Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Jumat, 30 Desember 2011

Jumat, 30 Desember 2011

HADIAH BUAT SI MISKIN

Pakaian lusuh, wajah murung, renge’an tangis bayi pun terdengar, laki-laki setengah baya beserta seorang ibu yang sedang menggendong anaknya, mendatangi kami di kantor pemberdayaan, lalu kami pun segera menyapanya dan mempersilahkannya masuk. “Silahkan masuk pak dan ibu. Ada yang bisa saya Bantu?” Tanyaku sambil memperhatikan keadanya, dengan serta merta ia menjawab, “Maaf pak, saya di sini di beritahukan teman saya, katanya kalau lagi kepepet datang aja ke LAZ TPU Al Mumtaz, saat ini kami lagi kepepet pak.” Ungkapnya.
Ia terus menjelaskan “Sedangkan keperluan saya disini ingin memohon bantuan untuk pembuatan rumah karena saat ini rumah saya akan di gusur oleh pemilik tanah untuk keperluan pembangunan mesin padi, sehingga kami tidak punya tempat tinggal lagi.” ujarnya penuh pengharapan.
“ Ibu dan bapak tinggal di mana sekarang?’ tanyaku ingin tahu. Lalu ia menjelaskan dengan panjang lebar bahwa ia tinggal di pal 13, yang sebelumnya ia tinggal di jeruju ikut orang tuanya. Konon sebelum tingal di jeruju ia tinggal di punggur, numpang di tanah orang buat rumah gubuk. Tetapi karena ada proyek penanaman kelapa sawit ia harus pergi dari rumah tumpanganya tersebut, kemidian ia kembali tinggal di rumah orang tuanya, karena ketidak nyamanan tinggal di rumah orang tua, kemudian ia memutuskan berusaha mandiri dan menetapkan tinggal di tanah kosong berlokasi di Pal 13 yang sebentar lagi akan di gusur, itulah yang di alami oleh pak Sukri bersama istrinya yang sehari-harinya berprofesi sebagai buruh tani, sampai saat ini untuk keperluan makan terkadang masih di kirim orang tunya.
Ia pun terus bertutur kata menumpahkan perasaan yang di alami. Di celah itu kami memperhatikan anaknya yang terus meronta-ronta dalam gendongan, dengan kondisi tubuh kurang normal, badan kurus perut agak besar sedang mata agak cekung, pada saat kami menanyakan ternyata ia mengindap gizi buruk dan sakit-sakitan.
Lalu kamipun menanyakanya, ”Mengapa tidak pergi ke Rumah sakit bu?” ujarku ingin tahu. Ia segera menjelaskan dan menyampaikan bahwa anaknya sudah di bawa ke puskesmas, tetapi tidak kunjung membaik. Dan akhirnya kami pun menyarankanya segerah mengurus askeskin. Ia bertekat ingin sekali memeriksa dan mengobatkan anaknya ke rumah sakit, setelah surat-surat terurus karena saat ini tidak punya biaya berobat.
Mengenai kedatangannya ke kantor, ia ingin mohon bantuan perehapan rumah. Awalnya ada perasaan sangsi apa yang di ungkapnya, ”Benar tidak ya?.” perasaanku terus berkata-kata. Ia menceritakan kodisi rumahnya yang akan di gusur sedemikian rupa, luas rumah sekitas 4×6 meter. Dengan lantai tanah dan kayu papan, dinding beserta atapnya terbuat dari daun nipah yang sudah rapuh.
Sebagaimana mustahik (orang yang berhak menerima zakat) lain, sebelum kami mengeluarkan bantuan, maka kewajiban kami adalah melihat kondisinya secara real di lapangan, beberapa hari kemudian kamipun survey lokasi.
Sejauh mata memandang terlihat padi menghijau terhampar luas, ditepian sungai terlihat gubuk berjajar tidak beraturan, di rindangi oleh pohon kelapa dan pisang. Sesampainya di sana, saya bertanya kepada penduduk setempat yang sedang menganyam atap daun nipah. Merekapun menunjukkan apa yang kami tanyakan. Tampak jelas mataku memandang, dua rumah gubuk yang dinding dan atapnya terbalut daun nipah, yang satu sudah terlihat reot dan yang satu lagi baru di bangun (setengah jadi).
Kemudian saya memengahampiri rumah tersebut, tampak didalamnya berjejal empat orang, di antaranya nenek tua, dua anak kecil dan wanita masih agak muda, itulah tanggungan pak Sukri. akhirnya pak Sukri Segera menghampiriku. Ternyata apa yang di ceritakan beliau semuanya adalah benar, rumah setengah jadi yang terbalut daun nipah belum jadi tersebut adalah calon rumah barunya, bahkan daun nipah yang sudah terpasang merupakan bantuan dari tetangganya.
”Alhamdulillah pak saya masih bisa numpang di tanah ini, untuk bangun rumah baru” ujarnya bersyukur.
Beberapa hari kemudian kami segera memberikan bantuan hibah, yang dananya bersumber dari donatur, berupa kepingan kayu papan, atap daun dan kayu untuk menyanggah lantai. Selain bantuan perehapan rumah untuk ekonomi produktif kami memberikan bantuan kebaikan berupa kambing dan uang yang akan di kelolanya. Mudah-mudahan bantuan tersebut bisa bermanfaat di kemudian hari.
Keadaan ini mengingatkan kami betapa pentingnya membantu mereka, sebenarnya masih banyak lagi mustahik (orang yang berhak menerima zakat) yang semisal denganya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates