Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Jumat, 13 Januari 2012

Jumat, 13 Januari 2012

KESETARAAN PENDIDIKAN

Setiap sudut negeri tentulah berbeda, kondisi geografis dan juga medan tempuh yang bisa dicapai juga kadang menjadi perbedaan, memisahkan antara kota dan desa, ibarat jurang pemisah daratan dengan seberang. Momen hardiknas tentu saja membawa harapan baru untuk duni pendidikan, tentu saja, harapan yang paling penting adalah kesetaraan pendidikan.

Kesetaraan pendidikan bukan hanya terletak pada materi pembelajarannya, melainkan juga teknik operasional pendidikan yang menjadi alat untuk menunjang pendidikan. Alat bantu yang menunjang pendidikan meliputi fasilitas pembelajaran baik ekstrakurikuler maupun intrakurikuler, yang tentu saja akan ada kesamaan antara pendidikan dikota dan pendidikan didesa.

Umumnya, orang-orang didesa ingin menimba ilmu dikota, bukan hanya ingin belajar bagaimana keadaan dalam kota melainkan teknik pelajaran dan sistem yang lebih baik. Fasilitas pendidikan dikota lebih maju ketimbang yang ada didesa. Memang, kita akui bahwa tentu saja berbeda antara pendidikan kota dan pendidikan didesa, dan perbedaan itu sangat jelas bila dihitung 100%, pendidikan kota lebih unggul 85 % ketimbang desa.

Ini menarik minat anak-anak desa untuk belajar, demi memperoleh pendidikan maju, menguasai teknologi secara baik, mempelajari ilmu pengetahuan secara global, dan juga tentu saja didorong oleh keinginan merubah nasib.

Sah saja bila ada anak desa bersikeras belajar dikota, tentu sebuah kebanggan bahwa anaknya akan menguasai berbagai ilmu pengetahuan yang diterapkan oleh pendidikan perkotaan. Bagi mereka yang mampu, tentu saja ini bukan masalah, mungkin membiayai anaknya dari desa dipedalaman Gorontalo hingga Jakarta bukanlah masalah, tetapi bagaimana dengan mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan? Mungkin harapan akan untuk belajar lebih baik terkubur mati pada hayalan saja.

Hal seperti ini, kadang menjadi pemicu keputus-asaan anak-anak wajib sekolah berhenti sekolah, mengingat biaya pendidikan dikota begitu tinggi. Harapan untuk merubah nasib pun terhenti, akibatnya misi pendidikan tidak berjalan dengan baik, dan tentu saja merupakan bagian dari kegagalan lembaga pendidikan.

Standar kelulusan kadang menjadi masalah antara kota dan desa, terlebih lagi bila ditambah dengan soal ujian yang dibuat serentak. Bisa jadi akan ada kecemburuan sosial antara mereka yang belajar ditengah gudang ilmu ketimbang mereka yang belajar ditengah sawah dan perkebunan.

Maka jangan heran, pendidikan dinegeri kita hanya berputar ditempat, kebodohan terus masih merajalela, pengangguran terus bertambah. Bagi saya, mengurangi pengangguran bukanlah dengan cara menciptakan lapangan kerja, atau mengirimkan TKI keluar negeri yang pada akhirnya menjadi tumbal keganasan majikan.

Bila ingin mengurangi pendidikan, menurut pandangan saya, cukup hanya satu yang perlu dilakukan pemerintah, yaitu peningkatan pendidikan, penyetaraan pendidikan antara kota dan desa, juga keadilan pendidikan. Dengan kesetaraan pendidikan berarti membuka pola pikir produktif masyarakat secara horisontal, tanpa harus dipacu maka masyarakat pun akan berkreasi dengan pengetahuan yang mereka miliki.

Masyarakat yang penuh kreasi umumnya adalah mereka yang berpendidikan, mereka yang memahami bahwa ilmu bukan untuk didiamkan dirumah, melainkan dimanfaatkan untuk bertahan hidup dan mengisi pembangunan.

Lapangan akan tercipta dengan sendirinya bila pendidikan merata dimasyarakat, pemerintah tidak kesulitan merekrut CPNS yang lebih banyak, pemerintah tidak perlu membuka lahan baru untuk dijadika transmigrasi, pemerintah tidak lagi membangun pabrik besar untuk mengurangi pengangguran. Karena pada dasarnya, membangun pabrik bukan jalan terbaik untuk mengatasi pengangguran, justru menciptakan beban baru bagi masyarakat karena tidak semua yang dapat bekerja menjadi buruh pabrik.

Kesetaraan ilmu pengetahuan antara kota dan desa, akan membangkitkan ekonomi dan produktifitas masyarakat, memiliki nilai jual yang lebih baik, juga memberi konstribusi pembangunan melalui pajak penghasilan.

Tetapi, hal diatas tidak akan terjadi apabila tidak ada kesetaraan pendidikan antara kota dan desa, masyarakat desa tidak memiliki kesempatan untuk berkarya paling tidak memajukan desanya, dan bukan tidak mungkin mereka akan menjadi penonton dan konsumen abadi setiap perubahan yang mereka terima.

Harapan saya, semoga momen hardiknas, akan membangkitkan kesadaran masyarakat, kesadaran pendidikan yang lebih baik, kesadaran untuk memajukan daerah, kesadaran untuk memberi dan berbagi pengetahuan. Pemerintah terus memperhatikan masalah pendidikan, karena pendidikanlah yang merupakan kunci maju atau mundurnya sebuah peradaban bangsa.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates