kita bebankan untuk melayani sekitar 20 mustahik, dengan total belanja sekitar 1.080.000 (satu juta delapan puluh ribu rupiah) setiap satu bulannya. Program ini membantu pemilik warung yang tersendat – sendat usahanya untuk tetap memutar roda usahanya, dan sekaligus membiasakan warung tersebut menebar manfaat kepada masyarakat sekitarnya. Hingga saat ini, Warung Berkah yang dikembangkan oleh LAZ TPU Al Mumtaz ini sudah mencapai 20 warung berkah, yang ada di seluruh kabupaten di Kalimantan barat.<br />
Bagaimana kelanjutan program Warung Berkah? Ke depan kita akan mengembangkan warung berkah sebagai pusat syiar dan sosialisasi penghimpunan dan pendayagunaan dana ziswaf. Di mana dana terhimpun akan disalurkan melalui program warung berkah secara maksimal, ini meminjam istilah dari zakat untuk Kalimantan barat. Secara mikro, pemilik warung berkah terhindar dari kebangkrutan, disebabkan minimnya daya beli masyarakat di sekitar warung tersebut.<br />
Peluang CSR? Sejauh ini belum ada pihak perusahaan atau BUMN yang tergerak untuk mensponsori penyebaran 1000 warung berkah di Kalimantan Barat, untuk memberikan manfaat kepada 20.000 mustahik dan menggerakan roda ekonomi pemilik warung berkah sebanyak 1000 warung. Jika manfaat berlipat, siapa yang hendak menarik manfaat. Tertarik mengambil peran? Infak Program Warung Berkah cukup Rp. 30.000,00 sudah membantu mustahik di sekitar anda.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14992969716376707682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5159992831260697059.post-22947478359552734932011-12-30T23:15:00.001-08:002011-12-30T23:15:25.712-08:00HAJI DAN KOMITMEN SOSIAL<div style="text-align: justify;">Isak tangis mengiringi awal awal perjalanan jama’ah haji adalah pemandangan yang lumrah dalam iring-iringan jama’ah haji. Layaknya seorang tentara yang hendak maju berperang, isak tangis para keluarga,handai taulan mengiringi keluarganya,sanak familinya atau mertuanya berangkat menunaikan ibadah haji.<br />
Itulah pemandangan lazim dalam setiap perhelatan ibadah haji di Indonesia pada umumnya,dan negeri khatulistiwa khususnya. Pada sebagian masyarakat, berangkat haji adalah bukan sekedar masalah spiritual ibadah belaka, namun akan menyisakan status social yang dapat menempatkan dirinya berada paling depan pada setiap perhelatan keagamaan, menjadi tuan dalam adat pesta sebagian daerah.<br />
Tak ada yang sangsi, balasan ibadah haji Mabrûr adalah surga. Mabrûr yang secara bahasa berarti baik dan dianggap sah, tidak saja cukup terkumpul padanya rukun dan syarat. Namun juga, dan ini yang lebih penting, adalah memiliki implikasi sosial terhadap pelakunya. Sebagaimana disinyalir Prof. Dr. Abdul Fatah Mahmud Idris, dalam suatu pengabdian (al-’ibâdah), mesti terkumpul di dalamnya tiga aspek: spirit (niat), ritus (praktek) dan pengaruh/hikmah (sosial). Demikianlah keharusan pelibatan tiga aspek tersebut, agar selanjutnya kita tidak terjebak dalam menangkap makna ibadah haji secara parsial.<br />
Ibadah haji bukanlah produk budaya yang bisa dianggap sahih atas pertimbangan pandangan dan kebiasaan kebanyakan orang. Ibadah haji bukan pula sekedar raihan gelar atau rihlah (bepergian) spiritual, hanya untuk melihat aura ka’bah dan jejak-jejak peninggalan para teladan sepanjang zaman. Ia memiliki pertanggungjawaban ekstatologis (ukhrâwî) sekaligus mengemban amanah sosial (ardlî).<br />
Betapa filosofi rukun Islam menempatkan ibadah haji sebagai kewajiban klimaks seorang Muslim. Dalam gizi makanan, haji ibarat minuman penyempurna setelah empat kewajiban sebelumnya. Ia disimpan sebagai rukun terakhir setelah pengorbanan lisan melalui kesaksian (syahâdah), pengorbanan waktu melalui kewajiban shalat, pengorbanan harta dengan keharusan zakat. Inilah kenapa istilah manâsik yang berarti pengorbanan, selalu digandengkan dengan ibadah haji. Tiada lain, dalam menunaikan ibadah ini senantiasa menuntut aneka pengorbanan yang selanjutnya mesti membekas pada perilaku kemanusiaannya.<br />
Namun demikian, setelah ibadah haji, tidak berarti selesai segala-galanya. Ia, justru menjadi pintu gerbang awal menuju ibadah dan pembinaan kesalehan sosial lainnya (jihâd). Ibadah haji disebut klimaks, karena ia menjadi penutup kewajiban pengabdian seorang Muslim secara individual, bukan kewajiban sosial. Pendeknya, dari individu ke masyarakat.<br />
Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah Saw. pernah ditanya, “Amal apakah yang paling utama?” Rasul menjawab, “Iman kepada Allah dan Rasul-Nya”. “Kemudian apa?”, “Jihad dijalan Allah”. “Kemudian apa lagi?”, “Haji Mabrûr”. Haji bukanlah gengsi maupun prestasi sosial, melainkan gengsi kualitas kemanusian. Ia menjadi puncak kedewasaan mental-spiritual seorang manusia, karena yang dituju adalah Ibrahim as. sebagai Bapak manusia berkualitas (al-hanîf) sekaligus peletak pertama ibadah ini.<br />
Karenanya, hampir dalam setiap ibadah, tak terkecuali haji, tujuannya adalah meraih ketakwaan (QS.2: 21). Secara vertikal dan horizontal, takwa bisa dimaknai sebagai sikap dan mental manusiawi dalam rangka menundukan diri terhadap perintah Allah Swt. Inilah hasil dari pendidikan suatu ibadah. Dari hati (al-niyyat) turun ke praktik fisik secara lahir (manâsik), kemudian menjelma menjadi sebentuk sikap sosio-relijius (al-Taqwâ).<br />
Haji yang mabrûr adalah haji yang tidak peduli simbol-simbol budaya kosmetik dan yang mengindividu, melainkan sebuah dorongan murni peningkatan kualitas kemanusiaan seseorang baik secara individu maupun sosial. Dan, sebagai rukun terakhir bagi kesempurnaan seorang Muslim, ibadah haji menjadi titik untuk mempertemukan sinergisasi keduanya; kewajiban individual sekaligus amanah sosial. Inilah haji mabrûr yang maqbûl, yang pahalanya diterima di sisi Tuhan.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14992969716376707682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5159992831260697059.post-55713464349857547132011-12-30T23:14:00.003-08:002011-12-30T23:14:51.863-08:00HADIAH BUAT SI MISKIN<div class="entry-text" style="text-align: justify;"><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Pakaian lusuh, wajah murung, renge’an tangis bayi pun terdengar, laki-laki setengah baya beserta seorang ibu yang sedang menggendong anaknya, mendatangi kami di kantor pemberdayaan, lalu kami pun segera menyapanya dan mempersilahkannya masuk. “Silahkan masuk pak dan ibu. Ada yang bisa saya Bantu?” Tanyaku sambil memperhatikan keadanya, dengan serta merta ia menjawab, “Maaf pak, saya di sini di beritahukan teman saya, katanya kalau lagi kepepet datang aja ke LAZ TPU Al Mumtaz, saat ini kami lagi kepepet pak.” Ungkapnya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Ia terus menjelaskan “Sedangkan keperluan saya disini ingin memohon bantuan untuk pembuatan rumah karena saat ini rumah saya akan di gusur oleh pemilik tanah untuk keperluan pembangunan mesin padi, sehingga kami tidak punya tempat tinggal lagi.” ujarnya penuh pengharapan.<br />
“ Ibu dan bapak tinggal di mana sekarang?’ tanyaku ingin tahu. Lalu ia menjelaskan dengan panjang lebar bahwa ia tinggal di pal 13, yang sebelumnya ia tinggal di jeruju ikut orang tuanya. Konon sebelum tingal di jeruju ia tinggal di punggur, numpang di tanah orang buat rumah gubuk. Tetapi karena ada proyek penanaman kelapa sawit ia harus pergi dari rumah tumpanganya tersebut, kemidian ia kembali tinggal di rumah orang tuanya, karena ketidak nyamanan tinggal di rumah orang tua, kemudian ia memutuskan berusaha mandiri dan menetapkan tinggal di tanah kosong berlokasi di Pal 13 yang sebentar lagi akan di gusur, itulah yang di alami oleh pak Sukri bersama istrinya yang sehari-harinya berprofesi sebagai buruh tani, sampai saat ini untuk keperluan makan terkadang masih di kirim orang tunya.<br />
Ia pun terus bertutur kata menumpahkan perasaan yang di alami. Di celah itu kami memperhatikan anaknya yang terus meronta-ronta dalam gendongan, dengan kondisi tubuh kurang normal, badan kurus perut agak besar sedang mata agak cekung, pada saat kami menanyakan ternyata ia mengindap gizi buruk dan sakit-sakitan.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Lalu kamipun menanyakanya, ”Mengapa tidak pergi ke Rumah sakit bu?” ujarku ingin tahu. Ia segera menjelaskan dan menyampaikan bahwa anaknya sudah di bawa ke puskesmas, tetapi tidak kunjung membaik. Dan akhirnya kami pun menyarankanya segerah mengurus askeskin. Ia bertekat ingin sekali memeriksa dan mengobatkan anaknya ke rumah sakit, setelah surat-surat terurus karena saat ini tidak punya biaya berobat.<br />
Mengenai kedatangannya ke kantor, ia ingin mohon bantuan perehapan rumah. Awalnya ada perasaan sangsi apa yang di ungkapnya, ”Benar tidak ya?.” perasaanku terus berkata-kata. Ia menceritakan kodisi rumahnya yang akan di gusur sedemikian rupa, luas rumah sekitas 4×6 meter. Dengan lantai tanah dan kayu papan, dinding beserta atapnya terbuat dari daun nipah yang sudah rapuh.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Sebagaimana mustahik (orang yang berhak menerima zakat) lain, sebelum kami mengeluarkan bantuan, maka kewajiban kami adalah melihat kondisinya secara real di lapangan, beberapa hari kemudian kamipun survey lokasi.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Sejauh mata memandang terlihat padi menghijau terhampar luas, ditepian sungai terlihat gubuk berjajar tidak beraturan, di rindangi oleh pohon kelapa dan pisang. Sesampainya di sana, saya bertanya kepada penduduk setempat yang sedang menganyam atap daun nipah. Merekapun menunjukkan apa yang kami tanyakan. Tampak jelas mataku memandang, dua rumah gubuk yang dinding dan atapnya terbalut daun nipah, yang satu sudah terlihat reot dan yang satu lagi baru di bangun (setengah jadi).<br />
Kemudian saya memengahampiri rumah tersebut, tampak didalamnya berjejal empat orang, di antaranya nenek tua, dua anak kecil dan wanita masih agak muda, itulah tanggungan pak Sukri. akhirnya pak Sukri Segera menghampiriku. Ternyata apa yang di ceritakan beliau semuanya adalah benar, rumah setengah jadi yang terbalut daun nipah belum jadi tersebut adalah calon rumah barunya, bahkan daun nipah yang sudah terpasang merupakan bantuan dari tetangganya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">”Alhamdulillah pak saya masih bisa numpang di tanah ini, untuk bangun rumah baru” ujarnya bersyukur.<br />
Beberapa hari kemudian kami segera memberikan bantuan hibah, yang dananya bersumber dari donatur, berupa kepingan kayu papan, atap daun dan kayu untuk menyanggah lantai. Selain bantuan perehapan rumah untuk ekonomi produktif kami memberikan bantuan kebaikan berupa kambing dan uang yang akan di kelolanya. Mudah-mudahan bantuan tersebut bisa bermanfaat di kemudian hari.<br />
Keadaan ini mengingatkan kami betapa pentingnya membantu mereka, sebenarnya masih banyak lagi mustahik (orang yang berhak menerima zakat) yang semisal denganya.</div></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14992969716376707682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5159992831260697059.post-28800518358215716842011-12-30T23:14:00.001-08:002011-12-30T23:14:19.568-08:00KEMISKINAN MENJADI PROFESI<div class="entry-text" style="text-align: justify;"><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Ketika negara begitu dermawan membagi-bagikan <em>cash money</em> kepada masyarakat miskin, sebagai akibat kelalaian pemerintah terhadap upaya mensejahterakan masyarakat tanpa terkecuali, dengan menaikkan harga BBM. Orang-orang mulai kasak kusuk membentangkan berbagai teori mereka tentang siapa yang berhak menerima dana segar seperti itu. Mulailah dengan teori pendapatan perkapita, ada yang menggunakan angka 1 dolar, ada pula dengan angka Rp. 15.ooo, sebagai penakar fitnah kemiskinan.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Namun usaha pemerintah dengan mendengungkan berbagai kriteria penerima dana segar itu mendapatkan respon beragam pada sisi redaksi yang digunakan, namun sama pada sisi sikap dan mental sebagian masyarakat, tiba-tiba menjadi lebih miskin. Sebab kemiskinan ternyata hanya dipandang pada sisi kepantasan seseorang mengenakan sesuatu, bukan karena mental atau jiwa nya yang miskin.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Pendapat bahwa kemiskinan bukan sekedar ketidakpunyaan akan harta benda, namun juga adalah sikap mental, jiwa dan kondisi serba kurang dalam aspek psikologis, maka ia juga dikenal sebagai orang miskin. Simak saja, para pemuda-pemuda “bergelantungan” di kedua tangan orang tua mereka, ada mereka yang tidak memiliki pekerjaan, namun dapat tercukupi kebutuhan hidupnya, disebabkan oleh warisan pat – pat gulipat orang tuanya, atau peninggalan kerajaan majapahit yang ditemukan di halaman kantor.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Mereka yang bergalutan di tangan orang tuanya, adalah potret kemiskinan semu. Sungguh ini bukan hanya potret buram, melainkan amat berbahaya. Bagi yang masih ditunjang orang tua, mereka termasuk pengangguran semu. Seolah-olah mereka tak punya persoalan dengan kemiskinan. Namun begitu orang tua bermasalah, pensiun atau tiba-tiba meninggalkan dunia fana, kemiskinan segera menampakkan wajah aslinya untuk segera mencabik-cabik. Apakah anda juga yakin bahwa deposito merupakan cara abadi menghasilkan uang? Anda pasti setuju bahwa deposito amat tergantung pada kondisi ekonomi politik. Berapa banyak orang hancur karena nilai kurs rupiah jatuh tahun 1998, atau berapa banyak orang yang berubah standar kewarasannya pada krisis di penghujung tahun 2008. Sementara hanya berapa gelintir orang yang malah untung saat krisis moneter itu.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Mendepositokan di bank membuatnya menjadi semakin pasif, menyimpan harta, emas atau perhiasan membuatnya semakin tidak produktif, hanya sekedar berharap kepada bagi hasil belaka. Akibatnya muncul kemalasan, kesia-siaan. Ajaran Islam dalam Al Qur’an mengemas prilaku ini dalam sebuah sikap yang tegas “<em>..Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkan pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih, Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahanam, lalu dibakar dengannya dahi dan mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka, “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu”</em> (Al Quran surah 9 At Taubah –Pengampunan— ayat 34 – 35)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Kemiskinan menjadi profesi</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Ketika anda sibuk menyiapkan daftar pekerjaan yang akan diselesaikan di kantor, di lembaga yang anda bangun, demikian pula dengan orang-orang yang melakukan hal yang sama. Mereka kemudian menemui anda di persimpangan jalan, dan hampir belum pulang ke rumah, sewaktu anda pulang meninggalkan kantor pada petang hari. Mereka kelihatannya lebih giat bekerja, mengalahkan etos kerja yang selama ini anda tunjukkan, mereka menjadikan kemiskinan menjadi profesi, pekerjaan atau jasa yang mereka tawarkan kepada mereka. Mereka menjadikan kemiskinan sebagai aset yang bisa dijual kepada anda.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Meminta-minta memang punya dua keunggulan yaitu efisien dan efektif. Bukankah azas efisien dan efektif yang diterapkan, merupakan inti kiat memenangkan persaingan. Mereka yang miskin tentu tak paham, bahwa cara meminta yang mereka lakukan ternyata memenuhi standar manajemen profesional. Efisien karena tidak memerlukan modal apapun. Semakin modalnya kurang, semakin efektif mendapat uang. Maaf, orang yang tak punya kaki dan tangan, cenderung lebih efektif mendapatkan uang ketimbang yang masih punya satu tangan dan satu kaki. Sesungguhnya zakat memang ditujukan untuk kalangan fakir seperti ini. Bagi yang masih lengkap tangan dan kaki, cukup bertepuk tangan dan menyanyi lagu apa saja. Semakin menyedihkan dan menyayat, semakin besar peluang mendapat sedekah.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Namun Orang miskin yang menyapu jalan dan Laskar Mandiri, sesungguhnyalah mereka <em>fuqara walmasakin.</em> Mereka tidak eksploitasi kemiskinan sebagai modal kerja. Mereka cegah dirinya agar tak hina. Dengan bekerja menyapu, mereka tengah megeksplorasi diri. Mereka bina mental untuk tetap berupaya mencari rezeki. Proses <em>how to survive</em> ini akan berpengaruh pada pembinaan mental keluarga. Bila sang bapak yang menyapu jalan tersebut paham tentang harkat sebuah pekerjaan, ia larang keluarganya meminta-minta. Meski sang bapak paham dan telah tenggelam selama bertahun-tahun bahwa pekerjaan menyapu jalan memang tidak pernah bisa jadi landasan keluarga untuk hidup layak.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Rasulullah saw mengingatkan kita : <em>Berangkatlah kamu pagi-pagi, kemudian pulang memikul kayu api di punggungmu Lalu kamu bersedekah dengan itu tanpa meminta-minta kepada orang banyak Itu lebih baik bagimu daripada meminta-minta kepada orang banyak biar diberi ataupun tidak Sesungguhnya tangan yang memberi lebih mulia daripada tangan yang menerima Dan dahulukanlah memberi kepada orang yang menjadi tanggunganmu </em>(Muslim)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Kepala keluarga yang menyapu jalan, telah mempraktekkan pesan Rasulullah saw. Ia nafkahi keluarga dengan bekerja membersihkan jalan. Itu adalah hasil keringatnya, bukan meminta-minta. Sementara orang miskin yang meminta-minta, menjadikan kemiskinan sebagai sumber nafkah. Dari hasil mengemis ini, penghasilan mereka memang berkali lipat ketimbang rekan-rekannya yang menyapu jalan. Di kota-kota besar terutama di Jakarta, penghasilan dari meminta-minta ini bisa mencapai ratusan ribu rupiah per hari. Jika minimal seratus ribu rupiah per hari, maka penghasilan peminta-minta mencapai Rp 2,5 juta hingga Rp 3 juta per bulan. Berapa gaji anda? Bukankah ini penghasilan pegawai swasta yang memiliki jabatan setara kepala bagian. Itu semua diperoleh tanpa bersusah payah sekolah, tanpa perlu magang atau melalui jenjang pelatihan dan pengalaman sekian tahun bekerja. Hanya dengan memasang “wajah penghabisan”, mencari rezeki menjadi mudah bagi kalangan peminta-minta.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Kemiskinan gaya baru memang telah berkembang, yang menjadikan kemiskinan sebagai profesi. Definisi kemiskinan tak lagi menjelaskan status sosial, melainkan telah jadi sumber mencari rezeki. Itulah <em>fuqara walmasakin </em>yang telah berubah jadi <em>fuqara masa kini. </em>Jumlah <em>fuqara masa kini</em> makin hari bertambah-tambah. Yang dikoordinir maupun yang terjun tanpa koordinasi meruyak di mana-mana. Seperti di berbagai perempatan jalan, mereka tiba-tiba hadir berkelompok. Yang tidak dikoordinir, mengerahkan anak-anaknya meminta-minta. Sementara para orang tuanya memantau dari tepi jalan atau sudut-sudut tembok yang sulit dilihat pengguna jalan. Sebuah fenomena baru, mengemis jadi profesi. Di kota-kota besar mereka tinggal sekadarnya. Tapi di kampung, siapa sangka di antara mereka, ada yang memiliki rumah, kerbau dan sawah. Padahal “<em>Siapa yang meminta-minta kepada orang banyak untuk menumpuk harta kekayaan, berarti dia meminta bara api</em> <em>Baik yang diterimanya sedikit ataupun banyak (HR. </em>Muslim)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Juga seperti yang banyak dikatakan orang, pengemis yang dikoordinir, harus mengganti baju serta menggendong bayi sewaan. Dengan mencubitnya, bayi pun menangis. Dengan harapan iba pengguna jalan terpantik untuk segera merogoh kocek. Sering anda langsung memberi. Tapi terkadang anda tak peduli. Anak-anak jalanan pun jumlahnya tidak berkurang-kurang. Anak-anak yang terjun ke jalan karena problem kemiskinan di rumah, seolah mendapat dukungan dengan penyediaan fasilitas seperti rumah singgah. Penanganan ini memacu teman-teman yang lain untuk bersama-sama menjadi anak jalanan. Sedang di jalan-jalan tempat ibadah, sering dikunjungi para pengemis. Setiap hari Jumat, sekitar pukul 10 pagi pengemis sudah berdatangan memenuhi jalan menuju masjid. Demikian juga dengan berbagai klenteng. Di tiap hari libur atau saat perayaan Imlek, pengemis pun banyak mencari rezeki dari belas kasihan pengunjung. Namun yang menarik, mengapa sedikit sekali pengemis berkeliaran di berbagai gereja di hari libur Ahad. <em>Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman </em>(Al Quran surah 3 Ali Imran –Keluarga Ali– ayat 139)</div></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14992969716376707682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5159992831260697059.post-57626578187364520752011-12-30T23:13:00.001-08:002011-12-30T23:13:44.961-08:00IRONISME PENGELOLAAN WAKAF<div style="text-align: justify;">ronisme menggambarkan disparitas antara potensi dan tradisi pengelolaan wakaf di Indonesia. Study yang dilakukan oleh Universitas Islam Hidayattullah pada tahun 2006 menggambarkan betapa potensi tersebut tidak tergarap maksimal, dalam penelitian tersebut mengungkapkan bahwa terdata 363.000 bidang tanah, setara dengan 560 trilyun, senilai 67 milyar dolars (dengan kurs Rp. 9.700,00). Andai saja seluruh aset wakaf tersebut dijual, maka setidaknya akan melunasi seluruh beban APBN negara ini pada awal tahun 2008. </div><div style="text-align: justify;">Lebih lanjut penelitian UIN ini mengungkapkan fakta lain bahwa pemanfaatan tanah wakaf ini jauh dari maksimal. Di sini terlihat bahwa persoalan yang lebih mendasar tampaknya adalah pada pemanfaatannya: 79% dari perwakafan tersebut digunakan untuk pemebangunan masjid/mushola, 55% untuk lembaga pendidikan, 9% untuk pekuburan, dan 3% atau kurang untuk fasilitas umum lainnya (sarana jalan, sarana olah raga, WC umum, dan sejenisnya). Melihat data ini, betapa pengelolaan wakaf ini masih berkutat pada aspek konsumtif belaka; ini pekerjaan rumah program wakaf di Indonesia.</div><div> </div><div style="text-align: justify;">Tema produktifitas pengelolaan wakaf contohnya adalah pengelolaan aset wakaf di Pasantren Gontor. kasus wakaf Pondok Modern Gontor, sebuah lembaga pendidikan yang sama-sama kita kenal mumpuni. Pondok Gontor ditopang oleh sekitar 320 hektar lahan wakaf, 212 hektar di antaranya adalah sawah produktif. Dari sini Pondok Gontor memperoleh hasil panen senilai Rp 726 juta, tiap dua musim panen (data 2003). Selain dari sawah padi, Pondok Pesantren Gontor juga memperoleh pendapatan dari kebun cengkeh dan kegiatan niaga lain di lingkungannya, meski relatif lebih kecil. Dengan dukungan dana wakaf ini, Pondok Gontor mampu menyediakan jasa pendidikan bermutu, bagi sekitar 35 ribu siswa, dengan relatif murah.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Ironisme pengelolaan aset wakaf ini bisa kita lihat pada beberapa aspek pengelolaan wakaf di Indonesia. Ironisme ini adalah tradisi yang berkembang di Indonesia, di tengah-tengah ironisme ini lah pengelolaan wakaf berkembang tertatih-tatih. Berikut penulis memaparkan ironisme tersebut.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Pertama; di Indonesia, wakaf adalah tradisi, bagaimana tidak tradisi tersebut menyebar; wakaf tidak dibebani nishab, ribuan masjid berdiri di tanah wakaf, jutaan tanah kuburan berasal dari tanah wakaf. Ini tradisi, sekaligus potensi yang terabaikan. Inilah ironisme pertama; salah satu bentuk pengabaian bahkan penelantaran potensi adalah minimnya regulasi wakaf di Indonesia. Baru tahun 2004, regulasi wakaf dikeluarkan.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Regulasi pada tahun 1977 tentang wakaf hanya dikeluarkan berupa peraturan pemerintah, yakni PP Nomor 28 tahun 1977, dan itupun masih berkutat pada wakaf pertanahan; tentu ini adalah pola lama, sehingga wakaf tanah masih beranjak dari pengelolaan mushola, kuburan, madrasah. Cukup lama negara ini bertahan dengan satu regulasi, hingga tahun 2004 pemerintah mengeluarkan peraturan tentang wakaf uang, sebuah loncatan yang jauh; kemudian pada tahun 2007 pemerintah membentuk Badan Wakaf Indonesia.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Kedua; ini adalah ironisme nadzhir. Pengelolaan wakaf di Indonesia sedikit sekali yang dikelola secara maksimal oleh lembaga, sisanya adalah nadzhir yang turun temurun, nadzhir di Indonesia adalah anak-anaknya, cucu dan pewaris lainnya; ini bukan saja tidak maksimal dalam pengelolaanya, melainkan memunculkan peta konflik yang tidak sedikit, dari yang menguras air mata, sampai kehilangan jiwa.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Ketiga; ironisme legalitas. Hampir sulit ditemukan tanah wakaf atau sesuatu yang diwakafkan memiliki legalitas; tradisi wakaf yang cukup dengan sekedar <em>“saya telah berwakaf”</em> membuat api dalam sekam; sewaktu-waktu digugat; contoh kasus adalah wakaf tanah untuk pendirian pasantren di salah satu kabupaten di Kalimantan barat; kini digugat untuk dikembalikan, dan ternyata usut legalitas; tanah yang diwakafkan sebelumnya adalah tanah bersertifikat orang lain, bukan milik pewakaf.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Keempat, ironisme manfaat wakaf. Selain untuk pengelolaan wakaf untuk fasilitas umum, semisal mushola, kuburan, dan madrasah. Ironisme ini misalnya wakaf untuk pendirian madrasah. Taruh saja namanya madrasah “selalu sederhana”. Awal pendirian madrasah “selalu sederhana” digunakan untuk kemalshatan umat, karena disinilah maksud diperuntukkan. Lama-kelamaan, madrasah itu kemudian melakukan berbagai pengembangan, mulailah dilakukan perombakan di sana-sini; dilakukan pemugaran diberbagai bidang. Hasilnya berdirilah dengan megah sebuah madrasah, dengan berbagai fasilitas yang ada. Dengan sistem pendidikan yang dikembangkan, rupanya madrasah itu mendapatkan peminatnya yang cukup banyak. Pada awalnya madrasah itu dikembangkan untuk kemaslahatan umat secara luas, akhirnya bergeser; ditetapkan syarat ekonomi yang sulit dijangkau oleh semua orang, kecuali para wali murid pejabat, pengusaha ternama; selebihnya tidak ada lowongan untuk anak kuli bangunan, buruh tani dan lain sebagainya. Maanfaat dari tanah wakaf tersebut menjadi serba sempit, dan mengalami ironisme manfaat wakaf.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">LAZ TPU Al Mumtaz kemudian menawarkan berbagai tawaran program produktif, adalah wakaf untuk sarana niaga, yakni pembangunan kios di beberapa tempat strategis, kemudian kios tersebut disewakan; dan hasil sewa tersebut digunakan untuk mendanai berbagai program sosial, seperti program pendidikan, ekonomi produktif dan lain sebagainya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Contoh pendirian Asrama mahasiswa, usaha karikatif yang dikembangkan oleh LAZ TPU Al mumtaz ini adalah untuk menampung mahasiswa-mahasiswa dari berbagai daerah yang tercatat sebagai penerima beasiswa di LAZ TPU Al Mumtaz. Menarik bukan? kita membutuhkan partisipasi anda untuk berwakaf, agar tidak lagi terjadi ironisme.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14992969716376707682noreply@blogger.com0